Perilaku Keselamatan Berbasis Perilaku Behavior - Based Safety

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku

Perilaku manusia human behavior merupakan sesuatu yang penting dan perlu dipahami secara baik. Hal ini disebabkan perilaku manusia terdapat dalam setiap aspek kehidupan manusia. Perilaku manusia mencakup dua komponen, yaitu sikap atau mental dan tingkah laku attitude. Sikap atau mental merupakan sesuatu yang melekat pada diri manusia. Mental diartikan sebagai reaksi manusia terhadap sesuatu keadaan atau peristiwa, sedangkan tingkah laku merupakan perbuatan tertentu dari manusia sebagai reaksi terhadap keadaan atau situasi yang dihadapi Herijulianti dkk., 2001. Pengertian perilaku dari segi biologis dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan Herijulianti dkk., 2001. Perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan seseorang yang dapat diamati dan terukur Vijayakumar, 2007 dalam Zin dan Ismail, 2012. Menurut Skinner, perilaku merupakan interaksi antara perangsang dengan tanggapan Sunaryo, 2004. Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut Sunaryo, 2004. Secara garis besar bentuk perilaku ada dua macam, yaitu Sunaryo, 2004:  Perilaku Pasif Respon Internal Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum ada tindakan yang nyata.  Perilaku Aktif Respons Eksternal Perilaku yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat diamati langsung, berupa tindakan yang nyata.

B. Perilaku Keselamatan Kerja

Perilaku keselamatan kerja adalah suatu bentuk nyata dari program Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 yang merupakan syarat utama nilai investasi dalam keberhasilan kualitas dan kuantitas produk, kelangsungan perusahaan dan daya saing sebuah negara. Aspek perilaku keselamatan memiliki peranan yang sangat penting yang harus diperhatikan untuk menghindarkan karyawan dari ancaman keselamatan kerja, terutama bagi karyawan yang terlibat langsung bekerja dalam suatu produksi Rahadi dkk., 2013. Upaya perilaku keselamatan menggambarkan perilaku yang mendukung praktek – praktek dan kegiatan seperti memberikan pelatihan keselamatan dan menjelaskan kegiatan inti, kepatuhan keselamatan yang perlu dilakukan oleh karyawan sesuai dengan pekerjaannya, serta menjelaskan persyaratan keselamatan dan kesehatan untuk mencegah kecelakaan kerja Zin dan Ismail, 2012. Perilaku keselamatan dapat dilihat berdasarkan kepatuhan karyawan terhadap prosedur- prosedur keselamatan kerja seperti melakukan pengecekan alat pelindung diri, mematuhi rambu-rambu di area kerja, menggunakan pakaian kerja atau rompi standar, ear plug, dan sepatu keselamatan berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh pihak perusahaan. Selain itu, terlibatnya karyawan dalam safety talk, pelatihan-pelatihan keselamatan dan kehadiran karyawan pada proses induksi sebelum bekerja dapat meningkatkan dan mempertahankan perilaku keselamatan Rahadi dkk., 2013. Berikut ini adalah beberapa contoh mengukur perilaku keselamatan di berbagai tingkatan Roughton dan Mercurio, 2002: a. Top manajer tingkat menengah Pengukuran pada tingkat ini meliputi perilaku personal, kegiatan keselamatan, dan hasil statistik. Misalnya perusahaan memiliki peraturan keselamatan, menegakkan peraturan keselamatan, mengatur pelatihan keselamatan, dan tersedianya pemantauan biaya kompensasi pekerja. b. Pengawas Pengukuran harus mencakup perilaku keselamatan pribadi dan kegiatan keselamatan bahwa pengawas dapat mengontrol hal tersebut. Misalnya memastikan karyawan memiliki dan menggunakan bahan dan peralatan yang aman, mengikuti dan menegakkan peraturan keselamatan, dan melaksanakan pertemuan keselamatan. c. Karyawan Pengukuran biasanya mencakup perilaku pribadi, misalnya, mematuhi peraturan keselamatan, berpartisipasi dalam proses keselamatan, dan pelaporan luka dan bahaya. Perilaku secara langsung terkait dengan praktek kerja yang aman dan perilaku yang mendukung keseluruhan keselamatan safety partisipation organisasi dapat dideskripsikan melalui fitur kerangka kinerja keselamatan Borman Motowidlo, 1993 dalam Griffin dan Neal, 2000. Komponen kinerja yang dideskripsikan melalui perilaku aktual ini dibagi menjadi dua komponen Borman dan Motowidlo 1993 dalam Griffin dan Neal, 2000 berdasarkan kinerja tugas dan kontekstual. Kedua komponen kinerja dapat digunakan untuk membedakan perilaku keselamatan di tempat kerja. Pertama, berdasarkan kinerja tugas, perilaku keselamatan dapat digambarkan melalui kepatuhan keselamatan melalui aktivitas kegiatan menjaga keselamatan tempat kerja yang dilakukan oleh individu. Perilaku ini termasuk mengikuti prosedur lockout tagout dan memakai peralatan pelindung diri. Kedua, berdasarkan definisi kinerja konseptual, perilaku keselamatan dapat digambarkan melalui kegiatan keselamatan secara sukarela atau dengan menghadiri safety meeting. Perilaku ini mungkin tidak secara langsung berkontribusi untuk keselamatan kerja, tetapi hal ini membantu untuk mengembangkan lingkungan yang mendukung keselamatan.

