Pengujian Proporsi Varian Masing-Masing Independent Variable

97

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan hasil penelitian, diskusi tentang penelitian serta saran secara praktis dan secara teoritis untuk penelitian selanjutnya.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan big five personality extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience, attachement style secure attachment, fearful attachment, preoccupied attachment, dismissing attachment dan jenis kelamin terhadap agresivitas pada pelajar di SMAN 6 Jakarta Hasil uji hipotesis minor diperoleh tujuh variabel yang signifikan pengaruhnya terhadap agresivitas yaitu extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience, fearful attachment, dan jenis kelamin.

5.2 Diskusi

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis pada bab 4 menunjukkan bahwa secara keseluruhan ada pengaruh yang signifikan dari variabel big five personality, attachment style dan jenis kelamin terhadap agresivitas pada pelajar di SMAN 6 Jakarta. Hal ini di ungkapkan juga dalam penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Caprara, et. al. dalam DeWall, et. al. 2012 yang menyatakan bahwa big five personality mempunyai hubungan dengan agresivitas, Namun, hanya tiga variabel yang mempunyai hubungan positif adalah neuroticism sedangkan yang mempunyai hubungan negatif, yaitu conscientiousness dan agreeableness. Dalam penelitian ini, semua dimensi dari big five personality yaitu extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism dan openness to experiences mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas pada pelajar di SMAN 6 Jakarta. Hal ini diungkapkan Pervin, Cervone dan John 2010 dalam sebuah teori kepribadian mengungkapkan bahwa kepribadian adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, kecenderungan remaja melakukan tindakan agresi juga tidak lepas dari peran kepribadian sebagai pembentuk perilaku. Dalam penelitian ini variabel attachment style memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas pada pelajar di SMAN 6 Jakarta. Hal ini serupa dengan penelitian yang di temukan dalam Journal of Youth and Adolescence 2000 menunjukkan bahwa attachment pada orang tua secara signifikan berhubungan dengan usia, depresi, dan agresi. Remaja yang tingkat attachment orang tua tinggi akan menunjukkan tingat agresi dan depresi yang rendah begitu pun sebaliknya Laible, Carlo, Raffaelli, 1999. Pada analisis koefisien regresi yang dilakukan dalam penelitian ini, terdapat lima variabel yakni extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism dan openness to experiences dari big five personality, dua variabel yakni fearful attachment dan preoccupied attachment dari attachment style dan variabel jenis kelamin yang berpengaruh secara signifikan terhadap agresivitas pada pelajar di SMAN 6 Jakarta. Sedangkan pada variabel secure attachment dan dismissing attachment tidak berpengaruh secara signifikan terhadap agresivitas pada pelajardi SMA Negeri 6 Jakarta Selatan. Hal tersebut menggambarkan kesesuaian sekaligus pertentangan dengan teori-teori yang juga meneliti variabel- variabel ini sebelumnya. Oleh karena itu peneliti mencoba untuk membahasnya. Variabel extraversion berpengaruh signifikan terhadap agresivitas dan berhubungan secara negatif. Jadi, semakin tinggi skor extraversion maka semakin rendah tingkat agresivitas, begitupun sebaliknya. Hal ini sesuai dengan teori Costa dan McCrae dalam Feis Feist 2010 yang menyatakan bahwa individu yang memili skor tinggi pada dimensi ini cenderung penuh kasih sayang, suka bergabung menjadi anggota kelompok, banyak bicara, menyukai kesenangan, aktif, dan selalu bersemangat. Sedangkan individu yang memiliki skor rendah pada dimensi ini cenderung tidak ramah dengan orang lain, suka menyendiri, pendiam, apa adanya, pasif, dan tidak peka terhadap lingkungan sekitar. Jadi, semakin tinggi skornya pada dimensi extraversion yaitu penuh kasih sayang, menyukai kesenangan, ramah pada orang lain, selalu bersemangat maka semakin baik ia mengontrol emosinya sehingga akan mengurangi agresivitasnya, Variabel agreeableness berpengaruh signifikan terhadap agresivitas dan berhubungan secara negatif. Jadi, semakin tinggi skor agreeableness maka semakin rendah tingkat agresivitas, begitupun sebaliknya. Hal ini sesuai dengan teori Costa McCrae dalam Feis Feist 2010 yang menyatakan bahwa individu yang memiliki skor tinggi akan cenderung berhati lembut, mudah percaya, dermawan, ramah, toleransi, bersahabat dan baik hati. Jadi, jika agresivitasnya tinggi maka individu tersebut memiliki skor rendah pada kepribadian agreeableness. Menurut Costa McCrae dalam pervin, et.al., 2010 mengungkapkan bahwa kepribadian ini mempunyai karateristik yaitu suka mengejek, tidak sopan, kasar, curiga, tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, pendendam, bengis atau kejam, pemarah, suka memerintah dan manipulatif. Variabel conscientiousness berpengaruh signifikan terhadap agresivitas dan berhubungan secara negatif. Jadi, semakin tinggi skor conscientiousness maka semakin rendah tingkat agresivitas, begitupun sebaliknya. Hal ini sesuai dengan teori Costa McCrae dalam pervin, et al, 2010 yang menyebutkan bahwa karateristik individu conscientiousness memiliki sifat yang terorganisir, dapat diandalkan, pekerja keras, disiplin, tepat waktu, cermat, rapih, ambisius, dan mempunyai hati yang keras dan tekun. Seseorang dengan kepribadian ini mampu mengontrol tingkah lakunya terhadap lingkungan sosialnya, berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasaan, mengikuti peraturan dan norma yang berlaku. Seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Anitei dan Dumitrache 2013 menunjukkan bahwa Tingkat kehati-hatian conscientiousness yang tinggi akan mengakibatkan lebih cenderung untuk mengikuti aturan, melihat masalah dengan serius dengan bertingkah laku dan bekerja secara hati-hati. Orang-orang dengan tingkat kehati-hatian conscientiousness yang tinggi akan lebih baik dalam mengontrol situasi serta lebih teliti dan disiplin. Variabel agreeableness dan conscientiousness berpengaruh pada agresivitas dan berhubungan secara negatif. Hal ini di dukung juga dalam penelitian sebelumnya Anderson et al dalam. Barlett dan. Anderson, 2012