13
31 56
Berlebihanmenyilaukan Kurang, sehingga sulit dilihat
Cukup
Untuk penilaian reklame di jalan Slamet Riyadi menurut aspek pencahayaan, dari hasil kuisioner menunjukan 56 mengatakan cukup, 31 mengatakan
pencahayaan reklame di sepanjang jalan Slamet Riyadi kurang, sehingga sulit untuk dilihat dan yang menyatakan berlebihanmenyilaukan sebanyak 13 . Untuk lebih
jelasnya mengenai tanggapan masyarakat mengenai pencahayaan terhadap reklame di jalan Slamet Riyadi dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
GAMBAR IV. 32 PENILAIAN KONDISI REKLAME MENURUT
PENCAHAYAAN PADA MALAM HARI DI JALAN SLAMET RIYADI 4.3.1.3
Rumusan Analisis Persepsi Masyarakat Umum
Penilaian masyarakat Kota Surakarta terhadap pemasangan reklame secara umum dapat dikatakan sangat kritis. Masyarakat menilai kondisi reklame di Jalan
Slamet Riyadi sudah dalam kondisi jenuh, karena jumlah reklame di Jalan Slamet Riyadi baik yang komersail maupun non-komersial jumlahnya sudah sangat banyak
sehingga menimbulkan kesan kumuh dan tidak teratur. Persepsi masyarakat Kota Surakarta terhadap pemasangan reklame menghendaki pemasangan reklame yang
tidak mengganggu keselamatan, dapat menambah keindahan kota dan teratur tata letaknya.
Masyarakat menilai bentuk reklame di sepanjang Jalan Slamet Riyadi adalah biasa, jauh dari karakter seni budaya yang melekat pada identitas Kota Surakarta.
Dilihat dari penampilannya reklame di jalan Slamet Riyadi masyarakat menilai agak menarik, dilihat dari apakah dapat menambah estetika kota masyarakat menilai
bahwa reklame di sepanjang jalan Slamet Riyadi masih belum meningkatkan keindahan kota Surakarta. Sedangkan dilihat dari kesesuaian ukurannya, masyarakat
menilai agak harmonis antara satu reklame dengan reklame lainnya. Selanjutnya dilihat dari kesesuaian penempatannya reklame di jalan Slamet Riyadi, masyarakat
menilai sedikit tidak teratur. Dilihat dari kesesuaian satu reklame dengan reklame
lainnya di jalan Slamet Riyadi masyarakat menilai agak bervariasi dan kalau dilihat dari kesesuaian penempatan dengan lingkungannya masyarakat di jalan Slamet
Riyadi menilai agak tidak serasi dan untuk aspek pencahayaan di Jalan Slamet Riyadi dirasakan cukup.
4.3.2 Persepsi Praktisi Periklanan Biro Iklan
Praktisi periklanan yang dijadikan responden merupakan representasi dari beberapa biro iklan yang ada di Kota Surakarta yang banyak jumlahnya. Dari
jumlah yang ada, dengan menggunakan teknik snowbolling pada akhirnya didapat responden yang dapat mewakili beberapa biro iklan yang lain serta dapat
merepresentasikan substansi materi wawancara.
4.3.2.1 Revisi atau Revolusi Regulasi
Dari hasil kajian biro iklan ketika di wawancarai menyimpulkan bahwa kemungkinan-kemungkinan kesalahan pada produk hukum yang ada, seperti diketahui
beberapa produk hukum yang terkait dengan pemasangan reklame adalah Peraturan Daerah No. 5 Tahun 1999 tentang Pajak Reklame. Padahal kalau ditilik lebih jauh
masih banyak produk yang luput dari kajian ASPRO dan Komisi III DPRD Kota Surakarta yang terkait dengan pemasangan reklame yaitu Keputusan Walikota No. 4
Tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Reklame, Peraturan Daerah Peraturan Daerah No. 8 tentang Bangunan, Peraturan Daerah No. 29 Tahun 1981 tentang
Kebersihan dan Keindahan Kota serta Peraturan Daerah No. 12 Tahun 1998 tentang Distribusi Pemakaian Kekayaan Daerah.
