Sifat kimia adalah sifat yang banyak berkaitan dengan kandungan nutrisi atau hara seperti N, P, K, C, Ca, dll, juga kandungan biokimianya seperti
oksigen terlarut DO, kebutuhan oksigen biokimia BOD, kebutuhan oksigen kimia COD, dan PH.
3 Sifat biologis Sifat biologis adalah sifat yang berkaitan erat dengan kandungan
mikroorganisme dalam limbah seperti E.colli, Bacillus sp, dll. Jumlah limbah ternak yang dihasilkan, sifat fisik maupun kimianya
bergantung pada umur, spesies ternak, ukuran ternak, dan sistem
pemeliharaannya.
2.3 Biogas
Biogas dihasilkan dari limbah peternakan dan pertanian yang relatif mudah diperoleh di lingkungan masyarakat perdesaan. Dengan menggunakan
biogas permasalahan kekurangan bahan bakar dapat diatasi, penggunaan kayu sebagai bahan bakar dapat dikurangi, serta masyarakat tidak lagi bergantung
sepenuhnya pada bahan bakar fosil yang kini mulai terasa langka. Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik
oleh bakteri-bakteri anaerob bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara. Pada umunya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan
biogas, namun demikian hanya bahan organik padat, cair homogen seperti kotoran dan urine hewan ternak yang cocok untuk sistem biogas sederhana BPTP
2012. Adapun tahapan pembentukan biogas adalah: a Buat campuran kotoran
ternak dan air dengan perbandingan 1:2 bahan biogas; b masukan bahan biogas ke dalam reaktor melalui tempat pengisian, selanjutnya akan berlangsung proses
produksi biogas di dalam reaktor; c Setelah kurang lebih sepuluh hari reaktor dan penampungan biogas akan terlihat mengembung dan mengeras karena adanya
biogas yang dihasilkan; d Biogas sudah dapat digunakan sebagai energi untuk memasak dan penerangan; e Sekali-sekali reaktor digoyangkan supaya terjadi
penguraian yang sempurna dan gas yang terbentuk di bagian bawah naik ke atas, lakukan juga pada pengisian reaktor; f Pengisian bahan biogas dapat dilakukan
setiap hari setiap pagi dan sore hari. Sisa pengolahan bahan biogas berupa sludge lumpur secara otomatis akan keluar dari reaktor setiap kali dilakukan pengisian
bahan biogas. Sisa hasil pengolahan bahan biogas tersebut dapat digunakan langsung sebagai pupuk organik, baik dalam keadaan basah maupun kering.
2.3.1 Perkembangan Biogas di Jawa Barat
Digester berasal dari kata “digest” yang berarti mencabik, jadi mesin
digester ialah suatu mesin yang digunakan untuk mencabik sambil mengaduk. Di Provinsi Jawa Barat, yang sangat potensial untuk pengembangan digester yang
menghasilkan energi biogas, yaitu Bandung, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Cianjur, Sukabumi, Bogor, Cianjur, Sumedang, dan Kuningan.
Proyek pengembangan biogas telah dilakukan beberapa tahun yang lalu di Bandung, namun perkembangannya sampai saat ini kurang signifikan, karena
masyarakat lebih memilih energi fosil sebagai energi, kendala yang dihadapi adalah kurangnya perawatan dan harga BBM yang cukup murah, sehingga apabila
digunakan untuk keperluan memasak saja hal ini dirasakan kurang manfaatnya, di samping itu untuk pembuatan digester diperlakukan investasi awal yang cukup
mahal, sehingga peternak enggan mengembangkannya Nurhasanah et al 2006. Pada akhir tahun 2006, pemerintah melakukan kebijakan pengurangan
subsidi BBM yang membuat harga bahan fosil meningkat tajam barulah masyarakat melirik penggunaan bahan biogas. Hal ini terlihat dari permintaan
masyarakat terhadap reaktor biogas tahun 2005 yang cukup besar, yaitu sekitar
200 buah.
Kotoran ternak menjadi sangat berharga, oleh karena itu para petani akan rajin merawat ternaknya sehingga kondisi kandang menjadi bersih dan kesehatan
ternak menjadi lebih baik, pada akhirnya membawa keuntungan dengan penjualan ternak yang lebih cepat dan berharga lebih tinggi. Keluarga petani yang biasanya
menggunakan pupuk kimia untuk menanam, kini bisa menghemat biaya produksi pertaniannya karena sudah tersedia pupuk organik dalam jumlah yang memadai
dan kualitas pupuk yang lebih baik.
2.4 Penilaian terhadap Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Penilaian kerusakan adalah proses yang sistematis dalam menentukan dan menilai sejauh mana kerugian dan penderitaan yang diterima masyarakat sebagai
akibat kerusakan ekosistem yang disebabkan oleh manusia. Penilaian kerusakan SDAL merupakan proses untuk mengidentifikasi dan mengukur injury
sumberdaya alam, menentukan kerusakan akibat injury serta mengembangkan dan melaksanakan restorasi sesuai tindakan Precht et al 1997 dalam Dewi 2012.
Penilaian kerusakan SDAL ini digunakan untuk menentukan apakah sumberdaya alam telah terluka injured dan menghitung kompensasi kerugian
moneter yang akan digunakan untuk mengembalikan kondisi sumberdaya alam tersebut. Sebagai tambahan terhadap biaya restorasi, kerusakan dapat meliputi
biaya untuk melakukan penilaian kerusakan dan kompensasi untuk kerugian sementara dari hilangnya jasa sumberdaya alam dan lingkungan yang terjadi
sebelum pemulihan sumberdaya selesai Martin Marietta Energy System, Inc 1993 dalam Dewi 2012.
Valuasi ekonomi dengan metode biaya pengganti berdasarkan biaya ganti rugi aset produktif yang rusak, karena penurunan kualitas lingkungan atau
kesalahan pengelolaan sehingga masyarakat harus menerima kerugian atau masyarakat harus membayar sejumlah tertentu untuk mendapatkan kembali
barang atau jasa yang telah hilang. Misalnya, adanya limbah ternak berdampak pada penurunan kualitas air, sehingga dibutuhkan teknologi untuk membersihkan
sungai, maka penilaian terhadap kerugian tersebut merupakan jumlah biaya pengganti yang harus dikeluarkan jika kebijakan pengelolaan sungai
dilaksanakan. 2.5 Studi Kelayakan Proyek
Proyek pertanian adalah suatu kegiatan usaha yang menggunakan sumberdaya untuk memperoleh keuntungan dan manfaat Gittinger 1986. Studi
kelayakan proyek meneliti tentang dapat diteruskan atau tidaknya suatu proyek yang berjalan. Dalam kegiatan investasi keputusan untuk menanam modal adalah
suatu tindakan yang mengandung konsekuensi. Oleh karena itu, untuk melihat