Tindakan Pembelajaran Siklus II

Mengacu pada tabel di atas, data yang diperoleh pada nilai siklus I siswa masih dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimum KKM yang ditetapkan 65, yaitu nilai rata-rata 64,3. Selanjutnya peneliti melakukan tindak lanjut pada pertemuan dan siklus berikutnya. d. Tahap Refleksi Setelah melalui rangkaian penelitian mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan observasi diperoleh hasil penilaian siklus I. Dapat dilihat pada tabel di atas masih banyak kekurangan dan kesalahan yang dilakukan siswaresponden. Rata-rata nilai yang diperoleh menjadi tolak ukur karena tidak mencapai nilai KKM yang ditetapkan. Dari jumlah keseluruhan siswa yang mencapai 36 orang, masih ada beberapa siswa yang memperoleh nilai rendah yaitu 50. Hal ini tentu menjadi perhatian peneliti untuk melakukan evaluasi tindakan pada siklus II. Kekurangan dan kesalahan yang terjadi pada siklus I disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya penggunaan waktu yang tidak efektif, hal tersebut disebabkan karena beberapa siswa terlambat masuk kelas. Kemudian jadwal dan pelaksanaan pembelajaran dirasakan menjadi faktor utama penyebab kekurangan yang terjadi, siswa cenderung jenuh dan tidak bersemangat karena jadwal pelaksanaan pembelajaran masuk di jam terakhir sekolah. Namun ketika memerhatikan penjelasan dari guru siswa terlihat lebih serius dan sedikit demi sedikit mencerna apa yang disampaikan dan dijelaskan guru.

