4. Pemantauan audiometri
Pemantauan audiometri merupakan kegiatan pengukuran kemampuan mendengar dengan pemeriksaan audiometer. Pemeriksaan audiometri sangat penting
peranannya dalam menunjang deteksi dini gangguan pendengaran. Dalam industri, audiometri sebenarnya mutlak diperlukan terutama bagi pekerja yang terpajan bising.
Menurut Harrington dan Gill dalam Herman 2003 menyebutkan beberapa keuntungan penerapan audiometri dalam industri, antara lain berupa adanya rekam
medis baseline audiogram yang diperoleh pada waktu pekerja mulai memasuki lapangan kerja. Mengetahui situasi kondisi pendengaran dan upaya kebisingan
lainnya, memperlihatkan pengaruh kebisingan pada pekerja dan menentukan secara dini kemungkinan terjadinya gangguan pendengaran.
Indikator yang pertama dalam pemeriksaan audiometri yaitu pemeriksaan
pekerja baru pre employment. Berdasarkan hasil penelitian bahwa PT. Pindad telah
melakukan pemeriksaan kesehatan awal bagi pekerjanya dalam medical check up, terutama pada saat penerimaan pekerja baru pre employment, namun belum termasuk
di dalamnya pemeriksaan ketajaman pendengaran audiometric bagi pekerja yang berpotensi terpajan bising. Menurut NIOSH 1999 bahwa salah satu indikator dalam
pemantauan audiometri adalah dengan pemeriksaan audiometri disaat pertama bekerja disuatu perusahaan. Sejalan dengan itumenurut Hutabarat 2012 bahwa pengukuran
audiometri sebaiknya dilakukan pada saat penerimaan pekerja baru pre employment. Pengukuran awal tersebut berguna sebagai base-line untuk mengevaluasi terhadap
pekerja yang terpajan bising. Demikian didukung oleh pernyataan Harrington dan Gill dalam Herman 2003
bahwa pemeriksaan audiometri merupakan data dasar yang dipakai sebagai pembanding terhadap hasil audiometri pada pemeriksaan berkala. Data ini sangat
berguna untuk menilai adanya penurunan daya dengar atau menentukan terjadinya ketulian akibat kerja. Sejalan dengan itu menurut Fajar 2011 bahwa untuk dapat
melindungi pekerja secara maksimal, pemeriksaan pendengaran harus dilakukan mulai dari calon pekerja baru pre employment. Oleh karena itu, pemeriksaan audiometri
dibutuhkan bagi pekerja yang baru memasuki tempat kerja dengan potensi bising tinggi. Pemeriksaan awal ini bertujuan sebagai data awal mengenai kondisi
pendengaran pekerja agar dapat memonitoring perkembangan dari kesehatan pendengaran pekerja.
Hal ini sejalan menurut penelitian Adikusumo 1994 mengatakan bahwa monitoring audiometri pada tahap awal dapat membantu mengidentifikasi pekerja yang
mengalami risiko kerusakan pendengaran tingkat awal, sehingga mereka dapat dimutasiditempatkan di luar tempat kerja yang bising. Pada pemeriksaan audiometri
calon pekerja baru pre employment pemeriksaan ulang dilakukan setelah 9-12 bulan kemudian. Apabila tidak terdapat perubahan ambang batas pendengaran yang
bermakna bila dibandingkan dengan hasil sebelumnya, pemeriksaan dilakukan dengan interval 1 tahun, kalau pajanan bising relatif rendah, maka pemeriksaan diperpanjang
lebih dari 1 tahun Tana 1998.
