Pekerja Berperilaku Aman Antecedent – Behavior – Consequences

menerapkan penghargaan bagi setiap pekerja. Padahal perilaku yang aman menguntungkan setidaknya sama pentingnya dengan mengoreksi dan menghukum perilaku yang tidak aman. Berdasarkan Roughton dan Mercurio 2002 umpan balik positif dapat menjadi motivator yang kuat. Hal ini penting untuk mengenali tindakan diri dimulai dari perlindungan keselamatan ketika karyawan, atas kemauan sendiri, bertindak untuk melindungi diri mereka sendiri atau orang lain. Setelah semua, kebanyakan orang suka dipuji untuk pekerjaan yang mereka lakukan. Berdasarkan fakta di atas, bentuk penghargaan yang diberikan kepada pekerja sebaiknya lebih disosialisasikan lebih optimal agar pekerja mekanik mengetahui dan lebih termotivasi untuk berperilaku sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu, konsekuensi berupa hukuman dan penghargaan ini harus diimbangi dengan anteseden yang baik pula guna mencegah terjadinya kembali perilaku yang tidak aman.

E. Antecedent – Behavior – Consequences

Berdasarkan hasil penelitian, perilaku kritis yang dikategorikan menjadi dua yaitu perilaku aman dan tidak aman di unit wheel dan brake didapatkan bahwa mayoritas pekerja mekanik sudah berperilaku aman meskipun masih ditemukan pula perilaku tidak aman pada pekerja mekanik.

1. Pekerja Berperilaku Aman

Pekerja berperilaku aman rata-rata terdorong dengan adanya peraturan yang sudah diterapkan. Kemudian, dengan disediakannya alat pelindung diri secara cuma-cuma dan tersedianya rambu keselamatan yang terpasang membuat pekerja terdorong untuk berperilaku aman. Selain itu, pekerja juga berperilaku aman karena beberapa informan sudah diberikan pelatihan. Pengawasan yang dilakukan juga membuat pekerja menjadi terdorong untuk berperilaku aman, karena jika ketahuan tidak berperilaku aman pekerja akan mendapatkan konsekuensi berupa sanksi teguran dan pekerja juga lebih terpacu karena sudah tersedianya penghargaan. Hal ini sejalan dengan Roughton dan Mercurio 2002 bahwa aturan- aturan memainkan bagian penting dalam mengidentifikasi perilaku yang dapat diterima dan perilaku yang tidak dapat diterima. Kemudian untuk APD dan rambu keselamatan juga sejalan dengan UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja bahwa pengusaha diwajibkan menyediakan secara cuma- cuma semua alat pelindung diri yang diwajibkan dengan disertai petunjuk- petunjuk yang diperlukan. Pelatihan juga sejalan dengan Roughton dan Mercurio 2002 yang mengatakan bahwa untuk mengubah atau meningkatkan kinerja seseorang atau perilaku dan meningkatkan pengetahuan diperlukan pelatihan. Selain itu, tujuan dari program pelatihan yang efektif adalah untuk menyediakan komunikasi dua arah dan karyawan untuk mempelajari teknik-teknik yang diperlukan. Begitupun dengan pengawasan sejalan dengan yang dikatakan Roughton dan Mercurio 2002 bahwa pengawasan dikatakan efektif bila cedera serta penyakit dapat dicegah. Hal ini didukung oleh Fleming dan Lardner 2002 yang menyatakan bahwa penguatan dan hukuman ditentukan oleh efeknya, jadi jika akibat hukuman tidak mengurangi frekuensi perilaku tidak aman, sama saja hukuman tidak meningkatkan perilaku tidak memperkuat. Hal ini karena dampak konsekuensi pada perilaku tidak ditentukan oleh tindakan tertentu atau niat individu memberikan konsekuensi, tetapi oleh orang yang melakukan perilaku. Konsekuensi ini dibuktikan dengan salah satu informan yang berperilaku aman, dia mengatakan sebelumnya pernah mendapatkan sanksi berupa teguran sampai diperintahkan untuk melakukan push up karena perilakunya tersebut. Hal tersebut membuat pekerja ini bekerja lebih hati-hati lagi dan berusaha untuk berperilaku aman selama bekerja. Oleh karena itu, penting untuk mendapatkan informasi tentang apa yang orang inginkan untuk mengubah perilaku memiliki kemungkinan memperkuat. Semakin besar pemahaman atau wawasan tentang apa yang penting untuk kelompok, perubahan perilaku yang ditargetkan semakin mudah untuk memilih konsekuensi yang tepat.

2. Pekerja Berperilaku Tidak Aman