dimanfaatkan menjadi kompos serta batako. Di Desa Suntenjaya, biogas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar kompor atau generator
pembangkit listrik. Dengan adanya usaha pengembangan biogas tersebut perlu dievaluasi bagaimana kelayakan secara finansial usaha pengembangan biogas. Hal
ini agar dapat diketahui keberlanjutan dari usaha biogas ini. Dari 732 peternak di Desa Suntenjaya, baru 100 peternak yang melakukan
pengelolaan biogas dari limbah ternak, sementara 632 peternak masih membuang limbah ternaknya ke sungai, hal ini menyebabkan pencemaran yang menimbulkan
adanya kerugian ekonomi. Kerugian ekonomi akibat pencemaran ini perlu diteliti agar dapat diestimasi nilai kerugian masyarakat di desa tersebut akibat
pencemaran dari limbah ternak tersebut. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Berapakah nilai kerugian ekonomi pencemaran akibat limbah ternak di Desa
Suntenjaya? 2.
Bagaimana kelayakan finansial dari proyek pengembangan biogas di Desa Suntenjaya dan faktor-faktor yang mempengaruhinya?
3. Seberapa besar dampak ekonomi dan lingkungan yang diperoleh dari usaha
pengembangan biogas?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Mengestimasi nilai kerugian ekonomi akibat limbah ternak di Desa Suntenjaya.
2. Mengevaluasi keberlanjutan dari proyek pengembangan biogas di Desa
Suntenjaya dan mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh nyata dalam usaha pengembangan biogas.
3. Mengidentifikasi dampak ekonomi dan lingkungan yang diperoleh dari
adanya biogas.
1.4 Batasan Penelitian
Penelitian ini menganalisis kelayakan biogas di Desa Suntenjaya Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung, serta mengistimasi kerugian akibat pencemaran
Sungai Cikapundung. Pencemaran sungai yang terjadi menimbulkan biaya pengganti berupa biaya untuk membersihkan sungai. Pencemaran yang timbul
akibat limbah ternak menyebabkan masyarakat harus melakukan upaya untuk mengolah limbah ternak tersebut. Untuk menganalisis kelayakan biogas,
digunakan umur proyek biogas selama 15 tahun. Estimasi nilai kerugian ekonomi akibat limbah ternak yang dihitung hanya 1 titik waktu yaitu pada saat dilakukan
penelitian.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran Air
Pencemaran air didefinisikan sebagai kondisi berkurangnya nilai guna sebuah perairan yang diakibatkan oleh masuknya bahan ke perairan dalam tingkat
yang tak mampu dinetralisasi oleh alam. Bahan pencemar yang masuk ke dalam suatu perairan biasanya berupa limbah suatu aktivitas. Menurut Wardhana 1995,
indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui:
1. Adanya perubahan suhu air; 2. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen;
3. Adanya perubahan warna, bau, dan rasa air; 4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan pelarut;
5. Adanya mikroorganisme; 6. Meningkatnya radoiaktivitas air lingkungan.
Limbah organik dan non organik seperti bahan berbahaya dan beracun, di darat telah mencemari sumber air permukaan hingga mengancam kesehatan
makhluk hidup termasuk manusia dan kelangsungan hidupnya. Dampak negatif yang sama juga terjadi di wilayah perairan yang memunculkan fenomena
eutrofikasi. Eutrofikasi merupakan salah satu dampak pencemaran limbah organik dari kegiatan manusia terhadap ekosistem sungai, waduk, pesisir, dan laut.
Definisi eutrofikasi adalah pengayaan perairan oleh unsur inorganik yang pada saatnya akan mengakibatkan berbagai konsekuensi berupa peningkatan kesuburan
perairan secara berlebihan dan membawa berbagai konsekuensi negatif seperti tumbuh secara berlebih tanaman air atau fitoplankton.
2.2 Limbah Peternakan
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik rumah tangga. Dimana masyarakat bermukim,
disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, air kakus black water, dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya grey water.