Menyikapi persoalan kontroversial di atas sebagai kesalahan yang sangat mungkin terjadi mengingat produk hukum yang mengatur hal termaksud; yaitu Peraturan Daerah
No. 5 Tahun 1999 tentang pajak reklame Pasal 3 ayat 3 “bentuk, ukuran, konstruksi, penempatan dan izin penyelenggaraan reklame ditentukan dan ditetapkan oleh
Walikota sebagai Kepala Daerah” beserta penjelasan atas Perda tersebut, memberikan kekuasaan penuh kepada Walikota untuk melakukan hal apapun menyangkut
permasalahan reklame di Kota Surakarta demi meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD saja tenpa memperhatikan keselamatan, kefektifan dan pertimbangan estetika
kota. .
Selain produk hukum berupa Peraturan Daerah tersebut diatas, yang luput dari pihak ASPRO
1
adalah terdapat pula salah satu pasal dalam Keputusan Walikota No. 4 Tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Reklame di Kota Surakarta yaitu pasal 9
yang berbunyi “penambahan dan atau pengurangan titik-titik lokasi pemasangan reklame sebagaigamana tersebut pasal 7, ditentukan oleh walikota atau pejabat yang
ditunjuk setelah mendapat pertimbangan dari Tim Penataan Reklame”. Pengelolaan reklame di Kota Surakarta tergolong rumit karena melibatkan banyak
instansi lain, khususnya dengan instansi teknis karena sangat berhubungan langsung dilapangan seperti Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas
Tata Kota serta Dinas Perhubungan dan DLLAJ. Hal tersebut akan sangat berimplikasi pada pertimbangan-pertimbangan teknis dari masing-masing instansi, supaya tidak
terjadi tumpang tindih kebijakan hendaknya Tim Penataan reklame Kota Surakarta mengkaji landasan hukum dari masing-masing instansi teknis dan tidak memberi porsi
yang besar terhadap dasar hukum instansi teknis tersebut. Sehingga salama ini timbul kesan bahwa Pemerintah Daerah hanya mengutamakan Pendapatan Asli Daerah PAD
saja dari pada mempertimbangkan aspek keselamatan dan kemanan. Menghindari kemungkinan-kemungkinan terjadinya peristiwa serupa di kemudian
hari, maka sangat diperlukan langkah-langkah perubahan atas produk-produk hukum yang menyengkut persoalan reklame. Oleh karenanya komisi III DPRD Kota Surakarta
akan mengambil langkah-langkah inisiatif bagi dilakukannya apa yang disebut dengan Revolusi Regulasi atau Revisi Regulasi, diantaranya dengan melakukan revisi atas
Perda No, 5 Tahun 1999 dan Keputusan Walikota No. 4 Tahun 2001. Selain itu juga pemerintah daerah hendaknya perlu mengkaji dasar hukum instansi
teknis seperti Dinas Pekerjaan Umum DPU, Dinas Kebersihan dan Pertamanan DKP dan Dinas Perhubungan dan DLLAJ terkait dengan pemasangan dan pengelolaan
reklame supaya tidak terjadi tumpang tindih kebijakan over laping dari masing- masing instansi dalam Tim Penataan reklame di Kota Surakarta agar tercipta
profesionalitas dalam pengelolaan reklame oleh pemerintah daerah. Dan pada akhirnya agar pemerintah daerah Walikota tidak memiliki hak proegratif apapun yang pada
akhirnya akan menuntun dan terjebak dalam praktek-praktek Korupsi, Kolusi dan
1
ASPRO anggotanya terdiri dari seluruh biro iklan yang ada di Kota Surakarta yang berjumlah kira-kira 30 biro iklan