Evaluasi Peningkatan Produktivitas Dengan Pendekatan Green Productivity

(1)

EVALUASI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN

PENDEKATAN GREEN PRODUCTIVITY

(Sudi Kasus Pada Stasiun Produksi PT.Perkebunan Nusantara III

Unit PKS Rambutan)

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

Oleh: LIBER SIBARANI

NIM: 090423067

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

EVALUASI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN

PENDEKATAN GREEN PRODUCTIVITY

(Sudi Kasus Pada Stasiun Produksi PT.Perkebunan Nusantara III

Unit PKS Rambutan)

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

Oleh: LIBER SIBARANI

NIM: 090423067

Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

(Ir. Rosnani Ginting, MT) (Aulia Ishak, ST. MT)

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

2012

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana. Tugas Sarjana merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana di Departemen Teknik Industri, khususnya Program Studi Ekstension, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul untuk Tugas Sarjana ini adalah “Evaluasi Peningkatan Produktivitas dengan Pendekatan Green Productivity”.

Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, maka penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan dan penulisan tugas sarjana ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, dan pembaca lainnya.

Medan, Agustus 2012 Penulis,


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kebaikan dan kemurahannya Tugas sarjana ini dapat selesai pada waktunya dengan baik. Tanpa Dia , Penulis merasa tugas sarjana ini tidak mungkin berjalan dengan lancar. Selain itu, banyak pihak yang membantu dalam penyelesaian baik ini baik secara tertulis maupun lisan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku dosen pembimbing I yang selalu membantu dan memberikan bimbingan yang sangat berarti demi terselesainya Tugas Sarjana ini.

4. Bapak Aulia Ishak, ST.MT selaku dosen pembimbing II yang selalu membantu dan memberikan bimbingan yang sangat berarti demi terselesainya Tugas Sarjana ini.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.


(5)

7. Bapak Bangun, selaku asisten produksi PT. Perkebunan Nusantara III Unit PKS Rambutan sekaligus pembimbing lapangan pada saat penelitian berlangsung.

8. Seluruh karyawan/karyawati di PT. Perkebunan Nusantara III Unit PKS Rambutan yang telah banyak membantu dan memberikan keterangan secara langsung.

9. Orang tua saya, LT. Sibarani dan ibu saya B. Napitupulu , abang dan kakak saya serta keluarga lainnya yang selalu memotivasi dan mendoakan saya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas sarjana ini dengan baik. 10.Teman-teman seperjuangan di Teknik Industri yang tidak tersebutkan satu

persatu, terima kasih atas dukungannya selama ini. Semuanya harus semangat terkhusus bagi teman-teman mahasiswa Teknik Industri Ekstensi st’ 2009.

11.Teman-teman lain yang diluar kampus yang telah memberikan motivasi kepada penulis. Terima kasih atas dukungannya

Medan, Agustus 2012


(6)

ABSTRAK

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan dan pengolahan hasil perkebunan yaitu pengolahan kelapa sawit menjadi minyak sawit atau crude palm oil (CPO) dan inti sawit (Kernel), sedangkan produk sampingannya berupa cangkang dan fiber yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar penggerak turbin untuk menghasilkan tenaga listrik dan uap yang digunakan oleh pabrik. Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah limbah pabrik kelapa sawit yaitu tandan kosong sawit dan limbah cair yang dibuang ke lahan perkebunan sebagai mulsa yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat sehingga perlu untuk ditindaklanjuti. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi dampak limbah terhadap lingkungan sekaligus dapat meningkatkan produktivitas perusahaan karena produktivitas merupakan salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan produktivitas berarti meningkatkan kesejahteraan dan mutu perusahaan. Produktivitas juga dapat menjadi suatu indikator keberhasilan perusahaan dalam pemanfaatan sumber daya dalam perusahaan untuk menghasilkan suatu produk yang diinginkan sehingga banyak perusahaan berusaha untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitasnya. Salah satu usaha yang dilakukan melalui pendekatan green productivity dengan berusaha mencari solusi terbaik untuk meningkatkan produktivitas dengan tidak mengabaikan kelestarian lingkungan. Limbah yang diamati berupa limbah padat, yaitu tandan kosong kelapa sawit dan limbah cair. Perusakan lingkungan diidentifikasi dari dampak yang ditimbulkan oleh pembuangan limbah sebagai mulsa di wilayah perkebunan yang menimbulkan hama tanaman dan bau menyengat yang mengganggu kelestarian hidup masyarakat sekitar pabrik. Oleh karena itu dibangkitkan alternatif yaitu pengolahan limbah menjadi kompos dan pendirian pembangkit listrik tenaga biomassa sawit. Pemilihan alternatif solusi dilakukan dengan perhitungan Green Productivity Index (GPI) dan benefit cost ratio. Dari hasil perhitungan dan analisa, diperoleh penggantian pemakaian pupuk buatan menjadi solusi yang terpilih dengan GPI material sebesar 1.01, GPI Tenaga kerja sebesar 1.00, GPI Energi sebesar 1.00, GPI perawatan dan instalasi sebesar 1.63, dan GPI Waste sebesar 0. Indeks benefit cost ratio sebesar 3,176 dan mampu meningkatkan produktivitas total sebesar 2,27 dari 22,34 nilai produktivitas total rata-rata tahun 2011.


(7)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR SAMPUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

I PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1 1.2. Rumusan Masalah. ... I-3 1.3. Tujuan Penelitian ... I-4 1.3. Manfaat Penelitian ... I-4 1.4. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-5 1.5. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana ... I-5

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1


(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-3 2.3. Lokasi Perusahaan ... II-4 2.4. Organisasi dan Manajemen ... II-4 2.4.1. Struktur Organisasi ... II-4 2.4.2. Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab ... II-7 2.4.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan ... II-7 2.4.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang digunakan ... II-9 2.5. Proses Produksi ... II-9 2.5.1. Bahan ... II-10 2.5.1.1. Bahan Baku... II-10 2.5.1.2. Bahan Penolong ... II-10 2.5.1.3. Bahan Tambahan ... II-10 2.5.2. Standar Mutu Bahan/Produk ... II-11 2.5.3. Uraian Proses Produksi ... II-13 2.5.3.1. Stasiun Penerimaan Buah ... II-14 2.5.3.2. Stasiun Perebusan (Sterilizing) ... II-14

2.5.3.3. Stasiun Pembantingan atau Penebahan

(Thresshing) ... II-16

2.5.3.4. Stasiun Pelumatan (Digesting) dan Pengepresan


(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.5.3.5. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification) ... II-18

2.5.3.6. Stasiun Pengolahan Biji (Kernel Plant)... II-24

2.5.4. Mesin, Peralatan dan Utilitas ... II-27 2.5.4.1. Mesin Produksi ... II-27 2.5.4.2. Peralatan ... II-27 2.5.4.3. Utilitas ... II-28 2.5.5. Safety and Fire Protection ... II-29

2.5.6. Waste Treatment ... II-30

III LANDASAN TEORI ... III-1

3.1. Pengertian Produktivitas ... III-1 3.2. Model Pengukuran Produktivitas Berdasarkan Pendekatan rasio Output dan Input ... III-4 3.3. Produktivitas Total ... III-5 3.4. Manfaat Pengukuran Produktivitas ... III-6 3.5. Syarat Pengukuran produktivitas ... III-8 3.6. Evaluasi Produktivitas ... III-10 3.7. Perencanaan Strategi Peningkatan Produktivitas... III-10 3.8. Green Productivity ... III-13


(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.10. Cause and Effect Diagram ... III-20

3.11. Analisis Kriteria Investasi ... III-21

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Variabel Penelitian ... IV-1 4.4. Kerangka Konseptual ... IV-2 4.5. Prosedur Penelitian ... IV-2 4.5.1. Studi Pendahuluan ... IV-4 4.5.2. Identifikasi dan Penetapan Tujuan ... IV-4 4.5.3. Pengumpulan Data ... IV-5 4.5.3.1. Sumber Data ... IV-5 4.5.3.2. Instrumen Pengumpulan Data ... IV-5 4.5.3.3. Metode Pengumpulan Data ... IV-6 4.5.4. Pengolahan Data ... IV-6 4.5.4.1. Getting Started ... IV-8

4.5.4.2. Planning... IV-9


(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.5.5. Analisa dan Evaluasi ... IV-9 4.5.6. Kesimpulan dan Saran ... IV-9

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Data Input ... V-1

5.1.1.1. Data Biaya Material ... V-2 5.1.1.2. Data Biaya Tenaga Kerja ... V-2 5.1.1.3. Data Biaya Energi ... V-3 5.1.1.4. Data Biaya Pemeliharaan Mesin dan Instalasi ... V-4 5.1.1.5. Data Biaya Total ... V-5 5.1.2. Data Output ... V-6 5.1.3. Limbah Produksi Pabrik Kelapa Sawit ... V-8 5.2. Pengolahan Data ... V-10 5.2.1. Getting Sarted ... V-11

5.2.1.1. Uraian Proses Produksi ... V-12 5.2.1.2. Material balance... V-20

5.2.1.3. Perhitungan Produktivitas... V-22 5.2.2. Planning ... V-24


(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.2.2. Menentukan Tujuan dan Target ... V-27 5.2.3. Generation and Evaluation of GP Options ... V-27

5.2.3.1 Usulan Alternatif Solusi ... V-27 5.2.3.2. Memilih Alternatif Solusi ... V-37 5.2.5.1. Estimasi Alternatif Solusi ... V-57

VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. Analisa ... VI-1 6.1.1. Analisa Perhitungan Produktivitas ... VI-1 6.1.2. Analisa Identifikasi Masalah ... VI-1 6.1.3. Analisa Penentuan Tujuan dan Target ... VI-2 6.1.4. Analisa Usulan Alternatif Solusi ... VI-3 6.1.5. Analisa Memilih Alternatif Solusi ... VI-3 6.1.6. Analisa Estimasi Alternatif Solusi ... VI-4 6.2. Evaluasi ... VI-6 6.2.1. Evaluasi Pengurangan Limbah ... VI-6 6.2.1. Evaluasi Manajemen Material ... VI-7 6.2.1. Evaluasi Pencegahan Polusi ... VI-7 6.2.1. Evaluasi Peningkatan Nilai Produk ... VI-8


(13)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara III Unit PKS

Rambutan Tahun 2012 ... II-6 2.2. Grafik Sistem Perebusan Tiga Puncak ... II-15 4.1. Kerangka Konseptual ... IV-2 4.2. Diagram Langkah Penelitian ... IV-3

4.3. Block Diagram Pengolahan Data ... V-7

5.1. Block Diagram Process Pengolahan Kelapa Sawit di PKS

Rambutan ... V-19 5.2. Diagram Material Balance Pengolahan Minyak Sawit (CPO) ... V-20

