Kriteria Penataan Media Reklame

9. Prosedur perijinan secara umum termasuk ijin untuk membangun maupun memodifikasi media reklame serta perpanjangan ijin. 10. Waktu berlakunya peraturan serta pelanggaran. 11. Upaya pelaksanaan dan perbaikan. Dalam penetaan media reklame secara teknis, elemen-elemen yang diatur bertitik tolak pada persoalan-persoalan pemasangan media reklame yang berkaitan dengan kualitas lingkungan kota dan beracuan kepada kebutuhan masyarakat atas lingkungannya sendiri. Elemen-elemn teknis yang perlu ditata dalam hal ini seperti yang tersebut diatas antara lain jumlah, lokasi, luas dan ukuran, penerangan dan penempatannya. Menurut panduan rancang kota Shirvani, 1985, ukuran dan kualitas dirancang harus diatur supaya harmonis mengurangi dampak visual yang negatif, mengurangi kesemrawutan dan persaingan antara media reklame yang sifatnya komersial dengan yang sifatnya non-komersial untuk masyarakat serta media reklame lalu-lintas. Perancangan kota yang baik memberikan kontribusi pada karakteristik bentuk bangunan dan jalan dengan memberikan informasi barang dan jasa. Pengklasifikasian reklame menurut kemudahan pengaturan terdapat dua tingkatan, yaitu: 1. Media reklame yang bersifat langsung Media reklame ini berkaitan dengan kegiatan pada suatu bangunan atau lingkungan dimana media reklame tersebut diletakan. 2. Media reklame yang bersifat tidak langsung Media reklame ini mengandung pesan-pesan yang tidak mempunyai kaitan langsung dengan kegiatan dalam bangunan atau lingkungan dimana media reklame tersebut diletakan. Dalam pedoman perancangan kota masih menurut Shirvani 1985 juga mengatur penempatan media reklame kedalam tiga zona, yaitu zone pendestrian, zone informasi dan zona untuk reklame. Pemasangan media reklame erat kaitanya dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: 1. Menggunakan media reklame yang sesuia dengan karakteristik daerahnya. 2. Mempunyai jarak yang cukup antara satu media reklame dengan media reklame lainnya, guna menjamin kemudahan untuk dibaca dan menghindari kepadatan yang berlebihan dan kekacauan dalam membaca. 3. Hubungan pandangan yang harmonis dengan gaya arsitektur bangunan dimana media reklame tersebut dilatakan. 4. Membatasi yang pencahayaannya berlebihan, seperti pada gedung teater dan bioskop. 5. Tidak dipernolehkan reklame yang berukuran besar dan mendominasi pemandangan dipendestrian maupun di ruang publik. Dari beberapa kajian teori seperti pada pembahasan diatas, penataan media reklame menghasilkan beberapa elemen dan aspek yang harus dipertimbangkan dalam penataan media reklame di koridor jalan Slamet Riyadi Kota Surakarta. Elemen-elemen serta aspek tersebut adalah sebagai berikut: TABEL II.1 ELEMEN DAN ASPEK YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PENATAAN REKLAME No Ketentuan Aspek Yang Dipertimbangkan Elemen Keselamatan Keindahan Keefektifan 1 Reklame diletakan 46 cm dari dinding bangunan √ Konstruksi, penempatan 2 Ketinggian reklame tidak boleh melebihi ketinggian bangunan; kurang dari 7,6 m dari dinding bangunan serta lebih dari 480 cm dari permukaan tanah. √ Konstruksi dan penempatan 3 Sesuai dengan karakteristik daerahnya √ Bentuk dan ukuran 4 Mempunyai jarak yang cukup antara reklame √ √ Jumlah dan orientasi 5 Harus harmonis dengan arsitektur bangunan √ Bentuk, ukuran dan penempatan 6 Membatasi reklame yang kerlap- kerlip dan menyilaukan √ √ Pencahayaan 7 Melarang reklame yang berukuran besar √ Ukuran 8 Mengelompokan jenis reklame yang seragam √ Penempatan 9 Luas muka reklame tidak boleh lebih dari 2x lebar halaman dari bangunan ke jalan, atau tidak lebih dari 22,5 m 2 untuk halaman kuran dari 15 m. Untuk lebar halaman √ √ Ukuran No Ketentuan Aspek Yang Dipertimbangkan Elemen Keselamatan Keindahan Keefektifan lebih dari 15 m luas media reklame tidak lebih dari 1,5 kali lebar halaman atau tidak boleh lebih dari 37,5 m 2 10 Pada jendela, reklame tidak boleh menutupi permukaan jendela sampai 20 nya. √ Ukuran dan penempatan 11 Intensitas penerangan harus konstan. Tidak boleh berputar, berkedip serta tidak menyilaukan orang disekitar √ √ Pencahayaan 12 Luas total untuk reklame nama toko, logo dan nomor ini kumulatif tidak lebih dari 4,5 m √ √ ukuran Sumber: Natalivan ,diolah 2005