4. Tindakan Pembelajaran Siklus II

a. Tahap Perencanaan Memperbaiki dan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami bacaan diawali peneliti dengan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran RPP. Selain itu seperti dengan pertemuan sebelumnya, peneliti menyiapkan sejumlah soal pada siklus II sebagai acuan dasar untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam upaya memperbaiki pada siklus I. Pada tahap ini dijelaskan kembali metode belajar dengan penerapan strategi PQ4R secara detail. Hal ini dimaksudakan agar siswa menguasai tahap-tahap yang harus dilaksanakan dalam metode tersebut. Sebagai tolak ukur tingkat pencapaian, peneliti menyiapkan lembar kuesioner yang dibagikan kepada seluruh siswa untuk melakukan pengisian berdasarkan pada pengamatan dan pengalaman masing-masing. b. Tahap Pelaksanaan Sebagai perbaikan dari pelaksanaan sebelumnya, maka materi yang disajikan penulis hampir serupa dengan tindakan dan pelaksanaan awal. Namun tidak sama, hanya saja penjelasan tahap-tahap yang terdapat dalam metode PQ4R menjadi perhatian serius. Hal ini ditujukan agar siswa benar-benar menguasai dan mampu secara individu untuk diterapkan dalam upaya memahami segala macam dan bentuk dari suatu wacana. Tentu saja dalam hal ini adalah wacana argumentasi. Pada pertemuan dan siklus II ini, siswa terlihat lebih siap. Beberapa siswa laki-laki malah terlihat lebih semangat dan siap mengerjakan soal yang akan dikerjakan dengan menerapkan metode PQ4R. Sesekali mereka bertanya kembali langkah yang terdapat dalam metode PQ4R yang belum dikuasai. Seperti tidak mau kalah, siswi perempuan terlihat lebih aktif memberikan tanggapan ketika ada siswa yang bertanya mengenai langkah yang belum ditanyakan tersebut. Dengan demikian suasana kelas lebih hidup dibandingkan dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya. Antusiasme kelas XI IPS 1 berlanjut ketika guru membagikan lembaran berisi soal yang harus dikerjakan siswa. Suasana kelas terlihat kondusif dan fokus pada satu hal, yaitu memahami makna yang terdapat pada wacana argumentasi dengan penerapan metode PQ4R. langkah per langkah dapat dijalankan dengan baik dan semua siswa terlihat fokus pada bacaan masing-masing. Gambar 4.2 Siswa Mengerjakan Soal Latihan dengan Metode PQ4R Hasil pemahaman siswa pada siklus I mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus II. Berikut tabel hasil penilaian siswa pada siklus II. Tabel 4.4 Nilai Siswa dalam Memahami Bacaan pada Siklus II No SiswaResponden Aspek Penilaian Skor Kategori Perolehan skor 1 2 3 4 5 1 Adi 75 70 73 70 75 73 Baik 2 Ahmad F 65 65 65 67 65 65 Baik 3 Ahmad N 70 67 65 68 70 68 Baik 4 Ahmad R 75 67 67 70 70 70 Baik 5 Aif 70 65 63 70 70 68 Baik 6 Akmal 70 67 73 70 75 70 Baik 7 Ari 75 70 67 76 77 73 Baik 8 Bagus 70 65 68 65 70 68 Baik 9 Debita 75 70 73 70 75 73 Baik 10 Elisa 80 83 75 84 80 80 Sangat Baik 11 Ella 75 70 65 65 77 70 Baik 12 Faishal 75 70 65 67 70 69 Baik 13 Fauziah 85 82 77 81 84 82 Sangat Baik 14 Fida 77 70 65 70 70 70 Baik 15 Firda 75 75 70 75 77 74 Baik 16 Fitria 75 70 73 75 75 74 Baik 17 Ifat 80 70 78 75 80 77 Baik 18 Ila 65 70 65 63 70 67 Baik 19 Kiki 70 70 66 70 75 70 Baik 20 Mario 65 64 60 70 65 65 Baik 21 Mario S 70 67 70 65 70 68 Baik 22 Marsha 85 83 80 83 80 82 Sangat Baik 23 Meiliya 75 73 70 70 75 73 Baik 24 Melinda 80 80 82 78 80 80 Sangat Baik 25 Milda 75 75 70 73 75 74 Baik 26 Mufid 70 65 65 67 70 67 Baik 27 Nabilla 80 75 85 83 80 81 Sangat Baik 28 Ria 75 70 75 78 70 74 Baik 29 Siti 80 75 79 75 80 78 Baik 30 Syifa 80 83 77 80 80 80 Sangat Baik 31 Urip 65 65 68 68 65 66 Baik 32 Wahyu 70 65 67 67 70 68 Baik 33 Welli 65 64 67 65 63 65 Baik 34 Wiandri 85 85 85 85 87 85 Sangat Baik 35 Willy 75 70 73 65 67 70 Baik 36 Yaumul 65 68 65 65 60 65 Baik Jumlah 2602 Hasil dan penilaian siklus II dengan menggunakan penghitungan seperti berikut: Total Skor : Jumlah skor yang di peroleh siswa Jumlah siswa : 2602 36 : 72,2 Berdasarkan Tabel 4.4 nilai siklus II siswa di atas, diperoleh tingkat penguasaan dan pemahaman siswa tertinggi, terendah, dan rata-rata dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.5 Persentase Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siklus II Tingkat pemahaman Persentase Siklus II Nilai Terendah Siswa 63 Nilai Tertinggi Siswa 87 Rata-rata Nilai Siswa 72,2 Berdasarkan data nilai pada tabel di atas, terlihat bahwa nilai pada siklus II siswa mengalami peningkatan signifikan, dengan rata-rata nilai yang diperoleh siswa 72,2. Dengan demikian kriteria ketuntasan minimum KKM telah tercapai 65. Namun bukan berarti tak ada kekurangan, masih ada nilai KKM yang belum tercapai secara merata pada seluruh siswa. Masih ada beberapa siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM 65. Hal tersebut di dasarkan atas beberapa faktor, diantaranya siswa tidak memperhatikan penjelasan guru secara seksama, selain itu waktu yang disediakan dirasa tidak cukup. c. Tahap Observasi Bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan, peneliti melakukan pengamatan selama proses kegiatan belajar berlangsung. Aspek yang diamati meliputi segala hal yang terjadi di kelas. Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.6 Format Observasi Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran No Aspek yang diamati Tindakan II 1 Siswa memberikan perhatian terhadap penjelasan guru. 75 2 Siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran. 75 3 Siswa antusias terhadap materi pelajaran. 77 4 Siswa aktif mengajukan pertanyaan. 74 5 Siswa memberikan komentar dan mengajukan pendapat. 74 6 Siswa dapat menjawab pertanyaan guru. 75 7 Siswa terlibat langsung dalam proses KBM. 70 8 Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan tahapan yang telah dijelaskan. 80 9 Siswa mengevaluasi materi pembelajaran. 75 10 Siswa mengikuti proses pembelajaran sampai akhir dan membuat kesimpulan. 70 Jumlah 745 Total skor : Jumlah Skor yang diperoleh Jumlah aspek : 745 10 : 74,5 Keterangan: Skala penilaian aspek yang dinilai: 10 – 54 : Kurang 55 – 64 : Cukup 65 – 79 : Baik 80 – 100 : Sangat Baik Skala penilaian jumlah rata-rata: 10 – 59 : Tingkat kemampuan rendah 60 – 79 : Tingkat kemampuan sedang 80 – 100 : Tingkat kemampuan Baik Dari keseluruhan nilai yang terdapat pada tabel di atas terlihat bahwa pemahaman belajar dan aktivitas siswa mengalami peningkatan. Kategori tersebut dilihat dari poin 4 dan poin 5, yaitu aspek siswa saat kegiatan tanya jawab dan memberikan tanggapan, diperoleh rata-rata 74, sedangkan pada poin 8, yaitu tahap pelaksanaan mengerjakan soal dan tugas peningkatan lebih menonjol dibanding dengan aspek poin lain. Sementara kategori nilai terendah terdapat pada poin 9, yaitu tahap evaluasi dengan rata-rata 75. d. Tahap Refleksi Langkah akhir dari rangkaian siklus II ini adalah merefleksi semua kegiatan aspek pembelajaran yang telah dilaksanakan. Meninjau ulang hasil pada tahap pelaksanaan dan mengevaluasi hasil kerja siswa. Secara umum siswa sepakat dan menyukai metode belajar dengan penerapan strategi PQ4R. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan pemahaman mereka pada wacana argumentasi yang telah disediakan guru. Siswa merasakan dan mendapatkan sesuatu yang baru inovasi dalam belajar dengan penerapan metode tersebut. Suasana kelas tampak lebih hidup dan situasi terlihat kondusif, karena siswa dituntut untuk fokus dan memperhatikan langkah-langkah yang terdapat dalam metode itu. Sebagai data pendukung dari rangkaian yang telah dilaksanakan. Pada langkah paling akhir dari rangkaian pelaksanaan penelitian, peneliti menyebarkan lembar kuesioner kepada seluruh siswa. Pengisian lembar tersebut didasarkan pada pengamatan dan pengalaman siswa selama proses dan kegiatan pembelaaran. Berikut adalah tabel hasil pengisian kuesioner siswa. Tabel 4.7 Lembar Pengisian Kuesioner Siswa terhadap PQ4R No Pertanyaan Ya Kurang Tidak Jml Jml Jml 1 Apakah Anda menyukai model pembelajaran PQ4R ini? 27 75,00 7 19,44 2 5,55 2 Apakah model pembelajaran PQ4R cocok diterapkan pada materi wacana argumentasi? 32 88,88 4 11,11 3 Apakah Anda merasa kesulitan belajar dengan penerapan model belajar PQ4R? 6 16,66 10 27,77 20 55,55 4 Apakah model pembelajaran ini membuat Anda semangat mempelajari Bahasa Indonesia, khususnya materi tentang wacana? 25 69,44 11 30,55 5 Apakah Anda merasa jenuh dengan penerapan model belajar PQ4R ini? 5 13,88 9 25,00 22 61,11 6 Apakah dengan strategi PQ4R dapat membuat Anda bisa menjelaskan kembali materi pelajaran? 22 61,11 10 27,77 4 11,11 7 Apakah Anda aktif dalam mengikuti tahapan pembelajaran PQ4R? 22 61,11 11 30,55 3 8,33 8 Apakah Anda memahami materi dengan baik setelah menggunakan model pembelajaran PQ4R? 24 66,66 12 33,33 9 Apakah model pembelajaran PQ4R tidak mempengaruhi tingkat pemahaman belajar Anda? 8 22,22 7 19,44 21 58,33 10 Apakah model pembelajaran PQ4R dirasakan dapat meningkatkan hasil belajar Anda pada mata pelajaran Bahasa Indonesia? 27 75,00 6 16,66 3 8,33 Dari persentase tabel pertanyaan seputar metode dan strategi PQ4R di atas bisa dikatakan bahwa siswa menyukai strategi PQ4R, dan siswa merasakan manfaat dan kegunaan strategi tersebut dalam meningkatkan pemahaman belajar mereka pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Dengan demikian, penelitian dihentikan di siklus II karena tujuan penelitian telah tercapai.