5.3. Diagram Material Balance Pengolahan Inti Sawit ... V-21

5.4. Grafik Jumlah Limbah ... V-22 5.5. Pertumbuhan Produktivitas Total PKS Rambutan Periode

Januari 2011 sampai Desember 2011 ... V-23 5.6. Diagram Ishikawa Pencemaran Lingkungan ... V-24 5.7. Diagram Proses PLTBS PKS Rambutan ... V-32 5.8. Proses Pengolahan Tandan Kosong menjadi Kompos ... V-35 5.9. Barisan Kompos ... V-36


(15)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Jumlah Karyawan Pimpinan PKS Rambutan ... II-7 2.2. Jumlah Karyawan Pelaksana PKS Rambutan ... II-8 2.3. Standar Derajat Kematangan Buah ... II-11 2.4. Sasaran Mutu PKS Rambutan Tahun 2012 ... II-12 2.5. Spesifikasi Peralatan PKS Rambutan ... II-27 5.1. Jumlah Limbah Padat dan Limbah Cair PKS Rambutan ... V-11 5.2. Data Biaya Material PTPN III Unit PKS Rambutan ... V-12 5.3. Data Biaya Tenaga Kerja PTPN III Unit PKS Rambutan ... V-13 5.4. Data Biaya Energi PTPN III Unit PKS Rambutan ... V-13 5.5. Data Biaya Pemeliharaan Mesin dan Instalasi PTPN III Unit PKS

Rambutan ... V-14 5.6. Data Biaya Total PTPN III Unit PKS Rambutan ... V-15 5.7. Data Output PTPN III Unit PKS Rambutan ... V-16 5.8. Harga Rata-rata Minyak dan Inti Sawit di PTPN III Unit PKS

Rambutan ... V-17 5.9. Data Output Total PTPN III Unit PKS Rambutan ... V-18 5.10. Produktivitas Total PTPN III Unit PKS Rambutan ... V-19 5.11. Data Perhitungan Kondisi Sekarang ... V-39 5.12. Rincian Biaya Investasi ... V-41 5.13. Biaya Operasional ... V-41


(16)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.14. Kandungan Hara serta harga Pupuk ... V-42 5.15. Kandungan Hara Pupuk Kompos ... V-43 5.16. Kesetaraan Satu Ton Pupuk Kompos dengan Pupuk Buatan ... V-44 5.17. Rincian Biaya Investasi Awal PLTBS ... V-48 5.18. Biaya Operasional ... V-49 5.19. Perhitungan Biaya untuk Masing-masing Alternatif ... V-53 5.20. Hasil Perhitungan GPR dan GPI Masing-masing Alternatif ... V-54 5.21. Perhitungan Peningkatan produktivitas Total ... V-58 6.1. Evaluasi Produktivitas ... VI-5


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Tugas dan Tanggun Jawab Karyawan ... L-1 2. Tabel Mesin Produksi dan Spesifikasinya ... L-2 3. Compound Interest Tables ... L-3

4. Surat Penjajakan Pabrik ... L-4 5. Surat Permohonan Tugas Sarjana ... L-5 6. Surat Balasan Pabrik ... L-6 7. Surat Keputusan Tugas Sarjana ... L-7 8. Surat Perubahan Judul ... L-8 9. Lembar Asistensi ... L-9


(18)

ABSTRAK

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan dan pengolahan hasil perkebunan yaitu pengolahan kelapa sawit menjadi minyak sawit atau crude palm oil (CPO) dan inti sawit (Kernel), sedangkan produk sampingannya berupa cangkang dan fiber yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar penggerak turbin untuk menghasilkan tenaga listrik dan uap yang digunakan oleh pabrik. Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah limbah pabrik kelapa sawit yaitu tandan kosong sawit dan limbah cair yang dibuang ke lahan perkebunan sebagai mulsa yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat sehingga perlu untuk ditindaklanjuti. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi dampak limbah terhadap lingkungan sekaligus dapat meningkatkan produktivitas perusahaan karena produktivitas merupakan salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan produktivitas berarti meningkatkan kesejahteraan dan mutu perusahaan. Produktivitas juga dapat menjadi suatu indikator keberhasilan perusahaan dalam pemanfaatan sumber daya dalam perusahaan untuk menghasilkan suatu produk yang diinginkan sehingga banyak perusahaan berusaha untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitasnya. Salah satu usaha yang dilakukan melalui pendekatan green productivity dengan berusaha mencari solusi terbaik untuk meningkatkan produktivitas dengan tidak mengabaikan kelestarian lingkungan. Limbah yang diamati berupa limbah padat, yaitu tandan kosong kelapa sawit dan limbah cair. Perusakan lingkungan diidentifikasi dari dampak yang ditimbulkan oleh pembuangan limbah sebagai mulsa di wilayah perkebunan yang menimbulkan hama tanaman dan bau menyengat yang mengganggu kelestarian hidup masyarakat sekitar pabrik. Oleh karena itu dibangkitkan alternatif yaitu pengolahan limbah menjadi kompos dan pendirian pembangkit listrik tenaga biomassa sawit. Pemilihan alternatif solusi dilakukan dengan perhitungan Green Productivity Index (GPI) dan benefit cost ratio. Dari hasil perhitungan dan analisa, diperoleh penggantian pemakaian pupuk buatan menjadi solusi yang terpilih dengan GPI material sebesar 1.01, GPI Tenaga kerja sebesar 1.00, GPI Energi sebesar 1.00, GPI perawatan dan instalasi sebesar 1.63, dan GPI Waste sebesar 0. Indeks benefit cost ratio sebesar 3,176 dan mampu meningkatkan produktivitas total sebesar 2,27 dari 22,34 nilai produktivitas total rata-rata tahun 2011.


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Produktivitas adalah salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan produktivitas berarti meningkatkan kesejahteraan dan mutu perusahaan. Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu pengukuran produktivitas di perusahaan yang bertujuan untuk mengetahui tolak ukur produktivitas yang telah dicapai dan merupakan dasar dari perencanaan bagi peningkatan produktivitas dimasa mendatang.

Produktivitas semua sektor industri wajib ramah lingkungan sudah dimulai tahun 2010. Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia, M.S.Hidayat mengatakan pihaknya mentargetkan dalam kurun waktu satu sampai dua tahun perusahaan telah menggunakan teknologi dan menghasilkan produk yang ramah lingkungan1

Untuk bisa menyelaraskan antara profit yang besar yang diharapkan oleh perusahaan dengan ramah lingkungan dikenal dengan konsep Green

Productivity. Penelitian yang pernah dilakukan, misalnya oleh Moses L.

Singgih, Mokh. Suef dan Chandra Adi Putra pada tahun 2010 di PT. Indopherin Jaya yang memproduksi lem automotif dengan menggunakan

, sehingga semua perusahaan dituntut untuk memproduksi dengan ramah lingkungan selain mendapatkan profit.


(20)

fenol sebagai bahan utamanya. Hasil penelitian menunjukkan pengurangan waste dengan pendekatan green productivity sehingga produktivitas

perusahaan tersebut meningkat. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Moses L. Singgih pada tahun 2011 pada pabrik pengolahan gelas lampu di surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan evaluasi green productivity pada

proses frosting pada perusahaan gelas dapat memberi solusi terbaik untuk penggunaan air dalam proses produksi serta netralisasi pH limbah memberikan peningkatan yang signifikan bagi produktivitas dan kinerja lingkungan.

PT. Perkebunan Nusantara III Unit PKS Rambutan yang merupakan objek dalam penelitian ini bergerak dalam bidang usaha perkebunan dan pengolahan hasil perkebunan yaitu pengolahan kelapa sawit menjadi minyak sawit atau crude palm oil (CPO) dan inti sawit (Kernel) dengan kapasitas 30

Ton/jam, sedangkan produk sampingannya berupa cangkang dan fiber yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar penggerak turbin untuk menghasilkan tenaga listrik dan uap yang digunakan oleh pabrik. Dalam Proses produksi yang dilakukan akan menghasilkan limbah, limbah tersebut berupa zat-zat asam dan zat kimia yang sangat berbahaya bagi lingkungan apabila dibuang secara bebas. Limbah ini dapat menimbulkan pencemaran terhadap tanah, air dan menggangu kelestarian sumber daya alam. Limbah yang dihasilkan oleh PT. Perkebunan Nusantara III Unit PKS Rambutan


(21)

merupakan limbah gas/abu, limbah padat (berupa fiber, cangkang, dan

janjangan kosong) dan limbah cair.

Salah satu jenis limbah padat yang paling banyak dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit adalah tandan kosong kelapa sawit yaitu sekitar 23% dari total tandan buah segar (TBS) yang diolah. Total jumlah limbah tandan kosong kelapa sawit PKS Rambutan pada tahun 2011 diperkirakan mencapai 44.790 ton yang dibuang ke lahan perkebunan sebagai mulsa. Agar limbah berupa tandan kosong kelapa sawit yang jumlahnya sangat besar ini tidak menimbulkan permasalahan, maka diperlukan manajemen yang baik untuk mengelolanya. Limbah cair yang diperoleh juga harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan masalah akibat pembuangan ke lahan perkebunan bagi masyarakat sekitarnya.

Penelitian dengan judul “Evaluasi Peningkatan Produktivitas dengan Pendekatan Green Productivity” pada stasiun produksi PT. Perkebunan

Nusantara III Unit PKS Rambutan. Penggunaan pendekatan Green

Productivity pada perusahaan ini dianggap relevan karena Green Productivity

merupakan aplikasi dari tool, teknik, teknologi produktivitas sekaligus

mencari alternatif yang cocok untuk mereduksi beban lingkungan dari aktivitas organisasi produk dan jasa dan sekaligus meningkatkan pendapatan ke depannya.


(22)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat ditentukan perumusan masalah mengenai bagaimana upaya menurunkan dampak limbah sekaligus meningkatkan produktivitas pengolahan kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara III unit PKS Rambutan dengan pendekatan green productivity.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus yakni : 1. Tujuan Umum:

Secara umum penelitian ini dilakukan untuk mencari alternatif solusi dalam rangka mengurangi dampak limbah terhadap lingkungan sekaligus dapat meningkatkan produktivitas PT. Perkebunan Nusantara III Unit PKS Rambutan.

2. Tujuan Khusus

1) Mengukur tingkat produktivitas perusahaan

2) Mengidentifikasi limbah produksi yang bermasalah terhadap lingkungan perusahaan

3) Memberi alternatif solusi dalam menurunkan jumlah limbah terhadap lingkungan sekaligus meningkatkan produktivitas perusahaan dengan pendekatan green productivity


(23)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi Mahasiswa adalah menambah pengetahuan mahasiswa dalam pengolahan kelapa sawit.

2. Bagi Teknik Industri adalah menjalin kerja sama antara perusahaan dengan teknik industri dalam pengaplikasian ilmu teknik industri di perusahaan.

3. Bagi Perusahaan:

1) Memberikan gambaran mengenai tingkat produktivitas perusahaan.

2) Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi oleh pihak perusahaan untuk selalu melakukan perbaikan.

3) Memberikan gambaran kepada perusahaan mengenai bagian mana saja yang perlu dilakukan perbaikan untuk mengurangi jumlah limbah perusahaan.

1.5. Asumsi dan Batasan Masalah

Adapunasumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Perekonomian Indonesia dalam keadaan stabil, sehingga tidak terjadi perubahan terhadap harga-harga bahan baku, peralatan dan mesin yang diperlukan dalam pembangkitan alternatif.

2. Perusahaan beroperasi selama 20 jam dalam satu hari. 3. Dalam satu bulan terdapat 26 hari kerja.


(24)

5. Perusahaan memiliki keinginan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan.

Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan data-data selama 1 tahun terakhir.

2. Data-data variabel kerja menggunakan data sekunder yang diambil dari perusahaan tempat penelitian.

3. Penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara III Unit PKS Rambutan pada departemen produksi.

4. Input yang dibahas dalam melakukan pengukuran produktivitas adalah tenaga kerja, material, energi dan perawatan atau maintenance sedangkan

output yang digunakan adalah penjualan produk CPO dan inti sawit.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana

Untuk memudahkan penulisan, pembahasan dan penilaian Tugas Sarjana ini, maka Tugas Sarjana ini dibagi menjadi beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan masalah dan asumsi penelitian, serta sistematika penulisan tugas sarjana.


(25)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Memaparkan sejarah dan gambaran dari PT. Perkebunan Nusantara III Unit PKS Rambutan, Organisasi, Manajemen dan Uraian proses.

BAB III LANDASAN TEORI

Menyajikan teori yang digunakan yaitu teori yang membahas tentang kinerja dan pengukurannya, sedangkan metode yang digunakan adalah konsep Green Productivity.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Mengemukakan tentang urutan langkah-langkah dalam pemecahan masalah dan penjelasan secara garis besar bagaimana langkah

pemecahan persoalan dengan menggunakan pendekatan Green

Productivity.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Merupakan pembahsan tentang penerapan konsep Green Productivity

dalam pengukuran tingkat produktivitas, pengumpulan data, pengolahan data dengan cara mengidentifikasi masalah yang ada pada Unit PKS Rambutan kedalam pengukuran produktivitas lingkungan yang dilakukan.

BAB VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH

Menganalisa hasil dari pengolahan data dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan yang dibutuhkan perusahaan.


(26)

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan berisi tentang pokok-pokok hasil penelitian dan uraian singkat hasil analisa yang dilakukan. Sedangkan saran berisi tindak lanjut dari hasil penelitian yang telah dilakukan.


(27)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan dan pengolahan hasil perkebunan. Pada awalnya merupakan perusahaan perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia sejak zaman kolonial pada masa pemerintahan Hindia Belanda mulai dari :

a. NV. Rubber Cultuur Matchappij Amsterdam (RMCA)

b. Handels Vereeniging Amsterdam (HVA)

c. Vereenigde Deli Matchappij (VDM)

d. NV. Cultur Mij’de Oekust (CMO) dan lainnya.

Pada awal proses nasionalisasi, PT.Perkebunan Nusantara III (Persero) dikenal sebagai Perusahaan Perkebunan Asing (PPA) selanjutnya menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN).

Langkah awal PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dimulai pada tahun 1958 dengan nama Perusahaan Negara Baru Cabang Sumatera Utara (PPN-Baru) berdasarkan PP No.24/1958 jo, Keputusan Menteri Pertanian No.229/UM/1957 jo, UU No 86/1958. Setelah mengalami beberapa kali perubahan bentuk atau status badan hukum, sejalan dengan undang – undang (UU) dan Peraturan Pemerintah (PP), maka pada tahun 1968 Perusahaan Negara Baru Cabang Sumatera Utara (PPN-Baru) dirubah kembali menjadi Perusahaan Negara


(28)

Perkebunan (PNP). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.55/KPT/OP/1968 kemudian pada tahun 1971 ditetapkan pengalihan bentuk menjadi PT.Perkebunan (Persero) dengan keluarnya PP.No 17/1971 dan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.258/SK/IV/3/1976.

Pada tahun 1994 diadakan penggabungan manajemen PT.Perkebunan Nusantara III, IV dan V (Persero) yang dikelola oleh Direksi PT. Perkebunan Nusantara III. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah (PP) No.8 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996 dirubah menjadi PT.Perkebunan Nusantara III (Persero).

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) didirikan dengan Akta Notaris Harun Kamil,SH. No. 36 tanggal 11 Maret 1996, untuk selanjutnya mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusan No. C2-8331.HT.01 tanggal 8 Agustus 1996.

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Rambutan merupakan salah satu milik PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dirintis sejak awal tahun 1983 oleh manajemen PT. Perkebunan Nusantara III. Pada awalnya, PKS Rambutan ada dibawah Pengawasan Inspektur Wilayah C pada tahun 1993 PKS Rambutan sudah memiliki seorang Manajer dan dibawah naungan Distrik Manajer Deli Serdang II.

Pabrik Kelapa Sawit Rambutan didirikan pada tahun 1983 dengan kapasitas 30 Ton/jam. Pabrik ini merupakan salah satu pabrik dari 11 PKS yang dimiliki PT. Perkebunan Nusantara yang terletak di Desa Paya Bagas Kecamatan Rambutan, Kota madya Tebing Tinggi, Propinsi Sumatera Utara, sekitar 85 km ke arah tenggara kota Medan. Sebelum PKS Rambutan merupakan PNP V yang berubah menjadi PTP V sejak dikeluarkannya peraturan pemerintah PP No.


(29)

17/1971 tanggal 29 Mei 1971 dan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 258/SK/IV/1/1976 pada tanggal 19 Maret 1976, pada tahun 1992 diadakan Konsilidasi bersama PTP lainnya. Konsolidasi tersebut menghasilkan penggabungan perusahaan yang menggabungkan PTP III, PTP IV dan PTP V dengan seorang direksi yang berkedudukan di PTP masing-masing. Pada tahun 1996 penggabungan PTP tersebut menjadi PT. Perkebunan Nusantara III.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Unit PKS Rambutan Tebing Tinggi bergerak dalam bidang usaha pengolahan kelapa sawit menjadi minyak sawit atau crude palm oil (CPO) dan inti sawit (Kernel), sedangkan produk

sampingannya berupa cangkang dan fiber yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar penggerak turbin untuk menghasilkan tenaga listrik dan uap yang digunakan oleh pabrik. Pengolahan yang dilakukan menggunakan prinsip pemisahan antara minyak yang terkandung dalam daging buah dengan intinya.

Dalam memproduksi CPO dan kernel ini, pabrik menetapkan suatu sasaran mutu yang harus dicapai untuk menjaga kualitas dan standar mutu CPO internasional. Hasil produksi perusahaan diusahakan mencapai standar mutu minyak sawit Indonesia yang telah diperkenalan, yaitu Standard Indonesia Palm

Oil I (SIPO I), SIPO II, Standard Indonesia Kernel Oil I (SIKO I), SIKO II dan

telah terdaftar pada ISO 9000. Penerapan standar ini diperkirakan akan menjadi keharusan bagi perusahaan yang mengekspor produknya terutama ke luar negeri.


(30)

2.3. Lokasi Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Unit PKS Rambutan terletak di Desa Paya Bagas, Kecamatan Rambutan, Kotamadya Tebing Tinggi, Propinsi Sumatera Utara. PKS Rambutan berada pada 3o35 Lintang Utara dan 98o41 Bujur Timur atau berada ± 85 km arah Tenggara kota Medan. Elevasi pabrik berada pada 18 meter diatas permukaan laut. Dengan elevasi seperti ini suhu minimum dan maksimum berkisar antara 22oC – 32oC dan suhu rata-rata mencapai 27oC. PKS Rambutan mempunyai curah hujan rata-rata lima tahun terakhir 1.447 mm/tahun dengan 86 hari hujan dan beriklim sedang.

PKS Rambutan mempunyai luas area tanaman sekitar tahun 1995 seluas 6.458,53 Ha yang dibagi dua budidaya perkebunan, yaitu komoditi kelapa sawit dan komoditi karet. Luas budidaya karet memiliki area 1.830,53 Ha, sedangkan sisanya merupakan budidaya tanaman kelapa sawit. Unit PKS Rambutan mempunyai luas areal ± 5,46 Ha, dengan luas areal pabrik 3.784 m2. Unit PKS Rambutan mengolah tandan buah segar yang berasal dari berbagai daerah. Daerah-daerah pemasok TBS yang diolah di PKS Rambutan adalah kebun rambutan, kebun sei induk, kebun tanah raja, kebun gunung para, kebun gunung Pamela dan pihak luar seperti koperasi dan perkebunan inti rakyat (PIR).

2.4. Organisasi dan Manajemen 2.4.1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi bagi suatu perusahaan mempunyai peranan yang penting dalam menentukan dan memperlancar jalannya roda perusahaan.


(31)

Distribusi tugas, wewenang dan tanggung jawab serta keselarasan hubungan satu bagian dengan bagian yang lain dapat digambarkan dalam suatu struktur organisasi. Dengan demikian diharapkan adanya suatu kejelasan arah dan koordinasi untuk mencapai tujuan perusahaan dan masing-masing karyawan dapat mengetahui dengan jelas dari mana perintah itu datang dan kepada siapa harus dipertanggungjawabkan hasil pekerjaannya.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka struktur organisasi yang digunakan oleh PKS Rambutan adalah struktur organisasi yang berbentuk lini dan fungsional karena terlihat adanya pembidangan tugas, dimana pembagian unit-unit organisasi didasarkan pada spesialisasi tugas. Disamping itu, wewenang dari pimpinan dilimpahkan pada unit-unit organisasi di bawahnya dalam bidang-bidang tertentu secara langsung. Struktur organisasi juga ditentukan dan dipengaruhi oleh badan usaha, jenis usaha, besarnya usaha dan sistem produksi perusahaan tersebut.

Struktur organisasi fungsional adalah setiap petugas memiliki fungsi yang telah ditentukan oleh pimpinan perusahaan. Jadi tugas dan tanggung jawab dalam organisasi ini dibagi menurut fungsi masing-masing. Pimpinan tiap bidang berhak memerintah kepada semua pelaksana yang menyangkut bidang kerjanya. Petugas-petugas yang setingkat mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang sama. Struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Unit PKS Rambutan dapat dilihat pada gambar 2.1.