Indikator yang selanjutnya yaitu pemeriksaan audiometri pada pekerja ke tempat bising.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pemeriksaan audiometri pada saat penempatan karyawan ke tempat bising belum dilakukan. pemeriksaan audiometri
hanya dilakukan secara berkala pada dua tahun sekali. Data terakhir tes audiometri yang dilakukan pada tahun 2013. Dengan tingkat kebisingan yang cukup tinggi di area
kerja semestinya pengukuran dilakukan dilakukan setahun sekali. Menurut Herman 2003 bahwa pemeriksaan berkala dilakukan setiap satu tahun sekali atau enam bulan,
bergantung dari tingkat intensitas kebisingan yang diterima. Hal ini sejalan menurut
Harrington dan Gill dalam Herman bahwa keuntungan melakukan pemeriksaan audiometri dapat mengetahui situasi kondisi pendengaran pekerja.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pemeriksaan audiometri saat pindah tugas dari tempat bising atau saat pensiun belum dilakukan. Pekerja mengetahui status
kesehatan saat pindah tugaspensiun melalui hasil medical check up yang dilakukan. Menurut NIOSH 1999 bahwa salah satu indikator pelaksanaan audiometri dilakukan
pada saat keluar atau pindah dari tempat dengan kebisingan yang tinggi dengan kebisingan yang normal dan saat pensiunpurna tugas.
Hal ini sejalan menurut OSHA 1983 dan Direktorat Bina Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan 2006 dalam Pujiriani 2008 bahwa salah satu indikator
dalam pemeriksaan audiometri dilakukan pada saat pekerja keluar dari tempat kerja dengan potensi bising tinggi dan pada saat pensiun. Pengukuran pada saat pekerja
pensiun ini dapat memperlihatkan pengaruh bising yang diterima pekerja selama bekerja diperusahaan tersebut dan mengetahui kemungkinan terjadinya gangguan
pendengaran dari bising yang ditimbulkan dari pekerjaannya Herman 2003. Berdasarkan hasil audiometri yang dilakukan saat keluarpurna tugas ini bertujuan
untuk memberikan informasi dan penjelasan mengenai status kesehatan pendengaran pekerja Chairani, 2004. Fase pemeriksaan pasca kerja ini merupakan tahap hasil
pengujian audiometri terhadap seorang pekerja yang sudah tidak lagi bekerja di tempat yang memiliki tingkat kebisingan melebihi NABpurna tugas Kusumawati, 2012..
Indikator yang selanjutnya mengenai data audiometri jelas, terdapat tanggal pelaksanaannya.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa data mengenai pemeriksaan audiometri sudah terlaksana, terdapat tanggal dan hasil pemeriksaannya dapat dilihat
pada lampiran 6 hasil audiometri. Menurut NIOSH 1999 bahwa dalam pelaksanaan
tes audiometri memiliki data yang jelas dan terdapat tanggal pelaksanaannya. Sejalan dengan itu menurut OSHA 1983 bahwa dalam tes audiometri yang dilakukan terdapat
data jelas dan terdapat tanggal pelaksanaanya. Menurut Herman 2003 bahwa pemeriksaan audiometri dilakukan dengan melengkapi data yang lengkap seperti
tanggal pelaksanaan dan data pemeriksaannya. Selanjutnya dari hasil pemeriksaan audiometri tersebut dapat diambil tindak lanjut atau pengendalian dari pekerja yang
mengalami gangguan dengar akibar bising di area kerja.
Indikator selanjutnya mengenai tindak lanjut dari dokumen audiometri.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa tindakan lebih lanjut dari dokumen audiometri belum dilakukan. Jika terdapat kelainan atau gangguan dengar dari hasil pemeriksaan
audiometri maka PT. Pindad wajib melakukan tindak lanjut jika ditemukan kelainan atau gangguan-gangguan kesehatan pada tenaga kerja pada pemeriksaan berkala,
pengurus wajib mengadakan tindak lanjut terhadap kalainan atau gangguan tersebut dan sebab-sebabnya untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja.
Menurut NIOSH 1999 bahwa dari hasil pemeriksaan audiometri selanjutnya dilakukan tindak lanjut mengenai pekerja yang mengalami penurunangangguan
pendengaran. Seiring dengan itu OSHA menyatakan bahwa hasil pemeriksaan audiometri pekerja harus ditindak lanjuti untuk mengetahui tindakan yang harus
dilakukan oleh perusahaan. Tindak lanjut dari temuan berdasarkan pemeriksaan audiometri yang diakibatkan oleh kebisingan, harus disesuaikan dengan tingkat
gangguan pendengaran yang di derita pekerja. Apabila tingkat keparahan gangguan pendengaran serius sebaiknya pekerja dipindahkan dari tempat kerja tersebut. Namun
jika jenis gangguan pendengaran baru sebatas tinnitus, pengobatan ataupun tindak lanjut yang dilakukan adalah dengan istirahat di ruang khusus yang tenang dan
terhindar dari kebisingan serta mengkonsumsi makanan yang cukup dan bergizi
Kusumawati, 2012. Oleh karena itu semestinya perusahaan melakukan evaluasi terhadap hasil audiometri pekerja, sehingga dapat menjamin keselamatan dan
kesehatan pekerja serta, dapat memberikan pemindahan tugas dari tempat dengan potensi bising ke tempat yang lebih rendah potensi bisingnya.
