Tujuan Penelitian Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Pencemaran Limbah Ternak dan Evaluasi Proyek Biogas di Desa Suntenjaya, Lembang, Jawa Barat

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Air

Pencemaran air didefinisikan sebagai kondisi berkurangnya nilai guna sebuah perairan yang diakibatkan oleh masuknya bahan ke perairan dalam tingkat yang tak mampu dinetralisasi oleh alam. Bahan pencemar yang masuk ke dalam suatu perairan biasanya berupa limbah suatu aktivitas. Menurut Wardhana 1995, indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui: 1. Adanya perubahan suhu air; 2. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen; 3. Adanya perubahan warna, bau, dan rasa air; 4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan pelarut; 5. Adanya mikroorganisme; 6. Meningkatnya radoiaktivitas air lingkungan. Limbah organik dan non organik seperti bahan berbahaya dan beracun, di darat telah mencemari sumber air permukaan hingga mengancam kesehatan makhluk hidup termasuk manusia dan kelangsungan hidupnya. Dampak negatif yang sama juga terjadi di wilayah perairan yang memunculkan fenomena eutrofikasi. Eutrofikasi merupakan salah satu dampak pencemaran limbah organik dari kegiatan manusia terhadap ekosistem sungai, waduk, pesisir, dan laut. Definisi eutrofikasi adalah pengayaan perairan oleh unsur inorganik yang pada saatnya akan mengakibatkan berbagai konsekuensi berupa peningkatan kesuburan perairan secara berlebihan dan membawa berbagai konsekuensi negatif seperti tumbuh secara berlebih tanaman air atau fitoplankton.

2.2 Limbah Peternakan

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik rumah tangga. Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, air kakus black water, dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya grey water. Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potongan hewan, dan pengolahan produk ternak. Semakin berkembangnya usaha ternak, maka semakin besar pula limbah yang dihasilkan. Menurut Tunney 1977 dalam Benwick 1980, di dalam kotoran sapi terdapat nitrogen N, Fosfor P, dan Kalium K yang memiliki persentase berbeda. Nitrogen N, fosfor P, dan kalium K merupakan unsur yang dibutuhkan oleh organisme. Namun, jika jumlah yang terdapat di perairan melebihi ambang batas, unsur tersebut dapat mengganggu keseimbangan unsur perairan. Sifat dan karakteristik limbah ternak dapat dikelompokkan berdasarkan bentuk dan sifat limbah. Berdasarkan bentuknya, limbah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : 1 Bentuk Padat Bentuk padat adalah semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat. Contoh : feses, sisa pakan, isi rumen atau perut dan ternak mati. 2 Bentuk Cair Bentuk cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau berada dalam fase cair. Contoh : urine dan air cucian ternak, alat serta kandang. 3 Bentuk Gas Bentuk gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau berada dalam fase gas. Contoh : NH 3 , H 2 S, CH 4 , dan yang berkaitan dengan bau. Limbah yang berada diantara bentuk limbah padat dan cair adalah suatu fase yang disebut lumpur. Sedangkan, berdasarkan sifat-nya, limbah ternak dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : 1 Sifat fisik Sifat fisik adalah jumlah limbah dari kandungan padatannya tersuspensi dan terlarut, selain itu temperatur, warna, bau, berat jenis, dan ukuran partikel. 2 Sifat kimia