Latar Belakang Efektivitas Pencapaian Tujuan Afektif Dalam Pembelajaran Ski Berbantuan Media Film Di Mts Nurul Ilmi Tangerang

2 peserta didik memiliki potensi pada ketiga ranah tersebut, namun tingkatannya satu sama lain berbeda. Ada peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir tinggi dan perilaku amat baik, namun keterampilannya rendah. Demikian sebaliknya ada peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir rendah, namun memiliki keterampilan yang tinggi dan perilaku amat baik. Ada pula peserta didik yang kemampuan berpikir dan keterampilannya sedangbiasa, tapi memiliki perilaku baik. Jarang sekali peserta didik yang kemampuan berpikirnya rendah, keterampilan rendah, dan perilaku kurang baik. Peserta didik seperti itu akan mengalami kesulitan bersosialisasi dengan masyarakat, karena tidak memiliki potensi untuk hidup di masyarakat. Ini menunjukkan keadilan Tuhan YME, setiap manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan menjadi kemampuan untuk hidup di masyarakat. Kemampuan berpikir merupakan ranah kognitif yang meliputi kemampuan menghapal, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Kemampuan psikomotor, yaitu keterampilan yang berkaitan dengan gerak, menggunakan otot seperti lari, melompat, menari, melukis, berbicara, membongkar dan memasang peralatan, dan sebagainya. Kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerjasama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri. Semua kemampuan ini harus menjadi bagian dari tujuan pembelajaran di sekolah, yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang tepat. Masalah afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun implementasinya masih kurang. Hal ini disebabkan merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak semudah seperti pembelajaran kognitif dan psikomotor. Satuan pendidikan harus merancang kegiatan pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran afektif dapat dicapai. Keberhasilan pendidik melaksanakan pembelajaran ranah afektif dan keberhasilan peserta didik mencapai kompetensi afektif perlu dinilai. Oleh karena itu perlu dikembangkan acuan pengembangan perangkat penilaian ranah afektif serta penafsiran hasil pengukurannya. 2 2 http:akhmadsudrajat.wordpress.com20080815penilaian-ranah-afektif 3 Nilai adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi, tidak berada di dalam dunia yang empiris. Nilai berhubungan dengan pandangan seseorang tentang baik dan buruk, indah dan tidak indah, layak dan tidak layak, adil dan tidak adil, dan lain sebagainya. Pandangan seseorang tentang semua itu tidak bisa diraba, kita hanya mungkin dapat mengetahuinya dari prilaku yang bersangkutan. Oleh karena itulah nilai pada dasarnya standar prilaku, ukuran yang menentukan atau kriteria seseorang tentang baik dan tidak baik, indah dan tidak indah, layak dan tidak layak, dan lain sebagainya, sehingga standar itu yang akan mewarnai prilaku seseorang. Dengan demikian, pendidikan nilai pada dasarnya proses penanaman nilai kepada peserta didik yang diharapkan oleh karenanya siswa dapat berprilaku sesuai dengan pandangan yang dianggap baik dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku. 3 Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam merupakan mata pelajaran yang sangat penting bagi pendidikan Agama Islam, oleh karena itu siswa harus sungguh-sungguh dalam mempelajari mata pelajaran tersebut. Akan tetapi dewasa ini banyak sekali siswa yang tidak atau jarang memperhatikan mata pelajaran tersebut karena dianggap membosankan sehingga membuat siswa malas untuk mempelajari sejarah khususnya pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Oleh karena itu seorang guru harus bisa memasukan unsur media untuk memotivasi belajar siswa agar siswa tidak merasa bosan atau jenuh dengan mata pelajaran tersebut, sehingga tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai. Media merupakan sumber-sumber belajar selain guru yang disebut sebagai penyalur atau penghubung pesan ajar yang diadakan atau diciptakan secara terencana oleh seorang guru atau pendidik. 4 Dunia pendidikan dewasa ini berkembang semakin pesat dan semakin kompleksnya persoalan pendidikan yang dihadapi bukanlah tantangan yang harus dibiarkan begitu saja, tetapi memerlukan pemikiran yang konstruktif demi tercapainya kualitas yang baik. Persoalan yang dimaksud di antaranya adalah 3 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Peroses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2005, cet ke 5 h. 274 4 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada Press, 2008 h. 5 4 bagaimana seorang guru menyampaikan pesan pendidikan melalui media Film Audio Visual agar siswa termotivasi dan tidak merasa bosan dengan materi yang disampaikan, khususnya materi pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Media audio visual yaitu merupakan suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menggunakan alat-alat atau media pengajaran yang dapat memperdengarkan atau memperagakan bahan-bahan tersebut, sehingga siswa dapat menyajikan secara langsung, mengamati secara cermat memegang atau merasakan bahan-bahan peraga tersebut. 5 Di sini penulis menggunakan media audio visual yang berbentuk Film Dokudrama yaitu film-film dokumenter yang membutuhkan pengadegan. Dengan demikian kisah-kisah yang ada dalam dokudrama adalah kisah yang diangkat dari kisah nyata dari kehidupan nyata. 6 Kemudian dalam hubungannya dengan kegiatan belajar, yang penting bagaimana menciptakan kondisi atau suasana proses yang mengarahkan siswa itu melakukan aktivitas belajar. Dalam hal ini sudah barang tentu peran guru sangat penting. Bagaimana guru melakukan usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar anak didiknya melakukan aktivitas belajar dengan baik di perlukan peroses dan motivasi yang baik pula. Dalam hal ini motivasi sudah di katan baik apabila tujuan yang diinginkan sudah baik atau tercapai. 7 Mengingat pentingnya suatu media Film audio visual dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam agar dapat memberikan motivasi belajar siswa, guru diharapkan dapat menyajikan media audio visual yang berbentuk film sehingga siswa bersemangat dalam mengikuti mata pelajaran tersebut dan tercapainya tujuan pendidikan serta keefektifan siswa dalam mengikuti pembelajaran sesuai dengan apa yang diharapkan. Bertitik tolak dari hal tersebut penulis mencoba untuk mengadakan penelitian yang hasilnya akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul: “Efektivitas Pencapaian Tujuan Afektif Dalam Pembelajaran SKI Berbantuan Media Film di MTs Nurul Ilmi Tangerang ”. 5 Tayar Yusuf ,dan Drs. Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta:PT Raja Grapindo 1995, h. 78 6 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran ….h. 5 7 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers 1986, h. 77 5

