pernah-belum pernah; setuju-tidak setuju dan lain sebagainya. Data diperoleh dapat berupa data interval atau ratio dikotomi dua alternatif yang berbeda Riduwan,
2002.
D. Metode Penelitian Hukum
Ilmu hukum dan ruang lingkup pembahasannya ialah membicarakan tentang ilmu hukum yang disebut Rechtswetenschap
Belanda, Jurisprudence
InggrisAmerika atau Juriprudence Jerman, ilmu hukum digambarkan sebagai suatu disiplin ilmu yang mempunyai cakupan yang luas Curzon, 1979: v. Ilmu
hukum mencakup dan membicarakan segala hal yang berhubungan dengan hukum Rahardjo, 1991: 3.
Begitu luasnya ilmu hukum menyebabkan pro dan kontra mengenai hukum sebagai ilmu pengetahuan Knowledge, Van Appeldoom 1932 dalam bukunya
Inleiding Tot de Studie van de Rechtswetenschap Recht banyak dipakai dalam kajian hukum di Indonesia sama sekali tidak mempergunakan ilmu hukum pada judulnya.
Sebenarnya Van Appeldoom tidak mengakui seluruh kajian tentang hukum sebagai ilmu hukum Soejono dan Abdurahman, 2003: 85, dalam uraian pada bagian
bukunya dia berpendapat kajian tentang perundang-undangan, peradilan, dan ajaran- ajaran hukum tidak termasuk dalam lingkup ilmu hukum tetapi termasuk masalah
“seni hukum”. Namun bahasan menyangkut sosiologi hukum, sejarah hukum dan perbandingan hukum ia masukan dalam kelompok yang disebut ilmu hukum,
sehingga konsep ilmu hukum dari Van Appeldoom hanya terbatas pada tiga disiplin hukum tersebut itu saja.
Sementara itu Bellefroid 1952 mewakili yang lain masih berkeyakinan bahwa ilmu hukum itu memang benar-benar merupakan suatu ilmu dan dapat
dipertanggungjawabkan sebagai sebuah ilmu dan sekali lagi tentu mempunyai kaitan erat dengan persoalan metodologis. Perdebatan tersebut perlu dikaji lebih mendalam
dalam penulisan tesis ini karena mengandung implikasi metodologis. Walaupun kemudian buku Van Appeldoom tersebut disempurnakan oleh P.
Van Djik dan kawan-kawan cetakan ke-18, tahun 1985 dengan mengganti beberapa pada bagian buku tersebut, tetap saja menimbulkan penilaian bernada sinis
dari Curzon 1979: 12-13 dan tentunya ini mempunyai implikasi metodologis.
Bagaimanapun penilaian mereka mengenai ilmu hukum harus kita terima dengan kepala dingin. Oleh karena itu pada penilitian tesis ini tidak ada salahnya
mencoba mengutip apa yang dikemukakan Sunaryati Hartono 1991, beliau menyatakan bahwa sudah tidak perlu diragukan lagi, bahwa hukum itu jelas
merupakan bidang ilmu yang sudah sangat tua dari ilmu-ilmu alam. Hanya saja pada abad ke-19 hukum oleh aliran empirisme dan ilmu-ilmu murni sekonyong-konyong
dianggap tidak ilmiah, karena mengandung nilai-nilai, bahkan bersumber pada suatu filsafat moralitas dan kehidupan bermasyarakat Hartono, 1991: 15.
Bilamana mengakui ilmu hukum sebagai ilmu maka sebagai konsekuensinya juga harus mengakui adanya apa yang dinamakan metodologi ilmu hukum atau
setidak-tidaknya ada yang dinamakan metode ilmu hukum. Berdasarkan dari tuntutan hukum sebagai ilmu pengetahuan Claim Knowledge, maka perumusan
konsep hukum juga tidak dapat dilepaskan dari unsur empiris yang menjadi dasarnya, atau dengan perkataan lain, konsep-konsep hukum itu harus mempunyai
dasar empiris Rahardjo, 1991: 306. Pendapat ini dapat menjadi landasan untuk dikembangkan bilamana ilmu hukum tetap pada pendirian, bahwa ilmu hukum
adalah sebagai bagian ilmu sosial dalam artian sebagai ilmu empiris. Pendapat lain mengenai pola kajian terhadap hukum dikemukakan oleh
Soetandyo Wignyosubroto, hukum adalah sebuah konsep dan tidak ada konsep tunggal mengenai apa yang disebut dengan hukum. Sepanjang sejarah pengkajian
hukum tercuat 3 konsep hukum yang pernah dikemukakan. Pertama, konsep yang berwarna moral dan filosofis, yang melahirkan cabang kajian hukum yang amat
moralis. Kedua, merupakan konsep positif, tidak hanya yang austinian melainkan juga yang Pragmatik Realis dan yang Neo Kantian atau Kelsenian, yang melahirkan
kajian kajian-kajian ilmu hukum positif. dan Ketiga, adalah konsep sosiologik atau antropologik, yang kemudian melahirkan kajian-kajian sosiologi hukum,
antropologi hukum atau cabang kajian yang akhir-akhir ini banyak dikenal dengan nama “Hukum dan Masyarakat” Wignyosoebroto, 1980: 2.
Hal senada diungkapkan oleh Ronny Hanityo Soemitro mengemukakan bahwa dalam meninjau hukum sebagai institusi sosial yang secara nyata berkaitan
dengan variabel-variabel sosial lainnya. Hukum sebagai gejala sosial yang bersifat empiris disatu pihak dapat dipelajari sebagai suatu variabel yang mempengaruhi