(32)

MANAJER MASKEP ASS. TEKNIK/DS/TRAKSI ASS. PENGOLAHAN ASS. LABORATORIUM ASS. TATA USAHA/PERSONALIA Mdr. Pengolahan Kr. I Pengolahan Operator Kr. Pengolahan Pembantu Operator Mdr. Lab/Sortasi Kr. I Lab/Sortasi Petugas Lab/Sortasi/ Penerimaan TBS/ Pengiriman produk Adm. Lab/ Adm. Sortasi/ Adm. Produksi Mdr. Bengkel Umum/ Listrik/Work Shop/ D.Sipil Kr. I Teknik/D.Sipil PAPAM DANTON/ WADANTON SATPAM Kr. I Tata Usaha Kr. I Personalia Kr. Tata Usaha Petugas Teknik/Listrik/Work Shop/D.Sipil Kr. Teknik/D.Sipil Kr. Personalia/ Umum Pelayan Kantor Kr. DCC

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara III Unit PKS Rambutan Tahun 2012

II


(33)

2.4.2. Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab

Dalam malakukan aktivitas perusahaan PTPN III Unit PKS Rambutan membutuhkan tenaga kerja dan staffnya untuk menjalankan fungsi manajemen. Tugas, wewenang dan tanggung jawab dilakukan sesuai dengan jabatannya masing-masing. Pembagian tugas dalam organisasi didasarkan atas kualifikasi dan tanggung jawab. Pembagian tugas dan tanggung jawab dari pimpinan/staff yang bekerja di PTPN III Unit PKS Rambutan dapat dilihat pada lampiran 1.

2.4.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan

Tenaga kerja yang bekerja di PKS Rambutan dibagi menjadi dua jenis yaitu karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana. PKS Rambutan meiliki jumlah tenaga kerja pada saat ini adalah berjumlah 214 orang dengan perincian seperti pada tabel 2.1 dan 2.2.

Tabel 2.1. Jumlah Karyawan Pimpinan PKS Rambutan

No. Keterangan Jumlah (orang)

1. Manajer Pabrik 1

2. Masinis Kepala (Maskep) 1

3. Asisten Tata Usaha 1

4. Asisten Pengolahan 1

5. Asisten Teknik/D.Sipil/Traksi 1

6. Asisten Labortorium

(naungan distrik manajer) 1

Total 6


(34)

Tabel 2.2. Jumlah Karyawan Pelaksana PKS Rambutan

No. Bagian Jumlah (orang)

1. Pengolahan 99

2. Laboratorium 25

3. Teknik/D.Sipil/Traksi 47

4. KTU 12

5. Personalia/Satpam 25

Total 208

(Sumber : Departemen Tata Usaha/personalia PKS Rambutan)

Jam kerja yang diberlakukan bagi setiap karyawan bagian pengolahan dibagi dalam 2 shift jam kerja selama 7 hari kerja dalam seminggu yaitu sebagai berikut:

1. Shift I : Pukul 07.00 WIB – 19.00 Wib 2. Shift II : Pukul 19.00 WIB – 07.00 WIB

Karyawan di bagian kantor atau tata usaha, laboratorium dan teknik/D.Sipil/Traksi adalah sama dengan masa kerja selama enam hari kerja dalam seminggu kecuali hari minggu dengan jam kerja adalah sebagai berikut: 1. Senin – Jumat

Pukul 07.30 WIB – 12.00 WIB : Jam kerja Pukul 12.00 WIB – 14.00 WIB : Jam istirahat

Pukul 14.00 WIB – 16.00 WIB : Jam Kerja setelah istirahat 2. Sabtu


(35)

2.4.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang digunakan

Sistem pengupahan yang digunakan PKS Rambutan adalah sistem pengupahan yang dibayarkan sekali dalam sebulan sesuai dengan gaji pokok atau golongan tenaga kerja.

Kesejahteraan umum bagi staf dan karyawan pabrik merupakan hal yang sangat penting. Produktivitas kerja seorang karyawan sangat dipengaruhi oleh tingka kesejahteraannya. PKS Rambutan memikirkan hal ini dengan memberikan beberapa fasilitas, yaitu:

1. Perumahan bagi staf, karyawan dan keluarganya yang berada di lokasi perkebunan sekitar

2. Sarana kesehatan (poliklinik) untuk staf dan karyawan beserta keluarganya 3. Membangun sarana olahraga yang tersedia di lokasi kompleks perumahan

karyawan

4. Sarana air, listrik serta asuransi tenaga kerja (astek) bagi setiap karyawan 5. Semua tenaga kerja dipertanggungkan dalam jaminan sosial tenaga kerja

(Jamsostek)

2.5. Proses Produksi

Secara umum, proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm

Oil) dan inti sawit dapat dibagi menjadi enam tahapan (stasiun kerja), yaitu:

1. Stasiun Penerimaan Buah 2. Stasiun Perebusan (Sterilizing)


(36)

4. Stasiun Kempa (Digesting dan Pressing)

5. Stasiun Klarifikasi Minyak (Clarification)

6. Stasiun Pengolah Biji

2.5.1. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada proses produksi PKS Rambutan akan dikelompokkan berdasarkan proses produksinya sebagai berikut:

2.5.1.1.Bahan Baku

Bahan baku untuk menghasilkan minyak sawit (CPO) dan inti sawit adalah tandan buah sawit yang sudah siap panen atau lebih dikenal dengan sebutan tandan buah segar.

2.5.1.2.Bahan Penolong

Pada proses pengolahan TBS dibutuhkan bahan penolong yaitu CaCO3

untuk memisahkan cangkang dengan nut (inti sawit).

2.5.1.3.Bahan Tambahan

PKS Rambutan hanya mengasilkan produk setengah jadi (CPO), maka tidak ada bahan tambahan yang digunakan.


(37)

2.5.2. Standar Mutu Bahan/Produk

Pengolahan TBS (Tandan Buah Segar) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan kontrol yang cermat dimulai dari pengangkutan TBS atau brondolan dari TPH (Tempat Pemungutan Hasil) ke pabrik sampai dihasilkannya minyak sawit dan hasil sampingnya. Pada dasarnya ada dua macam olahan utama pengolahan TBS di pabrik, yaitu:

1. Minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging 2. Minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit

Serat, cangkang dan tandan kosong adalah merupakan hasil sampingan proses pengolahan kelapa sawit. Tandan kosong dapat diolah kembali dengan menggunakan incenerator menjadi bunch ash yang digunakan menjadi pupuk,

sementara serat dan cangkang dapat digunakan sebagai bahan bakar boiler.

Tingkat efektivitas dan efisiensi pengolahan kelapa sawit salah satunya dipengaruhi oleh derajat kematangan buah yang dapat diketahui melalui sortir buah sebelum diolah. Agar proses di PKS dapat berjalan dengan efektif dan efisien maka perlu diterapkan standar kematangan buah yang dipanen.Untuk standar derajat kematangan buah dapat dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3. Standar Derajat Kematangan Buah

No. Fraksi Buah Persyratan Sifat Fisik Jumlah Brondolan

1. Fraksi 00 (F-00) 0 % Sangat mentah Tidak ada

2. Fraksi 0 (F-0) 0 % Mentah 1-12,5 % buah luar

3. Fraksi 1 (F-1) ≤ 20 % Kurang mentah 12,5-25 % buah luar


(38)

Tabel 2.3. Standar Derajat Kematangan Buah (Lanjutan)

No. Fraksi Buah Persyratan Sifat Fisik Jumlah Brondolan

5. Fraksi 3 (F-3) ≥ 68 % Matang 50-75 % buah luar

6. Fraksi 4 (F-4) ˂ 12 % Lewat matang 75-100 % buah luar

7. Fraksi 5 (F-5) ˂ 12 % Terlalu matang Buah dalam ikut

membrondol

8. Brondolan 9,50 %

9. Tandan Kosong 0 %

10. Panjang Tangkai

TBS ˂ 2,5 cm

(Sumber: Departemen Pengolahan PKS Rambutan)

Disamping persyaratan kematangan buah tersebut di atas, PKS Rambutan juga menerapkan sasaran mutu untuk bidang Pengolahan, Laboratorium, dan Teknik/Traksi (Untuk Tahun 2012) dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Sasaran Mutu PKS Rambutan Tahun 2012

No. Indikator Satuan RKAP (Norma/Batasan)

I Pengolahan/Laboratorium

1. Kapasitas Olah Ton/Jam 30

1.1. TBS olah Kg 206.377.390

1.2. Produksi minyak sawit Kg 51.412.734

1.3. Rendemen minyak sawit % ≥ 24,91

1.4. Produksi inti sawit Kg 10.318.870

1.5. Rendemen inti sawit % ≥ 5,00

1.6. Kehilangan minyak sawit dalam

pengolahan % 1,65

1.7. Kehilangan inti sawit dalam


(39)

Tabel 2.4. Sasaran Mutu PKS Rambutan Tahun 2012 (Lanjutan)

No. Indikator Satuan RKAP (Norma/Batasan)

2. Kualitas Produksi

2.1. ALB minyak sawit % ≤ 3,50

2.2. Kadar air minyak sawit % ≤ 0,15

2.3. Kadar kotoran minyak sawit % ≤ 0,02

2.4. Mutu ALB inti sawit % ≤ 1,00

2.5. Kadar air inti sawit % ≤ 6,00

2.6. Kadar kotoran inti sawit % ≤ 6,00

2.7. Inti pecah % ≤ 15,0

2.8. Kadar Minyak % ≥ 49,0

2.9. Inti berubah warna % ≤ 40,0

2.10. Limbah cair (Land application) % Semua parameter

II Teknik/Traksi

1. Stagnasi Jam ≤ 5 %

2.

Pemakaian Mobil Penumpang BK 8437 CF

BK 8649 CF

BK 1686 JF (kijang pool)

Rp/Jam 6.509

6.369 4.012

3. Dump truck (BK 8461 PN) Rp/Km 7.029

4. Alat berat (Backhoe Loader) Rp/BU 251.918

(Sumber: Departemen Laboratorium PKS Rambutan)

2.5.3. Uraian Proses Produksi

Proses produksi yang dilakukan di PKS Rambutan untuk menghasilkan minyak sawit (CPO) dan inti sawit dari bahan baku TBS adalah sebagai berikut:


(40)

2.5.3.1. Stasiun Penerimaan Buah

Hasil penerimaan tandan buah segar (TBS) dari tiap afdeling diangkut ke pabrik dengan menggunakan truk. Lalu dilakukan penimbangan untuk mengetaahui jumlah TBS yang diterima. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan jembatan timbang. Berat bersih TBS yang diterima didapat dengan menghitung selisih antara berat truk beserta isinya dengan berat truk dalam keadaan kosong.

Kemudian TBS dibawa ke tempat penimbunan. TBS disortir untuk mengetahui kematangan buah. Selesai disortir, TBS kemudian dimasukkan ke dalam loading ramp dengan tujuan untuk memudahkan pengisian ke dalam lori.

