Tabel 2.3 Derajat Ketulian WHO 1992
Penampilan Nilai Ketulian Nilai Audiometri
Kedua telinga
tidak dapat
mendengar kata yang diucapkan 5 = tuli sangat
berat bilateral 81 dB
Dapat mendengar beberapa kata yang diteriakkan pada sisi telinga
yang lebih mendengar 4 = tuli berat
bilateral 61-80 dB
Dapat mendengar kata-kata yang diteriakkan dari jarak 3 meter.
3 = tuli sedang bilateral
41-60 dB Agak sulit mendengar tetapi
biasanya dapat mendengar kata- kata yang diucapakan dengan
kekerasan suara yang normal 2 = tuli ringan
bilateral 26-40 dB
Ketulian hanya terjadi pada satu telinga
1 = tuli ringan unilateral
Telinga yang sehat mempunyai
nilai audiometri
normal 25 dB
Tidak ada masalah pendengaran 0= normal
Kedua telinga
dengan nilai
audiometri normal
25 dB Sumber : WHO 1992 dalam Seotirto 1994
1. Kecacatan pada NIHL
Dalam menghitung cacat akibat bising diperlukan audiogram nada murni pada saat mulai bekerja di lingkungan
bising dan audiogram nada murni yang terakhir dibuat. Bila audiogram nada murni pada saat mulai bekerja pada lingkungan
bising tidak ada, maka dianggap ambang pendengaran dulu adalah 25 dB, diperlukan umur pekerja untuk korelasi terhadap penurunan
ambang pendengaran 0,5 dB tiap tahun setelah umur 40 tahun. Menurut
American Medical
Association AMA
menyatakan bahwa cacat total pendengaran terjadi apabila ambang
dengar di atas 92 dB. Jadi batas ambang tertinggi untuk tuli adalah 93 dB dan terendah adalah 25 dB.
a Ketulian monoaural dinilai sebagai berikut :
Periksa pendengaran pada frekuensi 500-1000-2000 Hz, kemudian ambil rata-ratanya. Kurangi dengan 25 dB.
Perkalian sisanya dengan 1,5. Hasilnya ialah presentasi ketulian dari satu telinga monoaural
b Ketulian binaural kedua telinga dihitung sebagai berikut :
Perkalian monoaural dari telinga yang lebih baik dengan 5. Tambahkan nilai ketulian monoaural dari telinga
yang lebih buruk pendengarannya dengan hasil perhitungan tadi. Bagi jumlah ini dengan 6. Hasilnya ialah prosentasi
ketulian binaural. c
Tuli hantar dan tuli campur, tambahan nilai hantaran udara pada hantaran tulang pada 500, 1000 dan 2000 Hz, kemudian
dibagi 6 enam selanjutnya perhitungan sama dengan tuli akibat bising Chairani, 2004.
2. Patofisiologi NIHL
Menurut Lim, 1979 dalam Bashiruddin 2002 bahwa mekanisme yang mendasari NIHL diduga berupa adanya stres
mekanis dan metabolic pada organ sensorik audiotorik bersamaan dengan kerusakan sel sensorik atau bahkan kerusakan total organ
corti didalam koklea Frekuensi kebisingan. kehilangan sel sensorik pada daerah yang sesuai dengan frekuensi yang terlibat adalah
penyebab NIHL yang paling penting. Kepekaan terhadap stress pada sel rambut luar ini berada dalam kisaran 0-58 dB, sedangkan
untuk sel rambut dalam di atas 50 dB. Biasanya dengan terjadinya TTS, ada kerusakan bermakna pada sel rambut luar. Frekuensi
yang sangat tinggi lebih dari 8 kHz memengaruhi dasar koklea. Proses mekanis yang dapat menyebabkan kerusakan sel
rambut akibat pajanan terhadap bising meliputi : a
Aliran cairan yang kuat pada sekat koklea dapat menyebabkan robeknya membrane Reissner sehingga dalam endolimfe dan
perilimfe bercampur yang mengakibatkan kerusakan sel rambut.
b Gerakan membran basilar yang kuat dapat menyebabkan
gangguan organ Corti dengan pencampuran endolimfe dan kortilimfe yang mengakibatkan kerusakan sel rambut.
c Aliran cairan yang kuat pada sekat koklea dapat langsung
merusak sel rambut dengan melepaskan organ Corti atau merobek membrane basilar.
Proses metabolik yang dapat merusak sel rambut akibat pajanan bising meliputi :
a Pembentukan vesikel dan vakuol di dalam retikulum
endoplasma sel rambut serta pembengkakan mitikondria dapat berlanjut menjadi robeknya membrane sel dan hilangnya sel
rambut. b
Kehilangan sel rambut mungkin disebabkan kelelahan metabolic akibat gangguan sistem enzim yang esensial untuk
produksi energi, biosintesis protein dan pengkutan ion. c
Cidera stria vakularis menyebabkan gangguan kadar Na, K dan ATP. Hal ini menyebabkan hambatan proses transpor aktif
dan pemakaian energi oleh sel sensorik. Kerusakan sel sensorik menumbulkan lesi kecil pada membrane reticular
bersamaan dengan percampuran cairan endolimfe dan kortilimfe serta perluasan kerusakan sel sensorik lain.
d Sel rambut luar lebih mudah terangsang suara dan
membutuhkan energi besar sehingga menjadi lebih rentan terhadap cedera akibat iskemia.
e Mungkin dapat terjadi interaksi sinergis antara bising dengan
pengaruh lain yang merusak telinga.
C. Hearing Loss Prevention Program HLPP