Indikator selanjutnya yang membahas mengenai perbandingan hasil pemeriksaan pekerja sebagai
baseline data untuk mengidentifikasi kesesuaian NAB.
Pemeriksaan audiometri berkala dilakukan untuk melihat adanya perubahan pada fungsi pendengaran. Penurunan atau bahkan kehilangan pendengaran dapat dilihat
dari hasil analisis perbedaan audiogram data awal dibandingkan dengan audiogram pemeriksaan berikutnya. Berdasarkan hasil penelitian bahwa perbandingan hasil tes
pekerja sebagai baseline data untuk identifikasi kesesuaian NAB dengan standar belum dilakukan. Hal ini menjadi salah satu kendala dalam menindak lanjut hasil pemeriksaan
audiometri. Menurut NIOSH 1999 bahwa dari pemeriksaan pre employment dilakukannya perbandingan hasil tes pekerja sebagai baseline data untuk identifikasi
kesesuaian NAB dengan standar. Sejalan dengan itu menurut Herman 2003 bahwa dari hasil pemeriksaan
audiometri pre employment dapat menjadi dasar sebagai pembanding dan berguna untuk menentukan terjadinya gangguan pendengaran akibat kerja. Dapat dikatakan
bahwa adanya identifikasi dan tindak lanjut dari perbandingan hasil pemeriksaan pekerja baseline data tidak dapat memberikan gambaran kondisi pendengaran pekerja
pada saat awal masuk dengan pemeriksaan pre-employment sampai pekerja keluarpurna tugas dari perusahaan. Dengan demikian, perusahaan dalam hal ini harus
melakukan pemeriksaan pre-employment untuk dapat membandingkan hasil pemeriksaan audiometri pekerja, sehingga dapat memberikan tindak lanjut dari
gangguan yang dialami pekerja. Setelah hasil pemeriksaan audiometri dibandingkan
dengan kesesuaian NAB akan terlihat bahwa pekerja yang mengalami gangguan pendengaran akan melewati nilai Standard Threshold Shift STS kemudian
dikomunikasikan dan diberikan peringatan secara tertulis kepada pekerja yang bersangkutan agar pekerja dapat mengetahui penurunan pendengaran yang dialaminya.
Indikator yang selanjutnya mengenai hasil tes audiometri secara keseluruhan dikomunikasikan
kepada pihak yang bersangkutan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa hasil tes audiometri telah dikomunikasikan kepada pihak yang mengikuti tes
audiometri dan pengawas. Hasil tes audiometri secara keseluruhan dapat menjelaskan informasi yang jelas kepada pekerja Chairani 2004. Namun bentuk komunikasi dari
hasil tes audiometri hanya sebatas hasil pemeriksaan audiometri, belum ada komunikasi lebih lanjut mengenai hasil pemeriksaan tersebut kepada pekerja. Sejalan
dengan itu menurut NIOSH 1999 bahwa hasil pemeriksaan audiometri secara keseluruhan dikomunikasikan kepada pihak yang bersangkutan.
Perusahaan hendaknya mengkomunikasikan secara umum dan jelas mengenai pemeriksaan audiometri kemudian bagaimana tindak lanjut dari pengujian tersebut,
agar pekerja mendapatkan informasi yang sejelas jelasnya. Sehingga pekerja lebih memberikan perlindungan diri secara lebih baik dalam bekerja dengan kebisingan yang
diterima di tempat kerjanya. Menurut direktorat bina kesehatan kerja departemen kesehatan 2006 bahwa hasil tes audiometri secara keseluruhan dikomunikasikan
kepada pengawas dan pekerja yang mengikuti tes audiometri tersebut.
5. Pencatatan dan pelaporan