Lantai loading ramp dibuat dri plat dengan kemiringan 40o dan mempunyai 6

pintu. Pintu dari setiap ruangan dibuka secara mekanis dengan menggunakan tenaga hidrolik. Adapun cara kerja pengisian lori adalah:

1. Pintu loading ramp dibuka satu persatu supaya TBS dapat masuk ke dalam

lori. Satu unit lori berkapasitas sekitar 2,5 ton TBS

2. Lori yang sudah penuh ditarik dan diposisikan dengan menggunakan capstan,

sling belt, transfer carriage, cantilever ke proses perebusan untuk

dimasukkan ke dalam sterilizer

2.5.3.2. Stasiun Perebusan (Sterilizing)

Langkah utama yang menentukan mutu atau kualitas minyak dan keberhasilan proses selanjutnya adalah pada perlakuan pada stasiun perebusan. Sterilizer adalah bejana uap tekan untuk merebus TBS dengan menggunakan uap


(41)

dari BPV (Back Pressure Vessel). PKS Rambutan memiliki tiga stasiun rebusan

(sterilizer). Kapasitas tiap sterilizer adalah 20 ton (8 lori @ kapasitas 2,5 ton)

dengan tekanan uap 2,8-3 kg/cm2 dan temperatur 120-130oC. Proses perebusan berlangsung 90-110 menit. Sistem perebusan yang digunakan adalah sistem perebusan tiga puncak (triple peak). Grafik perebusan dengan menggunakan

sistem tiga puncak adalah seperti gambar 2.2.

7

1

10 20 30 40 50 60 70 80 90

5

8 6

5 4

3 2

Waktu (menit)

Tekanan (kg/cm2)

Gambar 2.2. Grafik Sistem Perebusan Tiga Puncak

Keterangan gambar:

1. Buang udara : 5 menit

2. Menaikkan tekana sampai 1,8 kg/cm2 : 11 menit

3. Buang steam : 2 menit

4. Menaikkan tekanan sampai 2,7 kg/cm2 : 14 menit

5. Buang steam : 2 menit

6. Menaikkan tekanan sampai 3,2 kg/cm2 : 11 menit 7. Merebus pada tekanan 3,2-3,5 kg/cm2 : 35 menit

8. Buang steam : 6 menit


(42)

2.5.3.3. Stasiun Pembantingan atau Penebahan (Thresshing)

Pembantingan bertujuan untuk melepaskan buah dari janjangan (bunch) setelah lori berisi buah yang sudah siap direbus diangkut dengan

Hosting Crane dan menuangkannya ke dalam automatic feeder (bunch

feeder) lalu buah akan jatuh ke dalam thresher. Pembantingan dilakukan

dengan menggunakan dua unit thresher yang beroperasi seri. Prinsip kerja

thresher adalah berputar dengan kecepatan 23-25 rpm, kemudian TBS ikut

berputar dan terangkat hingga jatuh terbanting. Dengan proses ini ter jadi berkali-kali maka buah lepas dari janjangan.

Pembantingan pertama dilakukan di thresher pertama. Buah yang

terlepas jatuh ke fruit conveyor melalui kisi-kisi thresher untuk diangkut ke

proses pelumatan (digesting) dengan fruit transfer conveyor, fruit elevator

dan fruit distributing conveyor. Sedangkan janjangan terdorong keluar dan

jatuh ke empty bunch conveyor untuk diangkut ke crusher. Crusher berfungsi

mencabik janjangan untuk memperkecil losses buah sawit. Janjangan yang telah tercabik kemudian masuk ke thresher kedua untuk dibanting kembali.

Janjangan kosong yang terdorong keluar jatuh ke empty bunch conveyor akan

diangkut ke bunch hopper.

2.5.3.4. Stasiun Pelumatan (Digesting) dan Pengepresan (Pressing)

Pelumatan (digesting) bertujuan untuk melumatkan buah hingga


(43)

bertujuan untuk menekan daging buah yang hancur hingga keluar minyak kasar (crude oil).

Pelumatan dilakukan dengan menggunakan digester. Jenis digester yang digunakan vertikal digester. Digester adalah bejana silinder yang didalamnya terdapat pisau-pisau pengaduk (stirring arms) sebanyak enam

tingkat yang terikat pada poros dan digerakkan oleh motor listrik. Prinsip kerja digester adalah buah yang masuk ke dalam digester akan dilumatkan oleh pisau-pisau (long arm dan short arm) yang berputar. Setelah dilumatkan

kemudian didorong keluar oleh pisau pendorong (expeller arm) menuju

proses pengepressan. Jarak antara pisau dengan dinding ketel adukan maksimum 15 mm. Untuk memudahkan proses pelumatan digester dialirkan

uap dan air panas agar temperatur buah tetap 90oC.

Pengepressan dilakukan dengan menggunakan screw press. Screw

press terdiri dari sebuah silinder (press cylinder) yang berlubang dan di

dalamnya dipasang dua buah ulir atau screw yang berputar berlawanan arah.

Dua buah konus yang berada pada bagian ujung press mengatur tekanan

pengepressan, kedua konus ini dapat bergerak maju mundur secara hidrolik. Prinsip kerja srew press adalah cake yang keluar dari digester

melalui talang, masuk ke dalam press cylinder dan mengisi worm. Volume

setiap space worm berbeda. Semakin mengarah ke ujung as screw volume

semakin kecil sehingga cake tertekan dan minyak terperas. Cake akan keluar


(44)

Minyak kasar akan terpisah keluar melalui lubang-lubang press cylinder dan

jatuh ke talang minyak (oil gulter).

2.5.3.5. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification)

Pemurnian minyak bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang sesuai dengan standar mutu yang dihasilkan. Pemurnian minyak terdiri dari beberapa proses sebagai berikut:

1. Pemisahan minyak kasar dari pasir

Pemisahan minyak kasar dari pasir dilakukan dengan menggunakan sandtrap tank (perangkap pasir). Prinsip kerja sandtrap tank adalah

pemisahan berdasarkan berat jenis. Sandtrap tank terdiri dari corong yang

memiliki saluran pada bagian atasnya dan saluran bagian bawah. Minyak kasar akan mengalir pada saluran bagian atas, sedangkan pasir akan jatuh ke saluran bagian bawah. Minyak kasar akan dialirkan ke vibro separator dan

pasir akan ditampung di tempat penampungan. 2. Penyaringan minyak kasar

Penyaringan minyak kasar dilakukan dengan menggunakan vibro

separator. Vibro separator berfungsi untuk memisahkan/menyaring

kotoran-kotoran berupa serat-serat atau kotoran-kotoran lainnya dari minyak kasar. Vibro

separator terdiri dari dua buah saringan kawat dengan ukuran saringan atas

20 mesh dan saringan bawah 40 mesh. Benda-benda padat berupa cake yang

disaring pada saringan ini dikembalikan ke fruit transfer conveyor untuk


(45)

dalam tangki minyak kasar (crude oil tank). Untuk memudahkan

penyaringan, saringan getar tersebut disiram dengan air panas. 3. Pemanasan minyak kasar

Pemanasan minyak kasar bertujuan untuk memudahkan proses pemisahan di vertical clarifier tank dan mengendapkan kotoran. Pemanasan minyak kasar dilakukan dengan menggunakan tangki minyak kasar (Crude oil

tank). Prinsip kerja crude oil tank adalah melakukan penambahan panas

dengan injeksi uap. Temperatur yang diharapkan ± 90oC. Untuk menjaga kebersihan dalam crude oil tank harus dilakukan blow down dua kali per shift.

Minyak dalam crude oil tank selanjutnya dipompakan ke dalam Vertical

Clarifier Tank dengan menggunakan vacum pump.

4. Pemisahan minyak dari sludge

Pemisahan minyak dari sludge dilakukan di vertical clarifier tank.

Vertical clarifier tank berfungsi untuk mengendapkan sludge yang terkandung

di dalam minyak kasar. Untuk mempermudah proses pemisahan, maka temperatur dipertahankan 90-95oC.

5. Penampungan minyak murni

Penampungan minyak murni dilakukan di tangki minyak murni (pure oil tank). Minyak yang ditampung di ruang kedua vertical clarifier tank

dialirkan ke pure oil tank. Pemanasan tetap dilakukan dengan injeksi uap

hingga temperatur 95-100oC. Pure oil tank berbentuk silinder, dengan dasar

berbentuk kerucut. Tangki ini di blow down 4 jam sekali untuk membuang


(46)

6. Pemurnian minyak

Pemurnian dilakukan di oil purifier. Oil purifier bertujuan untuk

mengurangi kadar air hingga 0,2-0,5 %, kadar kotoran hingga 0,01-0,13 % dan temperatur 90-95oC. Oil purifier bekerja dengan gaya sentrifugal yang berkecepatan 7500 rpm. Akibatnya dari gaya sentrifugal ini maka minyak yang mempunyai berat jenis lebih kecil akan bergerak ke arah poros dan terdorong ke luar sudut-sudut. Sedangkan kotoran dan air yang berat jenisnya lebih besar terdorong ke arah dinding bowl. Air ke luar dan padatan melekat

pada dinding bowl yang dilarutkan dengan pencucian.

7. Pengeringan minyak

Pengeringan minyak dilakukan dengan menggunakan vacum dryer.

Vacum dryer berfungsi untuk mengurangi kadar air hingga 0,1-0,15 % dan

kadar kotoran hingga 0,013-0,015 %. Prinsip kerja vacum dryer adalah

minyak dari oil purifier di pompa ke dalam tangki umpan (float tank), dalam

tangki umpan ini terdapat sebuah pelampung baja berbentuk kumparan tirus (taper spindle) yang berfungsi sebagai katup/kran otomatis menjaga

kestabilan hampa di dalam tabung pengering secara terus menerus.

Bagian dalam atas tabung hampa udara terdapat enam buah spray

nozzle yang menyemprotkan minyak pada permukaan pelat deflektor yang

berbentuk pilem tipis. Minyak yang keluar dari spray nozzle berbentuk

pancaran halus (spray) dan kabut, kemudian jatuh secar gravitasi dan membentur pelat deflektor sehingga terjadi pengkabutan yang kedua kali. Selagi minyak berbentuk kabut kandungan air akan mudah menguaop dan


(47)

dihisap keluar oleh pompa hampa udara. Minyak yang telah dikeringkan selanjutnya jatuh ke dasar tabung pengering dan langsung dihisap dengan oil

transfer pump ke oil storage tank (OST).

Vacum dryer juga dilengkapi dengan sebuah level kontrol yang

dihubungkan ke dalam tabung hampa udara. Berfungsi untuk mengontrol ketinggian level minyak. Minyak yang diumpan ke dalam tabung hampa udara jika kurang dari minyak yang dihisap ke luar, level kontrol ini otomatis membuka katupnya sehingga minyak re-sirkulasi kembali ke tabung melalui pipa by-pass. Ujung pipa pengeluaran air dan kondensor harus terendam

dalam air hot weel tank.

