1. KebijakanPeraturan dan Prosedur
Penelitian Utami 2014 dan Retnani dan Ardyanto 2013, mengemukakan bahwa salah satu item anteseden dalam model ABC adalah
peraturan dan prosedur. Peraturan merupakan suatu hal yang mengikat dan telah disepakati, sedangkan prosedur merupakan rangkaian dari suatu tata
kerja yang berurutan, tahap demi tahap serta jelas menunjukkan jalan atau arus flow yang harus ditempuh dari mana pekerjaan dimulai Ramli, 2010.
Peraturan keselamatan yang paling efektif yakni ketika peraturan tersebut ditulis, dikirim, dan dibahas dengan seluruh karyawan yang terkena
dampak. Banyak pengusaha menekankan hubungan antara peraturan keselamatan dan konsekuensi dari tindakan pelanggaran pekerja dengan
meninjau aturan tersebut dengan karyawan Roughton dan Mercurio, 2002. Prosedur keselamatan dan kesehatan kerja yang sangat penting
mencakup A.Pruss dkk., 2005: Pelatihan yang tepat untuk pekerja;
Penyediaan peralatan dan pakaian untuk perlindungan pekerja; dan Pembentukan program kesehatan kerja yang efektif.
Tujuan dari dibentuknya peraturan dan prosedur keselamatan kerja yaitu untuk mengendalikan bahaya yang ada di tempat kerja, untuk
melindungi pekerja dari kemungkinan terjadi kecelakaan, dan untuk mengatur perilaku pekerja, sehingga nantinya tercipta budaya keselamatan yang baik
Ramli, 2010.
2. Peralatan dan Perlengkapan Keselamatan
Salah satu tindakan untuk mengendalikan bahaya adalah dengan menyediakan peralatan dan perlengkapan keselamatan kerja. Menyediakan
peralatan keselamatan dan alat pelindung yang sesuai dilakukan agar dapat membuat karyawan memahami bagaimana menggunakan peralatan dengan
benar Roughton dan Mercurio, 2002. Metode rekayasa yang dimaksudkan untuk mengendalikan bahaya dapat
dilakukan dengan
pemeriksaan tempat
kerja sehingga
peralatan, perlengkapan, dan mesin bias dijaga dengan benar. Beberapa cara untuk
mengetahui apakah kontrol rekayasa efektif adalah menentukan apakah peralatan menghasilkan operasi yang kurang efisien, apakah dapat mencegah
cedera atau sakit setiap saat, bahkan ketika pekerja terganggu, dan melindungi karyawan dari bahaya lingkungan Roughton dan Mercurio,
2002. Pemeliharaan preventif dan korektif yang efektif dilakukan dengan
sebuah program pemeliharaan preventif yang akan memastikan bahwa peralatan, perlengkapan, dan mesin berfungsi dengan baik sehingga tidak
terjadi berhenti tiba-tiba atau muncul kerusakan. Program pemeliharaan pencegahan yang efektif termasuk penjadwalan dan pelaporan yang memadai.
Jika peralatan, perlengkapan, atau mesin gagal atau menjadi rusak, menyebabkan bahaya keamanan harus diperbaiki secepat mungkin untuk
mencegah injury Roughton dan Mercurio, 2002.
Sistem pemeliharaan preventif yang efektif dapat memastikan bahwa peralatan dan mesin beroperasi dengan baik, yang mengurangi kemungkinan
kecelakaan. Sebuah program pemeliharaan korektif juga sangat penting. Peralatan yang rusak dan mesin yang dapat menyebabkan cedera serius atau
kematian harus segera dilakukan service. Selain itu, sangat penting bahwa peralatan darurat spesifik yang memadai juga perlu ditetapkan. Peralatan
tersebut anatara lain alat pemadam kebakaran, alat pelindung diri, peralatan penahan bahan kimia, dan peralatan darurat lainnya. Peralatan tersebut harus
diperiksa secara teratur dan diposisikan dengan benar Roughton dan Mercurio, 2002.
Penelitian Zaendar 2009 dan Utami 2014, telah melakukan penelitian tentang peralatan keselamatan yang berdasarkan teori model ABC
mengenai ketersediaan APD. Menurut Permenakertrans No.8 Tahun 2010, Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.
APD dalam Permenakertrans No.8 Tahun 2010 meliputi: pelindung kepala;
pelindung mata dan muka; pelindung telinga;
pelindung pernapasan beserta perlengkapannya; pelindung tangan; danatau
pelindung kaki.
Alat pelindung diri dibutuhkan ketika bahaya tidak dapat dihilangkan atau dikontrol secara memadai, maka Alat Pelindung Diri APD dapat
digunakan pada saat melakukan pekerjaan di area berbahaya tersebut. APD harus dianggap sebagai tingkat terakhir dari perlindungan ketika semua
metode lainnya tidak tersedia atau memungkinkan. Pemakaian APD harus dianggap sebagai garis pertahanan terakhir dan hanya akan digunakan ketika
pengendalian mesin menjadi sulit dan tidak efektif, namun APD dapat digunakan sesuai dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja dan
lingkungan kerja. Kepatuhan tenaga kerja dalam penggunaan APD dapat mengurangi
risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja, yaitu dengan patuh terhadap peraturan yang telah disepakati perusahaan dalam mengurangi resiko
kecelakaan kerja. Ketidakpatuhan penggunaan APD sangat mempengaruhi kejadian kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja yang akan
menyebabkan 5 jenis kerugian di antaranya adalah kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan dan kesedihan, kelainan dan cacat, kematian Arifin dan
Susanto, 2013.
3. Keterampilan