Kriteria Strategis Lokasi Reklame
Artinya dimana disana terdapat banyak orang baik yang yang berdiam atau sekedar melintas, maka akan semakin strategis nilai sebuah kawasan untuk pemasangan
reklame. Bertitik tolak pada pemikiran di atas, maka dalam dalam penentuan tingkat
strategis tidaknya suatu kawasan paling tidak digunakan tiga indikator utama yaitu trafffic keramaian lalu lintas kendaraan sekitar lokasi titik kawasam, density
kepadatan keramaian orang sekitar lokasi titik kawasan dan activity center keberadaan pusat aktivitas sekitar lokasi titik kawasan.
Indikator pertama yakni keramaiankepadatan lalu lintas dipergunakan sebagai indikator dengan logika bahwa kendaraan baik roda dua maupun roda
empat yang melintas lokasititikkawasan tentunya membawa pengendara serta penumpang yang punya potensi untuk ditarik perhatiannya terhadap pesan sebuah
reklame yang terpasang. Dengan menghitung banyak kendaraan yang melintas selama satu jama kemudian dapat ditentukan tingkat kepadatan lalu lintasnya
apakah masuk kategori rendah, sedang dan tinggi. Pada gilirannya kemudian digabung dengan dua indikator lain, indikator ini akan menentukan tingkat stretgis
sebuah lokasi titik. kawasan. Sebagai catatan pengamatan kepadatan lalu lintas dilakukan pada hari biasa dan hari khusus pasaran, hari libur dsb, jam sibukramai
dan jem sepi lalu lintas di cari rat-ratanya. Catatan lain, karena kendaraan roda empat secara rata-rata membawa penumpang dua kali lebih banyak dibanding roda
dua, maka perhitungannya dilipat duakan. Indikator pertama ini perlu diperkuat juga dengan pertimbangan yang sifatnya
non kuantitatif agar kesimpulan yang diperoleh tidak missleading. Salah satu pertimbangan tersebut misalnya adalah tingkat kerawanan atau suatu titikkawasan
terhadap kecelakaan lalu lintas. Suatu titik kawasan boleh jadi dari segi traffic ramai namun karena rawan kecelakaan contoh perempatan jalan tanpa traffic light
tentunya tidak akan dikategorikan strategis untuk pemasangan reklame. Indikator kedua densitas mengukur kepadatan orang baik yang berdomisili
maupun sekaedar jalan tanpa kendaraan yang melintas kawasan. Kategori yang dipergunakan sama yakni rendah, sedang dan tinggi. Common sense mengatakan
semakin pada sebuah kawasan semakin potensial menarik perhatian orang dan semakin stretagis kawasan tersebut.
Keberadaan pusat aktivita seperti pasar, pertokoan, sekolahan, situs swasta, perkantoran sampai alun-alun di sekitar kawasan juga merupakan indikator yang
penting untuk dipertimbangkan. Nalarnya adalah dimana disana terdapat pusat aktivitas, semakin besar potensi terjadinya konsentrasi masa yang dapat ditarik
perhatiannya. Indikator ketiga inipun harus disertai catatan lain agar kesimpulan tidak
keliru. Pusat aktivitas berupa komplek perkantoran negara pemerintahan selayaknya tak pantas dimasukan dalam kawasan strategis pemasangan reklame.
Dengan demikian halnya dengan kawasan budaya sejarah serta dalam radius tertentu kawasan sekolah pendidikan. Dari hasil pengamatan dan perhitungan
terhadap 157 lokasi pemasangan reklame di Surakarta diperoleh hasil yang ringkasannya tersaji pada tabek berikut ini:
TABEL III. 11 PENETAPAN TINGKAT STRATEGIS PEMASANGAN REKLAME
No Titik Lokasi
Indikator Kesimpulan
Utama Tambahan
1 Perempatan Jln. Slamet Riyadi-Yos Sudarso
Traffic: Tinggi Densitas:Tinggi
Pusat aktivitas: tidak ada Cenderung ramai, tapi
tidak rawan ada trafffic light
Strategis 2
Jln Slamet Riyadi setelah Yos Sudarso
Traffic: Tinggi Densitas:Tinggi
Pusat aktivitas: bank Ramai, tapi tidak rawan
Sangat Strategis
3 Perempatan Slamet
Riyadi-Sunaryo Traffic: Tinggi
Densitas:Tinggi Pusat aktivitas:
perkantoran Ramai, tapi tidak rawan
Sangat Strategis
4 Jln Slamet Riyadi Ngapeman sd Nggladag
Traffic: Tinggi Densitas:Tinggi
Pusat aktivitas: bank Ramai, tapi tidak rawan