8. Penampungan minyak sawit (CPO)

Penampungan minyak sawit (CPO) dilakukan di oil storage tank

(OST) atau sering disebut dengan bulk storage tank (BST). CPO dalam OST

harus selalu dipanaskan dengan cara injeksi uap yang bersuhu 95oC agar minyak tidakmembeku dan untuk menghindarkan kenaikan kadar FFA.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada oil storage tank adalah

kebersihannya, kondisi steam coil dan temperatur. Storage tank harus

dibersihkan secara rutin karena apabila terjadi kebocoran pada pipa steam coil

dapat mengakibatkan naiknya kadar air pada CPO. 9. Penampungan sludge

Penampungan sludge hasil pemisahan di vertical clarifier tank

dilakukan di sludge tank. Sludge yang berada pada tangki lumpur ini masih


(48)

sistem injeksi uap dan suhu cairan dalam tangki perlu dijaga karena akan mempengaruhi persentase Non Oil Solid (NOS) dalam sludge. Oleh karen itu,

perlu dilakukan blown down secara rutin.

10. Penyaringan sludge

Penyaringan sludge dilakukan dengan menggunakan vibro separator.

Vibro separator berfungsi untuk memisahkan sludge dari benda-benda padat

berupa serabut, pasir dan kotoran. Vibro separator terdiri dari satu buah

saringan kawat dengan ukuran saringan 60 mesh. Benda-benda padat berupa serabut, pasir dan kotoran akan dibuang ke tempat penampungan. Sedangkan sludge akan dialirkan melalui pipa ke sand cyclone.

11. Pemisahan sludge dari pasir

Pemisahan sludge dari pasir dilakukan dengan menggunakan sand

cyclone. Sludge dari vibro separator masih mengandung pasir sehingga harus

dipompakan lagi ke sand cyclone dimana pasir halus akan terpisah karena

gaya sentrifugal dan blow down setiap 20 menit. Untuk mengambil minyak

yang masih terkandung di sludge, selanjutnya sludge ditampung di sludge

buffer tank sebelum diproses pada sludge separator.

12. Pemisahan minyak dari sludge

Pemisahan minyak dari sludge dilakukan dengan menggunakan

sludge separator. Sludge separator berfungsi untuk memisahkan minyak dari

air dan kotoran dengan cara sentrifugasi.

Cairan yang dipompakan pada bagian atas dengan steam siklus, sehingga cairan berputar-putar dalam tabung yang menimbulkan gaya


(49)

sentrifugal, selanjutnya cairan tanpa pasir dan kotoran bergerak ke atas dan keluar melalui poros. Hasil pemisahan sludge dari pasir memiliki kadar air

80-85%, minyak 5-10% dan 8-12% berupa bahan bukan minyak. Air dan kotoran dibuang keluar sedangkan minyak akan dipompakan ke sludge drain

tank. Dalam proses ini kadar minyak yang diperoleh pada sludge separator

diharapkan 0,3-0,5%.

13. Pengambilan minyak kembali a. SludgeDrain Tank

Endapan dari tangki masakan minyak, tangki sludge (sludge tank)

yang dijumpai setiap hari sebelum diolah ditampung dalam tangki ini. Demikian juga minyak kutipan dari bak penampung lumpur (

fat-fit). Tangki ini dilengkapi pemanas uap injeksi untuk tujuan

pemanasan. Minyak yang terapung di bagian atas dialirkan ke VCT, sedangkan lumpur pekat dibuang kembali ke bak penampung lumpur. Jika cairan di dalam tangki terlalu kental, perlu diadakan penambahan air panas agar pemisahan cairan berat jenis rendah (minyak) dengan cairan berat jenis yang tinggi dapat terlaksana dengan baik.

b. Hot Weel Tank

Tangki ini terletak di bagian bawah stasiun klarifikasi. Hot weel tank

berfungsi untuk memanaskan air yang selanjutnya akan dikirim ke hot

water tank. Air dalam tangki ini dipanaskan dengan temperatur


(50)

condensate steam coil ke dalam tangki. Selanjutnya akan dipompakan

untuk menyuplai kebutuhan air di hot water tank.

c. Hot Water Tank

Hot water tank berfungsi untuk menampung air panas untuk mnyuplai

kebutuhan air panas di oil purifier, sludge separator dan screw press

serta untuk pencucian tangki-tangki. Hal yang perlu diperhatikan adalah temperatur air yang harus tetap dijaga sekitar 100oC serta pemeliharaan pompa air panas.

d. Fat-fit

Buangan (sludge) dari stasiun klarifikasi akan dialirkan ke fat-fit. PKS

Rambutan memiliki enam kolam penampung sludge dari stasiun

klarifikasi dan satu bak penampung minyak hasil endapan dalam kolam penampung sludge. Fat-fit berfungsi sebagai bak penampung

limbah sementara dan tempat pengendapan sludge. Untuk

memudahkan proses pengendapan, ditambahkan air panas dengan suhu 90-95oC.

2.5.3.6. Stasiun Pengolahan Biji (Kernel Plant)

Pengolahan biji bertujuan untuk memperoleh inti sawit yang sesuai dengan kadar mutu produk yang dihasilkan. Adapun tahapan-tahapan dalam pengolahan biji adalah sebagai berikut :


(51)

Fungsi dari cake creaker conveyor adalah untuk membawa dan memecahkan

gumpalan cake dari stasiun press ke depericarper. CBC merupakan konveyor berbentuk uliran terbuka untuk menghantarkan ampas kempa ke alat pemolis biji (polishing drum), sambil bongkahan ampasnya dipecah-pecah dan

dikeringkan sepanjang uliran. Uliran berputar digerakkan oleh elektromotor. Pemecah ampas dilakukan sambil memberikan pemanasan dengan menggunakan uap yang dimasukkan, sehingga temperatur mencapai 70oC b. Depericarper

Fungsi dari depericarper adalah untuk memisahkan fiber dengan nut dan

membawa fiber menuju boiler untuk dijadikan bahan bakar.

c. Nut Polishing Drum

Fungsi dari Nut polishing drum adalah :

1. Membersihkan biji dari serabut-serabut yang masih merekat. 2. Membawa nut dari depericarper ke nut transport.

3. Memisahkan nut dari sampah.

Nut yang keluar dari nut polishing drum dibawa ke nut silo menggunakan nut

elevator.

d. Nut Silo

Fungsi dari nut silo adalah sebagai tempat penyimpanan sementara nut sebelum

diolah selanjutnya. Nut silo dilengkapi dengan 3 unit pemanas yang disusun

bertingkat dan dilengkapi dengan shacking grac (pengguncang) untuk

mengeluatkan biji kering. e. Ripple Mill


(52)

Fungsi dari ripple mill adalah memecah nut dengan sistem pemulas, sehingga

biji terpecah menjadi cangkang dan inti yang kemudian menuju LTDS. Ripple

mill memecah biji dengan gaya sentrifugal. Biji yang masuk akan terdampar ke

dinding, sehingga biji terpecah dan cangkang terlepas dari inti. f. Kernel Grading Drum

Fungsi kernel grading drum adalah menyaring nut utuh dan nut pecah yang

berukuran besar yang dapat terikut ke produksi untuk diproses ulang dan mengurangi beban peralatan pada proses selanjutnya. Kernel grading drum

dapat ditempatkan stelah ripple mill atau setelah LTDS.

g. Light Tenera Dust Separation (LTDS)

Fungsi LTDS adalah memisahkan cangkang, inti utuh dan inti pecah dan membawa cangkang untuk bahan bakar boiler.

h. Hydrocyclone

Fungsi hydrocyclone adalah mengutip kembali inti yang terikut dengan

cangkang, mengurangi loses inti pada cangkang dan kadar kotoran menurut

berat jenisnya, yang kemudian akan menuju ke penyimpanan inti (kernel silo).

i. Kernel Silo

Fungsi kernel silo adalah mengurangi kadar air yang terkandung dalam inti

produksi. Penurunan kadar air pada inti bertujuan untuk menghindari penjamuran pada saat penyimpanan. Penurunan inti harus benar-benar diawasi dengan cermat dan jangan sampai lengah.


(53)

Fungsi kernel storage adalah sebagai tempat penyimpanan inti sementara yang

akan menuju gedung inti yang akan dikirim kepada pelanggan menggunakan truk.

k. Pengeringan Inti Sawit

Air merupakan media untuk proses reaksi biokimia seperti pembentukan asam lemak bebas, pemecahan protein dan hidrolisa karbohidrat yang cukup banyak terkandung terutama dalam inti sawit yang dihasilkan dengan pemisah secara basah alat pengeringan inti yang dipakai adalah tipe rectangulair. Alat ini

mengeringkan inti dengan udara panas, yaitu mengalirkan udara melalui heater yang terdiri dari spiral berisi uap panas dengan suhu 1300C (heater atas), 850C

(heater sedang), dan 600C (heater bawah). Udara panas dihembuskan dan

keluar dari lubang yang sudah ada, sehingga pengeringan inti setiap lapisan dapat terjadi dengan baik.

2.5.4. Mesin, Peralatan dan Utilitas 2.5.4.1. Mesin Produksi

Mesin produksi adalah semua peralatan yang memerlukan penggerak, yang digunakan dalam proses produksi. Uraian jenis mesin dan spesifikasi mesin yang digunakan PKS Rambutan dapat dilihat pada Lampiran 2.

2.5.4.2. Peralatan

Uraian mengenai peralatan dan spesifikasi yang digunakan PKS Rambutan dalam kegiatan produksi dapat dilihat pada tabel 2.5.


(54)

Tabel 2.5. Spesifikasi Peralatan PKS Rambutan

No Nama Mesin Jumlah Kapasitas

1 Jembatan Timbang 2 Unit @50 Ton

2 Loading Ramp 2 Unit @324 Ton

3 Rail Track - 1.062 m

4 Lori 80 Unit @ 2,5 Ton

5 Sterilizer 3 Unit @ 22,5 Ton (9 lori)

6 Sand Trap Tank 2 Unit @ 5,89 m3

7 Crude Oil Tank 1 Unit 8,61 m3

8 VCT 2 Unit 90 m3

9 Oil Tank 2 Unit @ 19,18 m3

10 Sludge Tank 2 Unit @ 19,18 m3

11 Oil Ex-Decanter Tank 1 Unit 4,5 m3

12 Drain Sludge Tank 1 Unit 7 m3

13 Hot Water Tank 2 Unit 3,2 m3

14 Oil Storage Tank 3 Unit @ 2000 Ton

15 Nut Silo 2 Unit @ 15 Ton

16 Kernel Silo 3 Unit @ 15 Ton

17 Pengolahan Limbah 1 Unit -

2.5.4.3. Utilitas

Utilitas merupakan sarana pendukung yang harus dipenuhi dalam proses produksi, setiap perusahaan mempunyai peralatan baik itu yang langsung berhubungan dengan proses produksi maupun peralatan penunjang lainnya. Untuk menghasilkan produk setengah jadi ataupun produk jadi, untuk itu utilitas harus dijaga keberadannya untuk mengoptimalkan kerja.

