Pembentukan tingkah laku lekat attachment behavior

dari belief dan harapan mengenai orang lain. Model kelekatan ini akan mempengaruhi perilaku individu sepanjang rentan kehidupan..

2.3.6 Pengukuran Attachment style

Bäckstrӧm Holmes 2001 membahas bahwa ada berbagai alat ukur yang dikembangkan untuk mengukur attachment, diantaranya: 1. Relationship Questionnaire RQ RQ dikembangkan oleh Bartholomew dan Horowitz dalam Bäckstrӧm Holmes, 2001 yang digunakan untuk mengukur hubungan dekat antara teman sebaya. Alat ukur ini terdiri dari 4 paragraf singkat yang mendeskripsikan masing-masing attachment secure, fearful, dismissing dan preoccupied. Responden diminta untuk memberikan rating skala 7 poin masing-masing paragraph dan diminta pula untuk memilih deskripsi mana yang paling sesuai atau menjelaskan diri mereka. 2. Relationship Scale Questionnaire RSQ RSQ dikembangkan oleh Griffin dan Bartholomew 1994. RSQ digunakan untuk mengukur 4 attachment, yaitu secure, fearful, dismissing dan preoccupied attachment style. RSQ terdiri dari 30 item pernyataan, yang item- itemnya diambil dari alat ukur kelekatan milik Hazan dan Shaver 1987. Dari beberapa alat ukur diatas, peneliti memutuskan untuk mengadaptasi dan memodifikasi alat ukur RSQ Relationship Scale Questionnaire yang dikembangkan oleh Griffin dan Bartholomew dalam Hofstra Van Oudenhoven, 2004 dengan mengganti sasaran peneliti yaitu pada remaja dan attachment pada orang tua. Secara keseluruhan skala ini terdiri dari 24 item namun oleh peneliti satu item tidak diikutsertakan dalam pengambilan data, yakni item dari dimensi preoccupied attachment karena tidak sesuai dengan yang akan diukur dan menambahkan satu item pada dimensi dismissing attachment style. Yang digunakan dalam penelitian ini tetap 24 item. Terdiri dari empat dimensi dalam skala ini yaitu, secure attachment, fearful attachment, preoccupied attachment dan dimissing attachment.

2.3.5 Attachment dan agresivitas

Gallarin Alonso-Arbiol 2012 memaparkan bahwa keterkaitan parenting practices, parental attachment dengan agresivitas remaja. Parental attachment sebagai variable moderator antara parenting practices dan agresivitas remaja. Parenting practices memiliki pengaruh terhadap persepsi mengenai attachment secureinsecure pada orang tua, dan insecure attachment ayah akan berpengaruh terhadap agresivitas. Menurut Dyka, Ziv dan Cassidy dalam Gallarin Alonso-Arbiol, 2012 menyatakan bahwa remaja yang secure attachment kelekatan yang aman dibandingkan dengan yang insecure attachment kelekatan yang tidak aman dianggap lebih prososial atau cenderung kurang berperilaku agresif. Journal of Youth and Adolescence 2000 juga menunjukkan bahwa attachment pada orang tua secara signifikan berhubungan dengan usia, depresi, dan agresi. Remaja yang tingkat attachment orang tua tinggi akan menunjukkan tingat agresi dan depresi yang rendah begitu pun sebaliknya Laible, Carlo, Raffaelli, 1999. Pada penelitian diatas disimpulkan jika remaja yang mempunyai kelekatan yang positif dengan orang tuanya seperti rasa aman dan nyaman pada orang tua yang akan membuat anak merasakan amat berharga, penuh dorongan dukungan sosial dan kasih sayang dari orang tuanya akan mengurangi agresivitas remaja, sedangkan insecure attachment style menimbulkan rasa tidak nyaman dalam sebuah kelekatan, sehingga anak memiliki persepsi yang selalu curiga kepada orang tuanya maupun pada orang lain serta menghindar dan selalu merasa cemas yang akan memunculkan perilaku agresi.

2.4 Kerangka Berpikir Dan Hipotesis

2.4.1 Kerangka Berpikir

Agresivitas merupakan perilaku agresi yang bertujuan untuk menyakiti dan melukai makhluk hidup orang lain dengan sengaja baik secara fisik dan psikis dan target menghindari perilaku tersebut. Seperti yang telah didefinisikan oleh Myers 1996 perilaku agresi adalah perilaku fisik atau lisan yang disengaja denga maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain. Perilaku maladaptif ini sering terjadi pada masa remaja, terbukti fenomena-fenomena dapat kita lihat dalam berita-berita atau media massa yang menyoroti betapa banyaknya kasus kekerasan yang sampai saat ini sulit untuk ditangani seperti pada kasus tawuran antar pelajar yang banyak terjadi di sekolah-sekolah menengah atas. Oleh karena itu kasus tawuran antar pelajar pun sudah menjadi hal yang tidak asing lagi bahkan sudah menjadi pembicaraan umum dikalangan masyarakat dan belum ada solusi yang konkrit untuk mengatasinya yang sampai saat ini hal tersebut sudah semakin kompleks. Agresivitas remaja bukan hanya dalam persoalan tawuran antar pelajar saja, namun banyak tindakan kekerasan lainnya seperti bullying yang juga dapat dikategorikan dalam agresivitas fisik seperti menyakiti dan mendorong atau dalam bentuk verbal seperti mengancam, mencela dan sebagainya Ylvisaker, 2006. Remajapelajar adalah fase pencarian jati diri, pencarian identitas diri ini adalah tugas perkembangan yang wajib dilalui remaja, remaja mulai mempertanyakan hakikat dirinya, dan esensi dari berbagai macam hal, mereka mencari apa yang menjadi potensinya dan menjadi seperti apakah pribadi yang mereka inginkan, kebanyakan remaja ingin diakui eksistensinya, ingin menjadi pusat perhatian. Ada beberapa faktor yang menyebabkan agresivitas pada remaja salah satunya adalah kepribadian big five personality yaitu kepribadian yang terdiri dari lima dimensi extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness to experiences. Contohnya, Individu yang semakin tinggi skornya pada dimensi extraversion yaitu cenderung penuh kasih sayang, suka bergabung menjadi anggota kelompok, banyak bicara, menyukai kesenangan, aktif, dan selalu bersemangat, semakin baik ia mengontrol emosinya sehingga akan mengurangi agresivitasnya. Pada dimensi agreeableness individu yang agresivitasnya rendah maka individu tersebut memiliki skor tinggi pada kepribadian agreeableness yaitu cenderung berhati lembut, mudah percaya, dermawan, ramah, toleransi, bersahabat dan baik hati. Pada dimensi conscientiousness, seseorang dengan kepribadian ini mampu mengontrol tingkah lakunya terhadap lingkungan sosialnya, berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasaan, mengikuti peraturan dan norma yang berlaku. Oleh karena itu akan kecil kemungkinan untuk agresivitas. Individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi neuroticism akan cenderung gelisahcemas, temperamental, sentimentil,