Sangat Strategis
5 Pertigaan Jln Slamet Riyadi-A.Yani
Traffic: Tinggi Densitas:Tinggi
Pusat aktivitas: tidak ada Ramai, tapi tidak rawan
Strategis 6 Pertigaan Jln. Slamet
Riyadi-Jln Agus Salim Traffic: Tinggi
Densitas:Tinggi Pusat aktivitas: stasiun,
SPBU, Pabrik es. Ramai, tapi tidak rawan
karen ada bundaran Strategis
7 Pertigaan Jln Slamet Riyadi-Kerten
Traffic: Tinggi Densitas:Tinggi
Pusat aktivitas: Showroom Cenderung ramai, tapi
tidak rawan Sangat
Strategis
No Titik Lokasi
Indikator Kesimpulan
Utama Tambahan
otomotif, halte bus 8 Jln. A yani Tugu
Panahan-Slamet Riyadi Traffic: Sedang
Densitas: Sedang Pusat aktivitas: hotel,
rumah sakit Jalur cepat bus dan truk
keluar kota. Netral
9 Perempatan Ngampeman
Jln Slamet Riyadi Traffic: Tinggi
Densitas:Tinggi Pusat aktivitas: hotel,
supermarket, pertokoan Tidak rawan, ada traffic
light Sangat
strategis
10 Perempatan Gendengan Jln. Slamet Riyadi
Traffic: Tinggi Densitas:Tinggi
Pusat aktivitas: gereja, rumah sakit, perkantoran
Tidak rawan, ada traffic light
Sangat strategis
11 Perempatan SE-
Gandengan Jln Slamet Riyadi
Traffic: Tinggi Densitas:Tinggi
Pusat aktivitas: perkantoran, Hotel
Tidak rawan Sangat
strategis
12 Perempatan SE-Purwosari
Jln Slamet Riyadi Traffic: Tinggi
Densitas:Tinggi Pusat aktivitas: tidak ada
Tidak rawan, ada traffic light
Strategis 13
Jln Slamet Riyadi perempatan Gandengan-
Ngapeman Traffic: Tinggi
Densitas:Tinggi Pusat aktivitas:
perkantoran, bank, THR, stadion.
Tidak rawan Sangat
strategis
Sumber: Dipenda, 2005
Dari tabel diatas nampak terdapat lokasikawasan yang termasuk kategori kurang strategis untuk pemasangan reklame dikarenakan traffic rendah, densitas rendah serta
tak ada pusat aktivitas sekitarnya. Namun ada beberapa yang dikategorikan kurang strategis padahal disana terdapat pusat aktivitas, ini dikarenakan meski berpotensi
menjadi pusat kerumunan masa namun pada kenyataannya berasar pengamatan tidaklah demikian. Ataupun suatu kawasan yang sebenarnya traffic ramai namun rawan
kecelakaan contohnya adalah perempata Jl. Yos Sudarso-Jl.Dr.Rajiman yang lalu lintasnya sangat padat dan tanpa traffic light. Dari sudut pandang kepentingan
pemasangan reklame tentunya titik lokasi tersebut kurang strategis, karena bagaimana orang akan sempat melihat iklan yang terpasang jikalau pada saat yang bersamaan harus
berkonsentrasi ke jalan. Adapula kawasan yang menurut pengamatan umum ramai traffic dan densitasnya, namun ternyata dari hasil penelitian ramainya hanya jam-jam
tertentu saja hingga reratanya rendah, atau nampak ramai karena jalan yang sempit. Contoh ekstrem dari kasus ini misalnya daerah sekitar pasar Klewer yang sangat tinggi
kepadatan lalu lintas dan manusia hanya pada jam-jam tertentu, namun menurun drastis kepadatannya menjelang sore dan malam.
Sebaliknya lokasikawasan dimana traffic tinggi, densitasnya tinggi dan banyak terdapat pusat aktivitas akan dimasukkkan kategori strategis untuk pemasangan
reklame. Meskipun demikian ada daerah yang densitasnya sedang saja masuk kategori strategis. Hal ini dengan pertimbangan karena kawasan tersebut sangat padat lalu lintas
kendaraan sehingga masuk kategori ini, meskipun tentunya jenisbentuk reklame terpasang di sana haruslah disesuaikan.
Suatu kondisikeadaan tentunya akan selalu berubah seiring berjalannya waktu, demikian halnya dengan kondisi kawasan suatu daerah. Dalam konteks reklame,
kawasan yang kini mungkin strategis ataupun kurang strategis untuk pemasangan belum tentu demikian untuk masa yang lalu atau masa datang. Dikarenakan perkembangan
pembangunan boleh jadi suatu kawasan yang dulunya kurang strategis menjadi sebaliknya di masa kini dan masa depan. Hal yang sebaliknya vice versa kawasan
yang dulunya strategis, dikarenakan satu dan lain hal, kini menjadi tak strategis lagi.