Utilitas yang terdapat pada pabrik PTPN III PKS Rambutan adalah : 1. Bengkel


(55)

Bengkel yang dimaksud adalah tempat melakukan kegiatan perbaikan mesin dan peralatan-peralatan

2. Boiler

Fungsinya untuk memanaskan air dimana uap airnya akan dialirkan ke mesin sterilizer, station clarification, threeser dan mesin-mesin lain yang

membutuhkan dalam proses produksi. Jumlahnya 2 unit. 3. Generator Setting (Genset)

Berfungsi sebagai pembangkit tenaga listrik, selain dari PLN. 4. Water Treatment (Stasiun Penjernihan Air)

Water treatment adalah pengolahan air di luar ketel yang berfungsi untuk :

a. Menghilangkan unsur garam dalam air b. Mengendapkan kotoran dalam air c. Pengaturan pH air

d. Menghilangkan gas yang bersifat korosi

e. Menjernihkan air untuk dialirkan ke pabrik dengan cara penangkapan zat padat yang harus dibersihkan dengan sedimentasi bak dan sortasi

5. Stasiun Pembangkit Tenaga Listrik (Power Plant)

Berfungsi untuk menghidupkan mesin dan peralatan pada proses pengolahan, penerangan pabrik dan penerangan di perumahan karyawan.


(56)

2.5.5. Safety and Fire Protection

Dalam usaha menjaga kemungkinan kejadian-kejadian yang menghambat proses produksi dan mengganggu keamanan bagi pekerja maka PTPN III PKS Rambutan sudah mengantisipasi dan menyediakan peralatan pelindung dalam bekerja berupa sarung tangan dan helm yang digunakan pada lantai produksi, serta kaca mata las yang digunakan pada bagian bengkel. PTPN III PKS Rambutan dalam penerapan penggunaan perlengkapan keamanan diri ini belum mempunyai peraturan khusus untuk kewajiban penggunaan alat keamanan diri pada saat bekerja, sehingga masih banyak pekerja yang tidak memakai alat keamanan diri pada saat sedang bekerja.

2.5.6. Waste Treatment

Pengolahan limbah pada pabrik terdiri dari dua proses, yaitu : 1. Proses Pengolahan Limbah Padat

Limbah padat yang berasal dari proses perontokkan buah dari tandannya menghasilkan limbah berupa tamdan kosong, dimana dari pembakaran tandan kosong ampas dan cangkang akan menghasilkan abu. Cangkang mengandung kalori yang tinggi, oleh karena itu sebagian cangkang digunakan untuk bahan bakar bolier dan sebagian lagi dimanfaatkan untuk pengeras jalan. Ampas juga mengandung kalori yang cukup tinggi. Abu yang dihasilkan dikumpulkan ditempat penampungan tandan kosong, kemudian diangkut dengan truk ke kebun dan dapat digunakan untuk pupuk.


(57)

Limbah cair minyak sawit terdiri dari komponen-komponen antara lain karbohidrat, protein, minyak dan lemak. Dimana komponen-komponen tersebut didegradasi oleh bakteri sehingga terbentuklah metana dan CO2 yang

cepat menguap. Limbah cair diolah dengan cara pengolahan atau pemurnian air industri pada Water Purifying Facilities. Setelah diolah dan dimurnikan air ini

kemudian digunakan kembali untuk keperluan industri, maupun untuk keperluan komsumsi.


(58)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Pengertian Produktivitas2

Secara umum Produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang sebenarnya. Misalnya saja, produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara keluaran (Output) dan masukan (Input) pada perusahaan,

dapat diartikan sebagai rasio antara jumlah output yang dihasilkan dengan jumlah

input yang digunakan. Masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja,

sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik, bentuk dan nilai.

L. Greenberg mendefinisikan produktivitas sebagai perbandingan antara

totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tertentu. Produktivitas juga diartikan sebagai:

1. Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil.

2. Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang

dinyatakan dalam satu-satuan (unit) umum.

Dalam berbagai referensi terdapat banyak sekali pengertian mengenai produktivitas, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1. Rumusan tradisional bagi keseluruhan produktivitas tidak lain ialah ratio

daripada apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi

yang dipergunakan (input).

2


(59)

2. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik daripada kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini.

3. Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor esensial, yakni: Investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset, manajemen dan tenaga kerja.

Dari definisi-definisi di atas secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan, atau dapat diformulasikan sebagai berikut :

Pengukuran produktivitas berdasarkan pendekatan rasio Output /input dan

angka indeks. Langkah-langkah pengukuran produktivitas model Summanth3 1. Menetapkan jumlah periode pengukuran dan memilih periode dasar

:

2. Mengklasifikasi variabel pengukuran output dan input.

3. Mentabulasi data seluruh variabel selama periode yang telah ditetapkan. 4. Menghitung produktivitas total dan produktivitas parsial per periode.

5. Mengindekskan nilai produktivitas total dan produktivitas parsial masing-masing periode berdasarkan indeks produktivitas periode dasar.

6. Menginterpretasikan indeks produktivitas total dan parsial selama periode pengukuran.

3

D.J.Summath. Productivity Enginering and Management (New York : Mc Graw Hill Book Company,1984)


(60)

Sumanth memperkenalkan suatu konsep yang disebut sebagai siklus produktivitas (productivity cycle) untuk digunakan dalam peningkatan

produktivitas terus menerus. Pada dasarnya konsep siklus produktivitas terdiri dari empat tahap yaitu pengukuran, penilaian, perencanaan, dan peningkatan produktivitas. Siklus produktivitas merupakan suatu proses yang kontiniu, yang melibatkan aspek-aspek pengukuran, penilaian, perencanaan dan peningkatan produktivitas.

Berdasarkan konsep siklus produktivitas, program peningkatan produktivitas harus dimulai dari pengukuran produktivitas dari sistem industri itu sendiri. Untuk keperluan ini berbagai teknik pengukuran dapat dipergunakan dan dikembangkan dari memilih indikator pengukuran yang sederhana sampai yang lebih kompleks.

Apabila produktivitas dari sistem industri itu telah dapat diukur, langkah berikutnya adalah mengevaluasi tingkat produktivitas aktual untuk dibandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan. Kesenjangan yang terjadi antara tingkat produktivitas aktual dan rencana (productivity gap) merupakan masalah

produktivitas yang harus dievaluasi dan dicari akar penyebab yang menimbulkan kesenjangan produktivitas tersebut. Berdasarkan evaluasi ini, selanjutnya dapat direncanakan kembali target produktivitas yang akan dicapai baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.


(61)

3.2. Model Pengukuran Produktivitas berdasarkan Pendekatan Rasio

Output dan Input

Pengukuran produktivitas berdasarkan pendekatan rasio input dan output

akan mampu menghasilkan tiga jenis ukuran produktivitas, yaitu produktivitas parsial, produktivitas total faktor dan produktivitas total.

a. Produktivitas Parsial

Produktivitas parsial sering juga disebut dengan produktivitas faktor tunggal (single factor productivity) yang merupakan rasio dari output terhadap salah

satu jenis input. Sebagai contoh, produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran

produktivitas parsial bagi input tenaga kerja yang diukur berdasarkan rasio

output terhadap input tenaga kerja.

b. Produktivitas Total Faktor

Produktivitas total faktor merupakan rasio dari output bersih terhadap

banyaknya input modal dan tenaga kerja yang digunakan. Output bersih (net

output ) adalah hasil pengurangan total output dengan barang-barang dan jasa

antara (input) yang digunakan dalam proses produksi. Berdasarkan defenisi

tersebut, maka jenis input yang dipergunakan dalam pengukuran

produktivitas total faktor adalah hanya faktor modal dan tenaga kerja. c. Produktivitas Total

Produktivitas total merupakan rasio dari output total terhadap input total

(semua input yang digunakan dalam proses produksi). Berdasarkan defenisi

tersebut, tampak bahwa ukuran produktivitas total merefleksikan dampak penggunaan semua input secara bersama dalam memproduksi output.


(62)

Beberapa metode pengukuran produktivitas menggabungkan ketiga konsep tersebut, seperti :

a) Model produktivitas David J. Summanth

Model ini dikembangkan oleh Summanth pada tahun 1979 untuk ruang lingkup perusahaan dengan mempertimbangkan seluruh faktor input dan

faktor output . Model ini dapat digunakan untuk mengukur produktivitas

total, produktivitas total faktor, dan produktivitas parsial. b) Model Kendrick – Creamer

Kendrick – Creamer melihat posisi dari perubahan produktivitas perusahaan

dicapai dari pengukuran dan penganalisaan indeks total produktivitas dengan produktivitas parsial.

3.3. Produktivitas Total4

Produktivitas total merupakan rasio dari output total terhadap input total

(semua input yang digunakan dalam proses produksi). Berdasarkan defenisi

tersebut, tampak bahwa ukuran produktivitas total merefleksikan dampak penggunaan semua input secara bersama dalam memproduksi output.

Total output (tangible) diartikan sebagai semua output yang dihasilkan oleh

perusahaan yang jumlahnya dapat diukur.

4

D.J.Summath. Productivity Enginering and Management (New York : Mc Graw Hill Book Company,1984)


(63)

Total output (tangible) = nilai produk jadi + nilai produk setengah jadi + bunga

dari saham + pendapatan lain-lain Sedangkan total input (tangible) terdiri dari :

1. Depresiasi mesin.

2. Material yang digunakan. 3. Tenaga kerja (karyawan).

4. Energi seperti listrik, air dan gas. 5. Maintenance mesin.

3.4. Manfaat Pengukuran Produktivitas

Suatu organisasi perusahaan perlu mengetahui pada tingkat produktivitas mana perusahaan itu beroperasi, agar dapat membandingkan produktivitas standard yang ditetapkan manajemen, mengukur tingkat produktivitas dari waktu ke waktu, dan membandingkan dengan produktivitas industri sejenis yang menghasilkan produk serupa. Hal ini penting agar perusahaan dapat membandingkan daya saing dari produk yang dihasilkannya di pasar global yang kompetitif.

Manfaat pengukuran produktivitas dalam suatu organisasi perusahaan, antara lain: 5

1. Strategi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dapat ditetapkan berdasarkan tingkat kesenjangan produktivitas antara tingkat produktivitas yang direncanakan dan tingkat produktivitas yang diukur.

5


(64)

2. Perencanaan target tingkat produktivitas dimasa mendatang dapat dirubah kembali berdasarkan informasi pengukuran tingkat produktivitas.

3. Perencanaan sumber daya akan menjadi lebih efektif dan efisien melalui pengukuran produktivitas, baik dalam perencanaan jangka pendek maupun perencanaan jangka panjang.

4. Pengukuran tingkat produktivitas perusahaan akan menjadi informasi yang bermanfaat dalam membandingkan tingkat produktivitas diantara organisasi perusahaan dalam industri sejenis serta bermanfaat pula untuk informasi produktivitas industri pada skala nasional maupun global.

