GAMBAR IV.38 PENILAIAN MASYARAKAT MENGENAI
ESTETIKA KOTA DALAM PEMASANGAN REKLAME
Pada salah satu pasal dalam Keputusan Walikota tersebut juga mengatur masalah reklame insidental. Menurut regulasi tersebut disebutkan reklame insidental adalah
pemasangan reklame yang dilakukan secara temporer dengan durasi waktu harian, mingguan dan bulanan. Yang termasuk reklame
insidental adalah; A.
Reklame yang meliputi spanduk, umbul-umbul, cover board, banner.
B. Reklame yang terbuat dari bahan triplek atau
sejenisnya selanjutnya disebut baliho. C.
Reklame lainnya termasuk balon udara dan selebaran. Kerapkali reklame insidental di Jalan Slamet
Riyadi menunjukan kecenderungan kesemrawutan karena kurang tempat-tempat khusus untuk memasang reklame
jenis ini dan dalam Keputusan Walikota tidak ada pasal yang mengatur tentang reklame jenis ini. Ketidakcukupan tempat menyebabkan reklame
insidental seringkali menggunakan jalur hijau dan taman disepanjang jalan Slamet Riyadi sehingga sangat memperburuk keindahan kota.
Yang mendapatkan perhatian masyarakat dan praktisi periklanan Kota Surakarta adalah mengenai salah satu pasal yang ada dalam Keputusan Walikota tersebut yakni
pada pasal 7 yang isinya penambahan atau pengurangan titik-titik lokasi pemasangan reklame ditentukan oleh walikota atau pejabat yang ditentukan setelah mendapat
pertimbangan dari tim penataan reklame. Menurut praktisi periklanan Kota Surakarta pasal tersebut rawan akan terjadinya praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme karena
memberikan kewenangan mutlak kepada walikota.
4.4.3 Rumusan Analisis Aspek Hukum Pemasangan Reklame
GAMBAR IV.39 REKLAME INSIDENTAL
Analisis aspek hukum pemasangan reklame di maksudkan untuk melihat adanya hal-hal yang kontradiktif antara regulasi yang mengatur pengelolaan dan pemasangan
reklame di Kota Surakarta dengan kondisi dilapangan. Dapat diambil contoh misalnya menurut Keputusan Kepala Dinas LLAJ Kota Surakarta Pada Penempatan Lokasi
Reklame menyebutkan bahwa untuk ketinggian minimum pemasangan reklame minimal tujuh 7 meter diukur dari sisi paling bawah papan reklame terhadap daerah
manfaat jalan, dilapangan masih menunjukan pemasangan reklame yang kurang dari tujuah 7 meter seperti yang terjadi di Jalan SLamet Riyadi.
Masih menurut Keputusan Kepala DLLAJ Kota Surakarta Perlunya standarisasi ukuran, ketinggian, jenis, jarak antara titik papan reklame dan lain sebagainya di tanah
negara didaerah milik jalan demi keindahan, estetika dan menghilangkan kesan kumuh lingkungan, akan tetapi dilapangan sama sekali tidak menunjukan keserasian standar
dan bentuk reklame apalagi kesesuaian bantuk bangunan. Pada bagian lain titik lokasi reklame diluar daerah pengendalian persimpangan dengan jarak minimum 20 meter,
diukur dari stop line searah kaki persimpangan, tapi yang terjadi pada setiap Perempatan Lampu Merah traffight light menumpuk banyak sekali reklame berbagai jenis.
Peraturan Daerah Kota Surakarta, No. 29 Tahun 1981 tentang Kebersihan dan Keindahan Kota pasal 13 ayait 3 disebutkan untuk menjaga kelestarian dan tetap
berfungsinya penghijauan dan jalur hijau areal yang disediakan untuk penghijauan termasuk jalur pemisah jalan dilarang menjemur dan memasang, menempelkan atau
menggantungkan benda-benda dijalan, jalur hijau, taman dan tempat umum, akan tetapi justru di jalan Slamet Riyadi kebanyakan reklame di tempatkan di jalur hijau. Belum
lagi pada bagian lain regulasi tersebut melarang memanjat, memotong, menebang pohon dan tanaman yang tumbuh disepanjang jalan, jalur hijau, taman dan tempat
umum, tapi yang sering terjadi adalah dengan alasan karena menghalangi objek penglihatan dari reklame seringkali pohon tersebut ditebang.
Regulasi instansi teknis seperti Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pertamanan dan Kebersihan DKP, Dinas Tata Kota dan Dinas DLLAJR belum terintegrasi secara
komperhensif dalam pengelolaan dan pemasangan reklame. Setiap instansi teknis hanya melihat reklame dari aspek masing-masing instansi sehingga wajar ketika dilapangan
ada dualisme kebijakan, akan tetapi permasalahan tersebut dapat diselesaikan melalui mekanisme koordinasi dilapangan.