B. Pemeriksaan Keabsahan Data

Kegiatan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini di dalamnya menggunakan beberapa instrumen pengumpulan data. Instrumen itu meliputi wawancara, observasi, tes hasil belajar, kuesioner, dan dokumentasi. Semua instrumen tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman belajar siswa dengan penerapan metode seperti yang telah diuraikan di atas. Adapun pelaksanaan dari berbagai instrumen pengumpul data tersebut dilakukan secara bertahap sesuai dengan kegiatan dan pelaksanaan pembelajaran. Penggunaan instrumen pengumpul data yang lebih dari satu itu tiada lain untuk memperoleh data yang valid dan benar, sehingga memiliki tingkat keterpercayaan yang tinggi. Data yang valid adalah data yang tetap, yakni sifatnya tidak berubah meski terjadi dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu, sekian banyak instrumen pengumpul data di atas diupayakan untuk memperoleh data yang valid dan dapat dipercaya. Setiap instrumen yang digunakan selalu melibatkan responden untuk memperoleh hasil data. Wawancara dengan guru dan siswa misalnya, bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pelajaran bahasa Indonesia dan memiliki keterkaitan dengan tujuan penelitian. Pada tahap observasi dilakukan untuk memperoleh data melalui pengamatan sebelum atau ketika pelaksanaan penelitian tindakan di kelas berlangsung. Sedangkan tes hasil belajar adalah inti dari suatu penelitian dengan penerapan metode dan strategi yang telah ditentukan. Untuk memperoleh validitas data yang terakhir digunakan lembar kuesioner, dimana dalam pengisian lembar tersebut adalah benar-benar pengamatan dan pengalaman setiap siswa. Sebagai instrumen pendukung untuk memperoleh data yang lebih valid, peneliti