1. Perilaku Aman Kerja

Perilaku aman menurut Bird and Germain, 1990 dalam Halimah 2010 adalah perilaku yang tidak dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan atau insiden. Perbedaan perilaku aman dan perilaku keselamatan dan kesehatan kerja yaitu perilaku aman hanya berfokus pada keselamatan kerja saja, sedangkan perilaku K3 tidak hanya pada keselamatan tetapi juga pada kesehatan kerjanya Halimah, 2010. Dibawah ini adalah jenis-jenis perilaku aman menurut Frank E. Bird dan Germain, 1990 dalam Halimah 2010 meliputi:  Melakukan pekerjaan sesuai wewenang yang diberikan  Berhasil memberikan peringatan terhadap adanya bahaya  Bekerja sesuai dengan kecepatan yang telah ditentukan  Menjaga alat pengaman agar tetap berfungsi  Tidak menghilangkan alat pengaman keselamatan  Menggunakan peralatan yang seharusnya  Menggunakan peralatan yang sesuai  Menggunakan APD dengan benar  Pengisian alat atau mesin yang sesuai dengan aturan yang berlaku.  Penempatan material atau alat-alat sesuai dengan tempat dan cara mengangkat yang benar.  Memperbaiki peralatan dalam kondisi alat yang telah dimatikan  Tidak bersenda gurau atau bercanda ketika bekerja.  Tidak di bawah pengaruh alkohol

2. Perilaku Tidak Aman Kerja

Tindakan tidak aman adalah perilaku atau kegiatan seseorang yang menyimpang dari prosedur yang berlakunormalaman McKinnon, 2000. Birds dan Germain mengkelompokkan perilaku tidak aman tersebut sebagai berikut McKinnon, 2000:  Mengoperasikan peralatan tanpa otoritas  Gagal dalam memperingatkan  Gagal untuk mengamankan  Pengoperasian dengan kecepatan yang tinggitidak sesuai  Membuat perangkat keselamatan tidak beroperasi  Menghapusmemindahkan perangkat keselamatan  Menggunakan peralatan yang rusak  Menggunakan peralatan dengan tidak benar  Tidak menggunakan alat pelindung diri  Pemprosesan barang yang salah  Penempatan barang yang tidak tepat  Pengangkatan yang tidak tepat  Posisi yang tidak tepat dalam melakukan tugas  Memperbaiki peralatan pada saat beroperasi  Bertengkar, bersenda gurau yang berlebihan dengan pekerja lain  Di bawah pengaruh alkohol dan atau obat-obatan Prasyarat atau prekursor dapat menciptakan potensi berbagai perilaku yang tidak aman. Sifat dari perilaku ini dapat terjadi karena adanya bahaya, pengaruh tugas yang kompleks, dan pengaruh lingkungan. Sebuah prekursor psikologi tertentu, baik prekursor tunggal atau prekursor kombinasi dapat memainkan peran penting dalam memprofokasi dan membentuk set perilaku tidak aman. Adapun klasifikasi perilaku tidak aman adalah sebagai berikut. sumber : McKinnon, 2000  Slip dan Lapse Slip dan lapse disebabkan oleh seringnya kehilangan memori sesaat karena kurangnya perhatian atau kehilangan konsentrasi. Slip dan lapse tidak berhubungan dengan tingkat pelatihan, pengalaman atau motivasi dan keduanya bisa dikurangi dengan kembali merancang- pekerjaan atau peralatan atau meminimalkan gangguan. Slip adalah kegagalan melaksanakan tugas untuk bertindak benar. Contohnya termasuk melaksanakan tugas yang bukan menjadi tugasnya, membaca cepat yang salah atau memilih komponen yang salah dalam perakitan. Slip juga menggambarkan tindakan yang diambil terlalu diniterlalu terlambat yang tidak sesuai dengan prosedur. Lapse adalah kegagalan melaksanakan bagian dari prosedur kerja karena tidak melakukan tindakan yang benar Hughes dan Frrett, 2011. Unsafe acts Unintended Action Intended Action SLIP LAPSE Mistake Violation Attentional failures Routine violation Exceptional violation Acts of sabotage Rule-Based mistakes Knowledge-based mistakes Memory failures  Mistake Kesalahan terjadi ketika seseorang yakin bahwa tindakan yang dilakukan benar tapi kenyatannya tindakan tersebut kelirusalah. Ada dua jenis kesalahan berbasis aturan dan berbasis pengetahuan. Kesalahan berbasis aturan terjadi ketika aturan atau prosedur diterapkan secara tidak benar. Kesalahan-kesalahan ini biasanya terjadi ketika aturan yang biasanya digunakan tidak lagi berlaku. Kesalahan berbasis pengetahuan terjadi ketika mencoba metode atau aturan perhitungan yang digunakan tidak tepat Hughes dan Frrett, 2011.  Violation Ada tiga kategori pelanggaran yaitu rutin, situasional dan luar biasa. Pelanggaran rutin terjadi ketika melanggar sebuah aturan atau prosedur. Hal ini menjadi rutin ketika tidak menggunakan prosedur yang direkomendasikan untuk tugas pekerjaan. Pelanggaran situasional terjadi ketika adanya tekanan pekerjaan pada waktu tertentu membuat aturan kepatuhan sulit diterapkan. Pelanggaran situasional dapat dikurangi dengan meningkatkan desain kerja, lingkungan kerja dan pengawasan. Pelanggaran luar biasa jarang terjadi dan biasanya terjadi ketika aturan keselamatan tidak berfungsi saat melakukan tugas baru Hughes dan Frrett, 2011.