5. Tujuan ekonomis dan non ekonomis dari perusahaan dapat diorganisasikan kembali dengan cara memberikan prioritas tertentu yang dipandang dari sudut produktivitas. Perusahaan dapat menilai efisiensi sumber dayanya, agar dapat meningkatkan produktivitas melalui efisiensi penggunaan sumber-sumber daya itu.

6. Pengukuran produktivitas akan menciptakan tindakan-tindakan kompetitif berupa upaya-upaya peningkatan produktivitas terus-menerus (continuous

productivity improvement).

Hasil pengukuran produktivitas perusahaan akan menjadi landasan dalam membuat kebijakan perbaikan produktivitas secara keseluruhan dalam proses bisnis, kondisi-kondisi berikut sangat diperlukan untuk mendukung pengukuran produktivitas yang valid. Beberapa kondisi itu adalah:


(65)

1. Pengukuran harus dimulai pada permulaan program perbaikan produktivitas. Berbagai masalah yang berkaitan dengan produktivitas serta peluang untuk memperbaikinya harus dirumuskan secara jelas.

2. Pengukuran produktivitas dilakukan pada sistem industri. Fokus dari pengukuran produktivitas adalah sistem industri secara keseluruhan.

3. Pengukuran produktivitas seharusnya melibatkan semua individu yang terlibat dalam proses industri itu. Dengan demikian pengukuran produktivitas bersifat parsitipatif.

4. Pengukuran produktivitas seharusnya dapat memunculkan data, dimana nantinya data itu dapat ditunjukkan atau ditampilkan dalam bentuk peta-peta, diagram-diagram, tabel-tabel, hasil-hasil perhitungan statistik dan lain-lain. 5. Perlu adanya komitmen secara menyeluruh dari manajemen dan karyawan

untuk pengukuran produktivitas dan perbaikannya.

3.5. Syarat Pengukuran Produktivitas

Syarat utama yang harus diikuti oleh setiap organisasi atau perusahaan dalam melakukan pengukuran produktivitas yang benar, yaitu:6

1. Keabsahan (validity)

Keabsahan (validity) yaitu ukuran yang dapat menggambarkan perubahan

tingkat produktivitas yang sebenarnya secara tepat. 2. Kelengkapan (completeness)

6


(66)

Keikutsertaan seluruh faktor yang berpengaruh baik dari segi masukan maupun keluaran akan memberikan ketelitian yang tinggi pada hasil pengukuran produktivitas.

3. Dapat dibandingkan (comparability)

Syarat utama dalam pengukuran tingkat produktivitas adalah ketersediaan data dan data yang tersedia harus dapat dibandingkan. Perbandingan dilakukan terhadap hasil pengukuran produktivitas di dalam periode yang berbeda.

4. Ketermasukan (inclusiveness)

Pengukuran tingkat produktivitas menyatukan banyak kegiatan dalam fungsi-fungsi organisasi perusahaan.

5. Efektivitas ongkos (cost effectiveness)

Disamping manfaat yang diperoleh, pengukuran tingkat produktivitas juga memerlukan ongkos di luar ongkos produksi. Agar ongkos yang dikeluarkan untuk kegiatan pengukuran tingkat produktivitas tidak mengurangi nilai manfaat yang dihasilkan, perlu dilakukan analisis rugi dalam pengukuran ini. 6. Tepat waktu (timeliness)

Agar informasi yang diperoleh dari pengukuran produktivitas tepat guna maka periode waktu pengukuran harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.


(1)

7. Perwira Pengamanan (PAPAM)

1). Tugas:

a. Bertugas dalam pengawasan informasi serta inventaris perusahaan b. Memelihara dan menjaga ketenagakerjaan serta ketentuan karyawan

dalam menjalankan tugas

c. Mendelegasikan tugas-tugas yang dapat dikerjaan oleh bawahan d. Memberi informasi kepada atasan

2). Tanggung jawab:

Bertangguing jawab terhadap manajer pabrik

8. Karyawan

1). Tugas:

a. Melakukan kegiatan operasional di lantai produksi b. Membantu atasan dalam melakukan tugas

c. Bertanggung jawab kepada atasan atas pekerjaan yang dipercayakan padanya

2). Tanggung jawab:


(2)

Lampiran 2. Tabel Mesin Produksi dan Spesifikasinya yang ada di PTPN III PKS Rambutan

No Nama Mesin Fungsi Keterangan

1 Sterilizer Sebagai ruangan untuk perebusan buah

Diameter = 2.700 mm Panjang = 28.500 mm Kapasitas = 20 ton

Tekanan uap = 0 – 3,5 kg/cm2 Temperatur uap = 115°C–130oC Jumlah = 3 unit

2 Hoisting Crane Untuk Mengangkat lori ke thresser

Merk = Demac Kapasitas = 6,5 ton Jumlah = 2 unit 3 Automatic feeder Untuk

menggerakkan dan mengatur kecepatan pada mesin bantingan

Panjang = 5860 mm Lebar = 3300 mm Kapasitas = 35 ton/jam Putaran = 24 rpm Cos Ø = 0,8 4 Fruits Elevator

(Timba–timba buah)

Untuk mengangkat buah untuk

disuplai ke Fruits Distributing Conveyor

Panjang = 3000 mm Kapasitas = 30 ton/jam Daya = 5,5 Kw P.Timba = 525 mm L.Timba = 220 mm Putaran = 45 rpm Cos Ø = 0,8 5 Fruits

Distributing Conveyor

Untuk membawa berondolan- berondolan menuju digester

Diameter = 600 mm Panjang = 7.000 mm Daya = 4 Kw Putaran = 35 rpm


(3)

No Nama Mesin Fungsi Keterangan

6 Digester Untuk

melumatkan berondolan- berondolan sebelum di press

Internal diameter = 1200 mm Tinggi Conteiner = 3000 mm Isi = 3200 ltr Kapasitas = 10 ton/jam Putaran = 25 rpm Daya = 22 Kw Cos Ø = 0,8 Type = LD 3200 Jumlah = 4 unit 7 Twin Screw Press Untuk memisahkan

buah yang sudah lumat menjadi minyak dan cake

Panjang = 4910 mm Lebar = 1478 mm Tinggi = 1035 mm Kapasitas = 15 – 17ton/jam Putaran = 10 rpm

Cos Ø = 0,8

Type = LP 10 – 12 Jumlah = 4 unit 8 Vibrio Separator Untuk memisahkan

partikel-partikel besar yang ada dalam crude oil yang dialirkan dari

sand trap tank

Merek = Jinsheng Diameter = ±1524 mm

Jumlah = 4 unit Putaran = 1480 rpm Cos Ø = 0,8 9 Crude Oil Tank Untuk penyimpanan

Minyak

Kapasitas = 5 m3

10 Continuous Settling Tank

Untuk memisahkan minyak dari bahan lain bukan minyak

Kapasitas = 90 m3 Jumlah = 1 unit Diameter = 5000 m


(4)

No Nama Mesin Fungsi Keterangan

11 Sludge Tank Untuk

mempersiapkan cairan sisa agar lebih muda diproses kembali pada

decanter

Kapasitas = 24 m3 Jumlah = 1 unit

12 Oil Tank Untuk menampung

minyak yang berasal dari continious tank

dan untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam minyak.

Kapasitas = 24 m3 Jumlah = 4 unit

13 Sludge Drain Tank

Untuk menampung hasil pengutipan minyak dari sludge separator

Kapasitas = 15 m3 Panjang = 5000 m Lebar = 2000 m Tinggi = 1500 m 14 Hot Well Water

Tank

Untuk menampung kelebihan dari tangki air panas, air

kondensasi dan air pendingin turbin.

Kapasitas = 6 m3

15 Sludge Oil Recovery Tank

Untuk menampung kelebihan minyak

Kapasitas = 150 m3 Jumlah = 2 unit 16 Depericarper Untuk memisahkan

biji atau nut dari sabut dan campuran

Kapasitas = 30 ton TBS/jam Jumlah = 1 unit


(5)

No Nama Mesin Fungsi Keterangan

17 Cake Breaker Conveyor

Untuk memecahkan gumpalan-gumpalan ampas yang keluar dari screw press dan juga untuk

mengurangi kadar air yang terdapat dalam ampas agar memiliki persyaratan bagi bahan bakar boiler

Diameter = 700 mm Daya = 18,5 Kw Putaran = 60 rpm Cos Ø = 0,8

Kapasitas = 30 ton TBS/jam Jumlah = 1 unit

18 Polishing Drum Untuk memisahkan kernel dengan bahan lain yang bukan kernel

Diameter = 1000 mm Panjang = 7900 mm Putaran = 47 rpm Daya = 4 Kw Cos Ø = 0,8 19 Kapital Cyclone Untuk menampung

serat-serat yang terangkat akibat tekanan isap

Diameter cyclone = 2500 mm Tinggi = 2440 mm Kapasitas = 30 ton/jam Jumlah = 1 unit 20 Nut Conveyor Untuk membawa

kernel menuju

transport pneumatic

biji

Diameter = 300 mm Kapasitas = 5 ton biji/jam Putaran = 1440/56 rpm Cos Ø = 0,8

21 Pneumatic Nut Transport

Untuk membawa kernel menuju Nut Silo

Kapasitas = 5 ton biji/jam Daya = 25 Kw Putaran = 2900 rpm Cos Ø = 0,8 Jumlah = 1 unit


(6)

No Nama Mesin Fungsi Keterangan

22 Nut Silo Untuk tempat

penampung nut sebelum dipecahkan.

Kapasitas = 30 m3 Jumlah = 2 unit

23 Super Craker Untuk memecahkan nut yang diperoleh dari silo nut

Type = E 450 Rotor speed = 960 rpm Kapasitas = 6 ton nut/jam Daya = 7,5 Kw Jumlah = 2 unit 24 Cracked Mixture

Conveyor

Untuk membawa inti agar dipisahkan menjadi kernel dan

shell

Diameter = 380 mm Jumlah = 2 unit Daya = 2,2 Kw Putaran = 35 rpm Cos Ø = 0,8 25 Kernel

Pneumatic Separator

Untuk memisahkan

cracker mixture pada LTDS, dimana shell tenera yang halus dapat dibuang

Tinggi I = 1730 mm Diameter = 1830 mm Tinggi II = 610 mm Diameter = 910 mm Jumlah = 2 unit 26 Kernel Silo

Dryer

Untuk mengeringkan inti dengan jalan pemanasan

dengan uap dan juga menurunkan kadar air sehingga asam lemak bebas

Kapasitas = 40 m3 Motor kipas = 15 Kw Putaran = 1450 rpm Kec. Kipas = 2100 rpm Cos Ø = 0,8 Jumlah = 2 unit

27 Kernel Bulk Silo Untuk gudang penimbunan kernel yang siap untuk

Kapasitas = 400 ton inti Jumlah = 1 unit