42
kekerabatan bilateral, yang memperhitungkan garis keturunan baik dari orang laki-laki maupun dari orang perempuan, serta mempunyai berbagai macam istilah
kekerabatan yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.
e. Stratifikasi Sosial
Bicara mengenai sosial dan budaya di daerah Yogyakarta, sebagai daerah yang masih menerapkan unsur-unsur budaya, dikenal pula adanya pelapisan
penduduk yang berdasarkan atas keanggotaan kaum kerabat kepala masyarakat. Menurut Rivai Abu 1978:24 mengatakan berdasarkan keanggotaan kerabat,
penduduk yang ada di dalam masyarakat Yogyakarta dapat dibagi atas: 1.Golongan kaum bangsawanpiyayi dan 2.Golongan rakyat biasa, yaitu diantara
mereka yang ada diluar keanggotaan kerabat rajabangsawan. Diantara mereka termasuk golongan piyayi seperti disebut diatas: 1.Mereka yang benar-benar
keturunan rajabangsawan; 2.Mereka yang menjalankan salah satu tugas yang diberikan oleh raja kepadanya, dan 3.Mereka yang menjadi pegawai pemerintah
kolonial, seperti pamong praja, kepala dalam salah satu kantor, guru, dan sebagainya.Pelapisan sosial diatas, nampak jelas bagi penduduk masyarakat
Yogyakarta yang bertempat tinggal di wilayah perkotaan, terutama mereka yang tinggal di sekitar kraton. Biasanya hubungan antara golongan yang ada ditentukan
menurut adat yang berlaku. Pendapat yang sama dijelaskan oleh Mulyadi, dkk 1990: 32 yakni lapisan
bangsawan dan keturunannya dianggap menduduki status tertinggi, sehingga oleh anggota lapisan lain selalu dihormati diajeni, dan merupakan orientasi dalam
kehidupan masyarakat. Pemegang kekuasaan seperti lurah, dukuh, dan
43
sebagainya, beserta keluarganya, memperoleh kedudukan yang tinggi di masyarakat dan disegani dalam kehidupan sosial. Kepandaian dalam ilmu juga
dianggap sebagai alasan untuk mendapat kedudukan yang tinggi di masyarakat, dengan demikian golongan orang-orang pandai dan keluarganya, seperti guru,
pegawai negri, pemuka agama, dan lain-lain. Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa stratifikasi
tertinggi orang Yogyakarta adalah lapisan bangsawan dan keturunannya, yakni kraton Yogyakarta.Lapisan sosial keturunan rajabangsawan, orang yang
menjalankan salah satu tugas yang diberikan oleh raja kepadanya,orang yang menjadi pegawai pemerintah kolonial, juga merupakan orang yang dihormati, dan
disegani oleh masyarakat lain di dalam kehidupan sosial.
f. Adat Istiadat Sopan Santun
Adat istiadat dalam pergaulanakan menentukan bagaimana seseorang melakukan hubungan sosial dengan individu lain. Menurut Kuwalat Eawa dalam
Rivai Abu,1978 :23 menyebutkan, dalam kehidupan sehari-hari sikap hormat “kaum muda” terhadap “kaum tua” nampak misalnya bila orangtua sedang
berunding, anak-anak tidak boleh ikut campur; memberikan salam hormat bila lewat di depan muka orangtua yang sedang duduk. Dalam hal ini orang Jawa
melakukan dengan sikap berjalan membungkuk sambil mengucapkan: kula nuwun, nyuwun sewu, dan sebagainya.
Pendapat yang sama dijelaskan menurut Mulyadi, dkk 1990: 60 menjelaskan bahwa adat istiadat Jawa, anak yang muda usianya tidak
diperbolehkan bersikap “nganyur” di hadapan orang tua. Sikap “nganyur”