statistic memperlihatkan bahwa persepsi air sungai yang menjadi bersih, output dari biogas yang tidak menimbulkan asap, dan adanya biogas penting bagi
lingkungan memiliki nilai persepsi yang lebih tinggi, tidak ada masyarakat yang mengatakan tidak setuju pada pernyataan persepsi tersebut, sedangkan untuk
persepsi dengan adanya pengembangan biogas membuat air sungai menjadi tidak bau serta pemanfaatan air sungai menjadi meningkat, ada masyarakat yang
menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Adanya masyarakat yang tidak setuju bahwa dengan adanya proyek pengembangan biogas membuat air
sungai menjadi bersih serta pemanfaatan air menjadi meningkat dikarenakan masih adanya masyarakat di Desa Suntenjaya yang masih membuang kotoran
ternaknya ke sungai. Apabila seluruh masyarakat Desa Suntenjaya menggunakan biogas, maka akan dirasakan secara bersama bahwa proyek pengembangan biogas
ini memiliki dampak yang lebih baik pada lingkungan. Dilihat dari hasil descriptive statistic, rata-rata para responden setuju bahwa dengan adanya proyek
pengembangan biogas memberikan dampak positif terhadap lingkungan Lampiran 9.
VII. SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1 Pembuangan limbah kotoran dari ternak sapi ke sungai akan memberikan
dampak negatif bagi lingkungan, estimasi kerugian akibat pencemaran sungai dengan pendekatan replacement cost adalah sebesar Rp 1 064 200
per tahun tiap peternak. 2
Integrasi usaha peternakan sapi perah dengan pengembangan biogas akan memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan hanya usaha
peternakan sapi perah saja. Usaha pengembangan biogas layak dilanjutkan bagi peternak yang telah mengembangkan biogas dan layak diterapkan bagi
peternak yang belum mengembangkan biogas. Begitu pula pada analisis sensitivitas, peningkatan harga konsentrat sebesar 10 masih layak untuk
dilanjutkan karena syarat terpenuhi. Adapun faktor yang mempengaruhi roduksi biogas dari usaha pengembangan biogas adalah jumlah kotoran
ternak sapi, jumlah air yang digunakan dan jumlah tenaga kerja. 3
Dampak ekonomi dari integrasi usaha peternakan sapi perah dengan usaha pengembangan biogas lebih dominan pada penghematan penggunaan bahan
bakar yaitu sebesar Rp 1 406 160 per tahun tiap peternak, sementara pada persentase penyerapan tenaga kerja dari adanya integrasi usaha ternak sapi
perah dengan pengembangan biogas di Desa Suntenjaya sebesar 1.96. Dampak lingkungan yang didapat dari usaha pengembangan biogas dilihat
dari persepsi masyarakat. Setelah adanya usaha pengembangan biogas ini air sungai menjadi lebih bersih dan tidak bau, penggunaan biogas tidak
menimbulkan asap, serta jumlah air yang dimanfaatkan menjadi meningkat.
7. 2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, adapun saran-saran yang diberikan peneliti sebagai rekomendasi dalam pembuatan kebijakan dan program
oleh pihak-pihak terkait dan pemerintah, yaitu: 1
Peternak yang belum menggunakan biogas sebaiknya mengintegrasikan usaha sapi perah dengan pengembangan biogas dengan tambahan biaya
investasi sebesar Rp 6 272 000. 2
Pemerintah sebaiknya memberikan insentif kepada peternak berupa subsidi reaktor biogas secara langsung kepada para peternak.
3 Peternak sebaiknya meningkatkan jumlah ternaknya sehingga pendapatan
yang diperoleh meningkat, sehingga biogas yang dihasilkan juga akan meningkat, peningkatan ini agar penggunaan reaktor dapat optimal. Selain
jumlah peternak yang sebaiknya ditambah, adanya pelatihan biogas juga masih tetap diperlukan, karena hal ini akan membantu para peternak yang
tingkat pendidikannya kurang akan mendapat pendampingan serta pengetahuan yang bertambah. Saran untuk penelitian selanjutnya ialah
menganalisis kelayakan sapi perah serta usaha pengembangan biogas dengan analisis kelayakan ekonomi menggunakan harga bayangan. Selain
itu, dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dari usaha pengembangan biogas sebaiknya ditambah dengan variabel lain.
DAFTAR PUSTAKA
[BPLH] Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bandung. 2006. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Bandung Tahun 2006. Bandung
ID: BPLH. [BPPT] Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 2012. Menuju Desa Mandiri
Energi dengan Biogas. Jakarta ID: BPPT. [BPTP] Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2012. Pemanfaatan Kotoran Sapi
sebagai Bahan Biogas. Bandung ID: BPTP. Dewi RA. 2011. Estimasi nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat
kerusakan situ rawa badung kasus: Kelurahan Jatinegara, Jakarta Timur. [Skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor.
Diella B. 2012. Cita-Citarum Untuk Citarum Yang Lebih Baik. Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, Bandung.
Fauzi A. 2010. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi. Jakarta ID: Gramedia Pustaka Utama.
Firdaus M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta ID: Bumi Aksara.
Gittinger. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta ID: UI- Press.
Gujarati. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta ID: Erlangga. Hutapea M. 2011. Tantangan pengembangan biogas di Indonesia. [Internet].
[Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Jakarta ID: ESDM. [diunduh
2013 Januari
2]. Tersedia
pada: http:www.esdm.go.idberita323-energi-baru-dan-terbarukan4177-
tantangan-pengembangan-biogas-di-indonesia-.pdf. [ESDM] Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral. 2011. Handbook of
Energy and Economic Statistics of Indonesia. Jakarta ID: ESDM. [ESDM] Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral. 2007. Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi. Jakarta ID: ESDM. [KLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Panduan Valuasi Ekonomi
Ekosistem Hutan. Jakrta ID: KLH. Maulanasari R. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan penggunaan biogas di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang. [Skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian
Bogor. Meliani, Cenita. 2007. Analisis kinerja dan penyerapan tenaga kerja industri kecil
mochi di Kota Sukabumi. [Skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor.