26
pada proses peneguhan respon anak, setiap kali anak menunjukkan prestasi yang baik diberikan penguatan reinforcement dengan cara memberikan hadiah atau
prilaku yang menyenangkan. Lama kelamaan, anak berusaha meningkatkan sikap positifnya.
b. Modeling
Pembelajaran sikap seseorang dapat juga dilakukan melalui proses modeling, yaitu pembentukan sikap melalui proses asimilasi atau proses
mencontoh. Salah satu karakteristik anak didik yang sedang berkembang adalah
keinginannya untuk melakukan peniruan imitasi. Hal yang ditiru itu adalah perilaku-perilaku yang diperagakan atau didemonstrasikan oleh orang yang
menjadi idolanya. Perinsip peniruan ini yang dimaksud dengan modeling. Modeling adalah proses peniruan anak terhadap orang lain yang menjadi idolanya
atau orang yang dihormatinya. Pemodelan biasanya dimulai dari perasaan kagum. Anaka kagum terhadap
kepintaran orang lain, misalnya terhadap guru yang dianggapnya bisa melakukan segala sesuatu yang tidak bisa dilakukannya. secara perlahan perasaan kagum
akan mempengaruhi emosinya dan secara perlahan itu pula anak akan meniru perilaku yang dilakukan oleh idolanya itu. Misalnya, jika idolanya guru atau
siapa saja menunjukkan perilaku tertentu terhadap suatu objek, makan anak cenderung akan berprilaku sama seperti apa yang dilakukan oleh idolanya itu. Jika
idolanya itu begitu telaten terhadap tanaman yang ada dihalaman sekolah, misalnya, maka anak itu juga akan memperlakukan seperti yang dilakukan
idolanya terhadap tanaman tersebut; apabila idolanya selalu berpakaian rapi dan bersih, maka anak itu juga berperilaku seperti itu.
Proses penanaman sikap anak terhadap sesuatu obyek melalui proses modeling pada mulanya dilakukan secara mencontoh, namun anak perlu diberi
pemahaman mengapa hal itu dilakukan. Misalnya, guru perlu menjelaskan mengapa kita harus telaten terhadap tanaman, atau mengapa kita harus berpakaian
bersih. Hal ini diperlukan agar sikap tertentu yang muncul benar-benar disadari oleh suatu keyakinan kebenaran sebagai suatu sistem nilai.
25
25
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Peroses Pendidikan, …..h.
277-279
27
Media pembelajaran juga dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa, khususnya pada media film. Oleh karena itu media film memiliki
pengaruh yang sangat penting pada daya khayal siswa.
26
C. Media Pembelajaran
Proses belajar mengajar akan berjalan efektif dan efisien bila didukung dengan tersedianya media yang menunjang. Penyediaan media serta metodologi
pendidikan yang dinamis, kondusif serta dialogis sangat diperlukan bagi pengembangan potensi peserta didik, secara optimal. Hal ini disebabkan karena
potensi peserta didik akan lebih terangsang bila dibantu dengan sejumlah media atau sarana dan prasarana yang mendukung proses interaksi yang sedang
dilaksanakan. Media dalam perspektif pendidikan merupakan instrumen yang sangat strategis dalam ikut menentukan keberhasilan proses belajar mengajar.
Sebab keberadaannya secara langsung dapat memberikan dinamika tersendiri terhadap peserta didik. Dengan keterbatasan yang dimilikinya, manusia seringkali
kurang mampu menangkap dan menanggapi hal-hal yang bersifat abstrak atau yang belum pernah terekam dalam ingatannya.
Untuk menjembatani proses internalisasi belajar mengajar yang demikian, diperlukan media pendidikan yang memperjelas dan mempermudah peserta didik
dalam menangkap pesan-pesan pendidikan yang disampaikan. Oleh karena itu, semakin banyak peserta didik disuguhkan dengan berbagai media dan sarana
prasarana yang mendukung, maka semakin besar kemungkinan nilai-nilai pendidikan mampu diserap dan dicernanya.
27
1. Definisi Media
Definisi media menurut Gagne adalah sebagai “komponen sumber belajar
yang dapat merangsang siswa untuk belajar”.Sependapat dengan itu Yusuf Hadi menuliskan, “media adalah segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya
26
Yudhi Munadi, Media Pembelajaaran …….. h. 46
27
http:www.damandiri.or.idfileahmadsuyutiunairbab2.pdf, diakses 2 Juli 2008.
28
peroses belajar pada diri siswa”, sementara itu, Briggs menyatakan, “media sebagai wahana fisik yang mengandung materi ins
truksional”.
28
Media merupakan sumber-sumber belajar selain guru yang disebut sebagai penyalur atau penghubung pesan ajar yang diadakan atau diciptakan secara
terencana oleh seorang guru atau pendidik. Kata media berasal dari bahasa latin, yakni medius
yang secara harfiyahnya berarti „tengah‟, „pengantar‟, atau „pelantara‟. Dalam bahasa arab media disebut „wasail‟ bentuk jamak dari
„wasilah‟ yakni sinonim alwast yang artinya juga „tengah‟ itu sendiri berarti
berada di antara dua sisi, maka disebut juga sebagai „perantara‟ wasilah atau
yang mengantarai kedua sisi tersebut. Karena posisinya berada di tengah ia bisa juga disebut sebagai pengantar atau penghubung, yakni yang mengantarkan atau
menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi kesisi lainnya.
29
Media dalam kontek pembelajaran adalah bahasanya guru. Bahasa guru dalam proses pembelajaran tersebut dapat secara verbal maupun non verbal.
Bahasa verbal adalah semua jenis komunikasi yang menggunakan satu kata atau lebih, dan bahasa non verbal adalah semua pesan yang disampaikan tanpa kata-
kata atau selain dari kata-kata yang kita gunakan. Dengan demikian proses penyampaian pikiran atau perasaan dapat dilakukan secara tatap muka proses
komunikasi primer dan bisa dilakukan melalui saluran lain proses komunikasi sekunder.
30
2. Pertimbangan dalam Memilih Media Pengajaran:
Kegiatan pemilihan media pengajaran ini merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses penggunaan media pengajaran, karena
apabila keliru dalam media pengajarannya, maka keberhasilannya proses berikutnya juga akan terpengaruh. Memilih media pengajaran harus dikaitkan
dengantujuan intruksional, strategi, belajar mengajar yang akan digunakan dan sistem evaluasi yang akan digunakan. Media pengajaran sangat banyak ragamnya,
28
Soekartawi, Dkk, Meningkatkan Rancangan Intruksional Intructional Design Untuk Memperbaiki Kualitas Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995, h. 72
29
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran ……. h. 5-6