Model Fungsi Keuntungan, Penawaran Output, dan Permintaan Input

selanjutnya, ternyata impor jagung justru semakin meningkat dimana menurut data GPMT impor jagung pada tahun 2010 mencapai 1.5 juta ton, dan pada akhir tahun 2011 diperkirakan dapat mencapai 2,5 juta ton. Meningkatnya impor jagung, akan semakin terkuras untuk pembiayaan impor dan menurunkan keuntungan usahatani jagung domestik. Oleh karena itu, diperlukan upaya kesinambungan untuk meningkatkan produksi jagung dalam negeri. Menurut Swastika 2006, bahwa dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap impor jagung, maka solusi pemecahannya antara lain: 1 melakukan promosi secara intensif atas penggunaan benih jagung hibrida, sehingga produktivitas jagung nasional akan meningkat, 2 pengembangan kerjasama yang saling menguntungkan diantara perusahaan benih dengan petani jagung dan pabrik pakan serta makanan ternak, 3 penyediaan paket kredit bersubsidi untuk petani dengan prosedur pinjaman yang sederhana, dan 4 konsolidasi petani melalui penguatan kelompok tani dalam rangka memperbaiki posisi tawar petani. 2.2. Model Fungsi Keuntungan, Penawaran Output, Permintaan Input, dan Daya Saing Komoditas Pertanian

2.2.1. Model Fungsi Keuntungan, Penawaran Output, dan Permintaan Input

Secara umum, keuntungan didefinisikan sebagai selisih antara penerimaan current revenue dikurangi biaya total cost. Debertin 1986 mendefinisikan keuntungan adalah nilai total produk TVP dikurangi total biaya TC. Model fungsi keuntungan jangka pendek di kembangkan awal oleh Lau and Yotopaulus 1972. Keuntungan maksimum tercapai pada saat nilai produk marginal sama dengan harga input marginal factor cost. Model fungsi keuntungan dinormalkan oleh harga output menjadi fungsi keuntungan UOP Unit Output Price. Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi sehubungan dengan fungsi keuntungan tersebut adalah: 1 petani dianggap sebagai unit analisis dan setiap petani individu mempunyai motif untuk memaksimumkan keuntungan, 2 petani dianggap sebagai price taker dalam pasar output dan input variabel, dan 3 fungsi produksi adalah concave dalam input variabel bahwa setiap petani menggunakan input yang sama, artinya produktivitas input pada setiap petani adalah sama Lau and Yotopaulus, 1972. Adapun pertimbangan teoritis yang berkaitan dengan fungsi keuntungan UOP, menurut Puerta 2009 adalah: 1 menurun dan convex terhadap harga-harga input tidak tetap yang dinormalkan dengan harga output, 2 menaik terhadap jumlah input tetap, dan 3 menaik terhadap harga nominal output. Menurut Lau and Yotopaulus 1972 bahwa antara fungsi produksi dan keuntungan adalah satu set yang saling berhubungan karena keduanya merupakan dual transformasi. Berdasarkan pendekatan tersebut maka dapat diturunkan fungsi permintaan input dan penawaran output. Dalam penelitian empiris, terdapat 2 model ekonometrika yang sering digunakan yaitu: fungsi keuntungan Translog dan Cobb-Douglas. Dalam penelitian ini akan digunakan fungsi keuntungan translog. Pada kenyataannya seseorang petani atau produsen menentukan keputusannya berdasarkan harga- harga yang terjadi. Dengan kata lain bahwa dengan anggaran atau pendapatan yang terbatas maka untuk pengambilan keputusan berproduksinya maka yang menjadi faktor penentunya adalah harga input dan harga output. Fungsi keuntungan Translog telah digunakan oleh beberapa peneliti seperti: Sidhu and Baanante 1981; Simatupang 1988, Nwachuku and Onyenweake 2005, dan Adeleke, et.al., 2008. Chand and Kaul 1986 memberikan catatan atas penggunaan fungsi keuntungan Cobb Douglas. Pada penggunaan fungsi keuntungan Cobb Douglas antara lain memiliki karakteristik: 1 bahwa dugaan elastisitas harga atas permintaan input yang berhubungan dengan harga sendiri yang selalu elastis, dan 2 dugaan elastisitas permintaan harga silang akan selalu negatif, yang berarti bahwa hubungan antar input akan selalu bersifat komplementer. Sidhu and Baanante 1981 menemukan elastisitas permintaan input yang berhubungan dengan harga output adalah negatif, sehingga seluruh faktor input bersifat komplementer. Sementara itu, fungsi penawaran output dan permintaan input pada penelitian ini diturunkan langsung dari fungsi keuntungan. Dengan menggunakan prinsip Hotteling Lemma, turunan parsial keuntungan maksimal terhadap perubahan harga output merupakan fungsi penawaran output dan turunan parsial keuntungan maksimal terhadap perubahan harga input merupakan fungsi permintaan input. Menurut Debertin 1986, bahwa permintaan input pada suatu proses produksi pertanian tergantung atas beberapa faktor seperti: 1 harga output yang diproduksi, 2 harga input produksi yang bersangkutan, 3 harga input subtitusi dan komplementernya, dan 4 parameter fungsi produksi itu sendiri, khususnya elastisitas produksi dari masing-masing input. Menurut Lau dan Yotopoulus 1972 bahwa terdapat beberapa keunggulan menggunakan pendekatan dual fungsi keuntungan, yaitu: 1 fungsi penawaran output dan permintaan input dapat diturunkan secara langsung dengan mudah, 2 penurunan fungsi penawaran output dan permintaan input dari fungsi keuntungan memberikan hasil yang sama jika fungsi tersebut diturunkan dari fungsi produksi, dan 3 analisis dengan menggunakan fungsi keuntungan dapat menghindari masalah bias pada persamaan simulatan. Hal ini disebabkan karena pada fungsi keuntungan semua peubah eksogen terletak disebelah kanan dan peubah endogen terletak disebelah kiri persamaan.

2.2.2. Daya Saing Komoditas Pertanian