Pengukuran Attachment style Kepribadian
dikategorikan dalam agresivitas fisik seperti menyakiti dan mendorong atau dalam bentuk verbal seperti mengancam, mencela dan sebagainya Ylvisaker, 2006.
Remajapelajar adalah fase pencarian jati diri, pencarian identitas diri ini adalah tugas perkembangan yang wajib dilalui remaja, remaja mulai mempertanyakan
hakikat dirinya, dan esensi dari berbagai macam hal, mereka mencari apa yang menjadi potensinya dan menjadi seperti apakah pribadi yang mereka inginkan,
kebanyakan remaja ingin diakui eksistensinya, ingin menjadi pusat perhatian. Ada beberapa faktor yang menyebabkan agresivitas pada remaja salah
satunya adalah kepribadian big five personality yaitu kepribadian yang terdiri dari lima dimensi extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan
openness to experiences. Contohnya, Individu yang semakin tinggi skornya pada dimensi extraversion yaitu cenderung penuh kasih sayang, suka bergabung
menjadi anggota kelompok, banyak bicara, menyukai kesenangan, aktif, dan selalu bersemangat, semakin baik ia mengontrol emosinya sehingga akan
mengurangi agresivitasnya. Pada dimensi agreeableness individu yang agresivitasnya rendah maka individu tersebut memiliki skor tinggi pada
kepribadian agreeableness yaitu cenderung berhati lembut, mudah percaya, dermawan, ramah, toleransi, bersahabat dan baik hati. Pada dimensi
conscientiousness, seseorang dengan kepribadian ini mampu mengontrol tingkah lakunya terhadap lingkungan sosialnya, berpikir sebelum bertindak, menunda
kepuasaan, mengikuti peraturan dan norma yang berlaku. Oleh karena itu akan kecil kemungkinan untuk agresivitas. Individu yang memiliki skor tinggi pada
dimensi neuroticism akan cenderung gelisahcemas, temperamental, sentimentil,
emosional, dan rentan terhadap kritikan orang lain yang besar kemungkinan akan bertindak agresif. individu mempunyai skor rendah pada openness yaitu tidak
peduli pada orang lain maka akan tinggi tingkat agresivitasnya, sedangkan jika mempunyai skor tinggi pada openness yaitu mudah toleransi, fokus dan wapada
pada berbagai perasaan maka akan rendah agresivitasnya. Selain bigfive personality peneliti mengajukan variabel lain yang
mempengaruhi agresivitas pada remaja, yaitu attachment keterikatan. Karena dengan attachment yang baik seperti rasa aman, kasih sayang, mendapatkan
dorongan yang positif secure dari orang tuanya anak akan mengurangi perilaku agresi daripada anak yang tidak mempunyai rasa aman insecure dari orang
tuanya. Pada pola insecure anak akan merasa menolak, menghindari serta merasa dirinya dapat melakukan sesuatu hal tanpa perlu arahan dari orang tuanya
sedangkan anak dengan pola secure dapat lebih aman dan nyaman untuk terbuka dan mau mengeluhkan perasaan-perasaan yang mereka rasakan di lingkungan
sosialnya maupun di dalam dirinya sendiri. Menurut Dyka, Ziv dan Cassidy dalam Gallarin Alonso-Arbiol, 2012
menyatakan bahwa remaja yang secure attachment kelekatan yang aman dibandingkan dengan yang insecure attachment kelekatan yang tidak aman
dianggap lebih prososial atau cenderung kurang berperilaku agresif. Selama ini, banyak peneliti menerima adanya tiga pola attachment seperti
yang didefinisikan oleh Bowbly secure attachment, insecure avoidant attachment, dan insecure-ambivalent attachment. Namun Bartholomew dan
Horowitz 1991 mengembangkan empat dimensi attachment yaitu Secure