Aggression Questionnaire AQ. Instrument yang dikembangkan

4. Frustasi Baron dan Byrne 2005 mengatakan bahwa Frustasi selalu memunculkan bentuk tertentu dari agresi, dan agresi selalu berasal dari frustasi. Singkatnya, orang yang frustasi selalu terlibat dalam suatu tipe agresi dan semua tindakan agresi, dan sebaliknya.. Meskipun frustasi biasanya membangkitkan amarah, namun adakalanya juga tidak, meningkatkan amarah tidak selalu menyebabkan orang berperilaku lebih agresif Sears, Freedman Peplau, 1985. Temuan penelitian juga menunjukan bahwa ketika merasa frustasi, individu tidak selalu merespons dengan melakukan agresi. Sebaliknya, mereka memperlihatkan banyak reaksi berbeda, mulai dari kesedihan, keputusasaan, dan depresi di satu sisi, sampai pada usaha langsung untuk mengatasi sumber frustasi mereka di sisi yang lain. Agresi bukanlah respons otomatis dari frustasi Baron Byrne, 2005. 5. Provokasi langsung Baron Byrne 2005 mendefinisikan provokasi merupakan tindakan oleh orang lain yang cenderung memicu agresi pada diri si penerima, sering kali karena tindakan tersebut dipersepsikan berasal dari maksud yang jahat. Kritik yang kasar serta tidak sopan yang dapat menyerang diri sendiri dan bukan merupakan kritik terhadap perilaku diri yang salah, merupakan provokasi yang kuat sehingga dapat memunculkan perilaku agresi. Kita cenderung untuk membalas, memberikan agresi sebanyak yang kita terima, terutama jika orang tersebut menyakiti diri kita. 6. Agresi yang Dipindahkan Baron dan Byrne 2005 menyatakan bahwa agresi yang dipindahkan merupakan agresi terhadap seseorang yang bukan sumber dari provokasi yang kuat; agresi dipindahkan terjadi karena orang yang melakukannya tidak ingin atau tidak dapat melakukan agresi terhadap sumber provokasi. Agresi ini merupakan hasil provokasi yang ia tahan, kemudian sewaktu-waktu ia luapkan pada seseorang yang bukan sumber dari provokasi awal yang kuat. 7. Kekerasan pada Media Baron Byrne 2005 menyatakan bahwa makin banyak film atau program televisi dengan kandungan kekerasan yang ditonton partisipan pada saat kanak-kanak, makin tinggi tingkat agresi mereka ketika remaja atau dewasa. Misalnya, makin tinggi kecenderungan mereka untuk ditangkap atas tuduhan kriminal dengan kekerasan. Selain film, dapat terjadi pula “copycat crimes”, dimana suatu kejahatan yang dilaporkan di media kemudian ditiru oleh orang lain di lokasi yang jauh, memperlihatkan bahwa dampak seperti itu nyata. Dampak lain dari kekerasan pada media ialah timbulnya efek disensitisasi. Setelah individu menonton banyak adegan kekerasan, individu tersebut menjadi acuh pada kesakitan dan penderitaan orang lain; mereka menunjukkan reaksi emosional yang lebih sedikit daripada yang seharusnya terhadap tanda-tanda kekerasan seperti itu. Dan hal ini kemungkinan mengurangi pertahanan mereka sendiri menolak terlibat dalam agresi Baron Byrne, 2005.