2.4 Hukum Periklanan

Kehidupan manusia dalam bermasyarakat, bernegara dan berbangsa tidak terlepas dari adanya suatu aturan atau hukum sebagai rambu-rambu yang mengatur masyarakat dalam menjalankan roda kehidupannya agar dapat berjalan dengan tertib. Sebagaimana dalil yang dikenal dalam teori hukum bahwa “tiada masyarakat tanpa hukum”, demikian pula masyarakat Indonesia tidak terlepas dari dalil tersebut. Definisi hukum menurut Victor Hugo menyatakan bahwa hukum adalah kebenaran dan keadilan. Sedangkan menurut Prof.Mr.E.K Meyers dalam buku “de algemene begrippen van het burgerlijk recht”, menyatakan hukum adalah keseluruhan norma-norma dan penilaian-penilaian tentang harga susila yang mempunyai hubungan dengan perbuatan-perbuatan manusia sebagai anggota masyarakat. Dibagian lain Dr. E. Utrecht SH 1957, dalam buku yanga berjudul “pengantar dalam hukum Indonesia” menyatakan bahwa definisi hukum yang lengkap sangat sulit, namun menurut Utrecht pedoman tentang hukum itu adalah himpunan petunjuk-petunjuk hidup tata tertib suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan. Dari beberapa definisi hukum di atas dan masih banyak lagi definisi-difinis hukum dari para pakar hukum Muchsin 2002 menyimpulkan bahwa hukum adalah alat atau sarana untuk mengatur dan menjaga ketertiban guna mencapai suatu masyarakat yang berkeadilan dalam menyelenggarakan kesejahteraan sosial yang erupa peraturan- peraturan yang bersifat memaksa dan memberikan sangsi bagi yang melanggarnya, baik itu untuk mengatur mengatur masyarakat ataupun aparat pemerintah sebagai penguasa. Jadi dapat disimpulkan bahwa unsur yang terkandung dalam hukum adalah peraturan-peraturan yang dibuat oleh yang berwenang, tujuannya mengatur dan menjaga tata tertib kehidupan masyarakat, mempunyai ciri memerintah dan melarang, bersifat memaksa agar ditaati dan memberikan sangsi bagi yang melanggarnya. Hukum dan masyarakat bagaikan dua sisi mata uang, ubi societas ibi ius dimana ada masyarakat di sana ada hukum. Keduannya tidak dapat dipsahkan. Hukum yang tidak dikenal dan tidak sesuai dengan konteks sosialnya serta tidak ada komunikasi yang efektif tentang tuntutan dan pembaharuanyabagi warga negara tidak akan bekerja secara efektif. Hukum dan kaitanya dengan pembangunan di Indonesia menurut hasil Seminar Nasional IV merumuskan adanya 6 enam fungsi dan peran hukum dalam pembangunan yaitu Badan Pembinaan Hukum Nasional, 1980: 61: 1. Pengatur, penertib dan pengawas kehidupan masyarakat 2. Penegak keadilan dan pengayom warga masyarakat terutama yang mempunyai kedudukan sosial ekonomi lemah. 3. Penggerak dan pendorong pembangunan dan perubahan menuju masyarakat yang dicita-citakan. 4. Pengaruh masyarakat pada nilai-nilai yang mendukung usaha pembangunan 5. Faktor penjamin keseimbangan dan keserasian yang dinamis dalam masyarakat yang mengalami perubahan cepat. 6. Faktor integrasi antara berbagai sub sistem budaya bangsa. Para ahli hukum dalam merumuskan tujuan dari hukum sama dengan merumuskan definisi dari hukum, antara satu dan yang lainnya pendapatnya berbeda- beda. Menurut teori etis ethische theorie, hukum hanya semata-mata bertujuan mewujudkan keadilan. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Filosofis Yunani, Aristitoles dalam karyanya “Ethica Nichomachea” dan “Rheotorika” yang menyatakan bahwa hukum mempunyai tugas yang suci, yaitu memberi kepada setiap orang yang berhak menerimanya Utrecht, 1957: 20. Sementara itu, van Apeldoorn dalam bukunya “inleiding tot studie van het Nederlands Recht” mengatakan tujuan hukum adalah untuk mengatur pergaulan hidup secara damai. Hukum menghendaki kedamaian. Kedamaian diantara manusia dipertahankan oleh hukum dengan melindungi kepentingan manusia yang tertentu yaitu