Revisi atau Revolusi Regulasi

4.3.2.5 Pengembangan Ekonomi Lokal

Menanggapi kebijakan dan mekanisme lelang titik reklame yang kelewat terbuka; mengundang seluruh peminat darimanapun daerah asalnya dalam kota maupun luar kota bahkan luar negeri sekalipun atas dalih pasar bebas dan demi optimalisai peningkatan pendapatan asli daerah PAD. Tanpa pernah memikirkan kemungkinan praktisi lokal kalah bersaing secara kapital dan hanya jadi penonton manakala tanah kotanya dieksplorasi oleh pelaku bisnis dari luar. Biro-biro iklan di Kota Surakarta memberikan apresiasi yang diluar dugaan. Dari hasil wawancara dengan beberapa praktisi periklanan di Kota Surakarta dalam wadah Asosiasi Perusahaan dan Praktisi Periklanan Surakarta ASPRO mengemuka bahwa hendaknya Pemerintah Kota Surakarta dalam pengadaan pemasangan reklame lebih memperhatikan biro-biro iklan “asli daerah”. Karena menurut Irfan Sutecma 5 2005 mewakili biro lain menyebutkan bahwa biro lokal dalam mengerjakan pemasangan reklame melibatkan pekerja-pekerja lokal yang mengandalkan hidupnya dari pekerjaan ini, dan juga bahan produksi nya pun bukan didatangkan dari daerah lain seperti biro lain di luar Kota Surakarta akan tetapi dari pengerajin besi dari daerah Depok 6 . Dengan dilibatkannya pengerajin-pengerajin lokal diharapkan akan tercipta taraf ekonomi yang layak di masyarakat Kota Surakarta, karena perputaran nilai uang dari kontrak pemasangan reklame tidak akan keluar dari Kota Surakarta seperti jikalau pengerjaan pemasangan reklame melibatkan biro reklame dari luar Kota Surakarta. Selain kondisi demikian, pengerjaan pemasangan reklame dengan dikerjakan oleh biro lokal diharapkan juga akan berdampak pada peluang pekerjaan yang lebih besar untuk masyarakat kecil untuk masuk dalam sektor ini. Seperti diketahui bahwa, biro-biro iklan yang ada di Kota Surakarta sebagian merupakan binaan dari Depertamen Perindustrian dan Perdagangan Deperindag Kota Surakarta, keberlanjutan biro-biro ini bergantung dari pengerjaan pemasangan reklame melingkupi eks Karesidenan Surakarta yang meliputi Kota Surakarta, Karanganyar, Sukoharjo maupun Wonogiri. Walaupun tidak menjadi indikator yang 5 Ketua ASPRO 6 Salah satu daerah pengrajin besi di Kota Surakarta signifikan, akan tetapi sangat disayangkan jika Pemerintah Daerah menutup mata dalam taraf pendapatan ekonomi masyarakat di daerahnya sendiri. Jika pembuatan master plan bisa cepat dan langsung dapat diterapkan, dan kalau yang terjadi dilapangan adalah pemerintah masih enggan untuk segera membuat master plan tentang reklame maka seogyanya dapat diberlakukan dan atau ditambahkan ketentuan berikut sebagai salah satu syarat kepesertaan lelang. 1 Jika dalam pemasangan reklame adalah perusahaan periklanan berbadan hukum yang tidak berdomisisli usaha maupun tidak memiliki infrstruktur usaha di Kota Surakartaeks Karisidenan Surakarta selanjutnya disebut dengan lokal, maka yang bersangkutan wajib menggunakana jasa perusahaan periklanan yang berdomisisli usaha di wilayah Kota Surakartaeks Karesidenan Surakarta. 2 Kewajiban penggunaan jasa perusahaan periklanan lokal seyogyanya dapat dipahami sebagai upaya untuk memperlancar proses pertanggungjawaban jika suatu saat terjasi hal-hal yang tidak diinginkan dengan pemasangan reklame yang bersangkutan. 3 Selain itu penggunaan jasa sebagaimana tersebut diatas, seyogyanynya didasarkan pada sistem pemberian fee yang memberi keuntungan bagi kedua belah pihak, misalnya dengan mencakup pola sebagai berikut: 4 Survei fee, adalah besaran biaya yang dibayarkan kepada perusahaan periklanan lokal sebagai pembayaran atas jasa membantu melakukan survei atau penentuan lokasi pemasangan reklame. 5 Production fee, adalah besaran biaya yang dibayarkan kepada perusahaan periklanan lokal sebagai pembayaran atas jas membantu pembuatanrealisasi bangunan reklame. 6 Maintanance fee, adalah besaran biaya yang dibayarkan kepada perusahaan periklanan lokal sebagai pembayaran atas jasa membantu melakukan pengawasan dan perawatan bangunan reklame. 7 Success fee, adalah besaran biaya yang dibayarkan kepada perusahaan periklanan lokal sebagai pembayaran atas jas membantu keseluruhan proses pemasangan reklame hingga berlangsung denggan baik sampai pada masa berakhirnya pemasangan reklame.

4.3.2.6 Rumusan Analisis Persepsi Biro Iklan

Dari hasil kajian analisis tersebut, dapat dirumuskan bahwa beberapa biro iklan di Kota Surakarta menghendaki pemerintah daerah Kota Surakarta dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta selaku pengelola lebih transparan dalam pengelolaan dan pemasangan reklame di Kota Surakarta. Termasuk diantaranya dalam mekanisme lelang untuk mendapatkan titik pemasangan reklame di Jalan Slamet Riyadi. Beberapa biro iklan juga menghendaki pemerintah lebih meningkatkan ke-profesionalitas dalam peleyanan proses perijinan pemasangan reklame yang dinilai terlalu lamban. Selain hal tersebut, biro iklan juga menuntut pemerintah lebih mengutamakan biro-biro iklan lokal dengan alasan lebih meningkatkan ekonomi lokal dan efesiensi pekerjaan pemasangan reklame di Kota Surakarta. Hal yang paling kursial menurut biro iklan Kota Surakarta adalah mengenai adanya ketidak sesuaian lagi regulasi yang mengatur tentang reklame yang banyak dikritisi oleh publik. Beberapa biro iklan menilai terdapat kewenangan yang tinggi dan mutlak oleh Walikota Surakarta yang mengatur boleh tidaknya pemasangan reklame di Kota Surakarta. Pernyataan tersebut terdapat di salah satu pasal dalam Keputusan Walikota No 4 Tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Reklame di Kota Surakarta. Kalau tidak di revisi atau diganti, dikhawatirkan oleh biro iklan lokal akan terjadi praktik-praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme KKN dalam pengelolaan dan pemasangan reklame di Kota Surakarta. Sebenarnya akar dari permasalahan tersebut diatas, menurut biro iklan lokal karena Kota Surakarta tidak mempunyai master plangrand design tentang reklame yang mengatur daerah mana yang boleh dipasang reklame dan daerah mana yangh tidak boleh dipasang reklame. Hal tersebut juga di iyakan oleh Tim Penataan Reklame Kota Surakarta, dengan meningkatnya kondisi ekonomi kota maka persaingan memperebutkan pasar di Kota Surakarta akan terus meningkat. Kalau tidak dibarengi dengan pengelolaan yang maksimal, potansi tersebut akan sia-sia dan reklame hanya akan jadi hutan kota yang tanpa ada kontribusinya bagi Pendapatan Asli Daerah PAD.

4.4 Analisis Aspek Hukum Pemasangan dan Pengelolaan Reklame