C. Keselamatan Berbasis Perilaku Behavior - Based Safety

Pendekatan perilaku dalam aplikasi penerapan prinsip-prinsip ilmu perilaku untuk manajemen keselamatan sangat penting untuk beberapa area. Selama penilaian, pendekatan perilaku ini menggunakan metode wawancara dan survei untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan dari suatu pengukuran keselamatan dan budaya keselamatan yang ada Krause, 1997. Pada awalnya, hal yang paling penting untuk memahami tentang pendekatan berbasis perilaku adalah pendekatan ini berfokus hanya pada perilaku yang berisiko pada fasilitas. Perilaku berisiko yang dimaksud adalah praktek kerja yang dijalankan dengan adanya fasilitas yang terhubung dengan sistem manajemen, termasuk sistem keselamatan. Pendekatan ini menegaskan bahwa tidak berarti cedera adalah kesalahan karyawan Krause, 1997. Pendekatan behavior – based safety sering digambarkan sebagai pendekatan bottom-up frontline employees dengan dukungan top-down dari para pemimpin keselamatan. Pendekatan Behavior – based safety ini fokus dalam mempromosikan intervensi pada faktor manusia dan sering melakukan pengamatan pada setiap orang atau pengamatan pada satu kelompok untuk melihat kinerja pekerja dalam mengamati karyawan melakukan tugas-tugas pekerjaan rutin, mengatur tujuan agar tercapai dengan hati-hati dan memberikan umpan balik tepat waktu terkait jika berperilaku selamat, pelatihan dan mentoring. Inisiatif menjadi fokus proaktif untuk mendorong individu dan kelompok kerja mempertimbangkan potensi keterlibatan insiden, kecelakaan, dan untuk menilai perilaku pekerja sendiri sebagai perilaku aman atau tidak Health and Safety Authority, 2013. Berdasarkan Health and Safety Authority 2013, Behavior - based safety didasarkan pada:  Prinsip-prinsip yang solid tentang memotivasi, membantu, memperkuat, dan mempertahankan perilaku aman.  Membawa pendekatan sistematis, memeriksa motivasi yang mendasari perilaku, untuk meningkatkan perilaku aman.  Membutuhkan waktu untuk mencapainya, tetapi hasilnya bisa diamati segera karena sifat pengukuran yang terlibat.  Menekankan meningkatnya perilaku aman bukan berfokus pada lamanya waktu tanpa cedera.  Program tidak hanya bergantung pada „lagging indicator‟ dan sebagai gantinya mengalihkan fokus untuk „leading indicator‟.  Bukan pengganti untuk program kesehatan dan keselamatan komprehensif yang sudah ada, tetapi alat tambahan yang akan meningkatkan pengaruh praktek yang sudah ada, dan akan memungkinkan untuk pengukuran objektif.  Bertujuan untuk memahami penyebab insiden dan nearmiss dan memperbaikinya melalui perilaku orang yang relevan. Dalam behavior – based safety, perilaku dapat dijabarkan melalui analisis atau model ABC Antecedents – Behavior – Consequences yang merupakan sebuah alat manajemen yang kuat untuk menemukan kekuatan dan kelemahan dalam upaya meningkatkan fasilitas keselamatan Krause, 1997.

D. Teori- Teori Perilaku