B. Identifikasi Masalah

1. Masalah afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun implementasinya masih kurang. 2. dewasa ini banyak sekali siswa yang tidak atau jarang memperhatikan mata pelajaran SKI karena dianggap membosankan.

C. Pembatasan Masalah

1. Materi yang dijadikan bahan penelitian adalah materi Sejarah Kebudayaan Islam kelas VII di MTS Nurul Ilmi Tangerang. 2. Media yang dijadikan obyek penelitian adalah media audio visual yang berjenis film jadi, yang membahas tentang sejarah Nabi Muhammad saw di Mekah serta sistem perekonomian dan perdagangan pada masa Nabi Muhammad SAW.

D. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari pembahasan ini, yaitu: 1. Bagaimana situasi pembelajaran SKI dengan berbantuan media film? 2. Bagaimana pencapaian tujuan afektif dalam pembelajaran dengan berbantuan media film pada bidang studi SKI di MTS Nurul Ilmi Tangerang?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui situasi pembelajaran dengan berbantuan media film. 2. Untuk mengetahui efektifitas pencapaian tujuan afektif dalam pembelajaran dengan berbantu media film pada mata pelajaran SKI di MTS Nurul Ilmi Tangerang.

F. Kegunaan Penelitian

1. Untuk memperoleh informasi yang akurat tentang Efektifitas pencapaian tujuan Afektif dalam pembelajaran dengan berbantu media film pada mata pelajaran SKI. 6 2. Sebagai bahan rujukan bagi pembaca atau peneliti selanjutnya. 3. Memperkaya perbendaharaan perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta