Pengaruh Perubahan Pengeluaran Riset dan Pengembangan Jagung serta Infrastruktur Jalan

150 kerja mengalami penurunan yang juga relatif kecil yaitu masing-masing sebesar 3.166, 5.559, 7.155 dan 1.567 persen. Sementara itu, jika terdapat peningkatan harga benih sebesar 15 persen mengakibatkan penurunan penawaran jagung sebesar 4.329 persen. Selain itu, peningkatan harga benih di Jawa Barat juga menyebabkan menurunnya permintaan terhadap benih sebesar 4.773 persen. Peningkatan harga benih juga menyebabkan penurunan permintaan pupuk urea, pupuk TSP dan tenaga kerja yaitu masing-masing sebesar 5.147, 2.256 dan 1.651 persen. Selanjutnya jika terdapat kombinasi kebijakan berupa peningkatan: harga jagung sebesar 10 persen, harga pupuk sebesar 10 persen dan harga benih sebesar 15 persen menyebabkan meningkatnya penawaran jagung di Jawa Barat sebesar 8.327 persen. Akibat kebijakan tersebut menyebabkan meningkatnya permintaan input benih, pupuk urea, pupuk TSP dan tenaga kerja masing-masing sebesar 6.397, 6.153, 6.396 dan 12.114 persen. Sementara, jika kombinasi harga jagung menurun 10 persen, sedangkan harga input benih meningkat 15 persen dan pupuk meningkat 10 persen, menyebabkan penurunan penawaran jagung sebesar 26.947 persen. Kombinasi penurunan harga jagung dan peningkatan harga input juga menyebabkan penurunan permintaan input benih, pupuk urea, TSP dan tenaga kerja yang relatif berimbang yaitu masing-masing sebesar 23.845, 27.565, 25.218 dan 18.550 persen.

8.1.3. Pengaruh Perubahan Pengeluaran Riset dan Pengembangan Jagung serta Infrastruktur Jalan

Di Provinsi Jawa Timur, jika terdapat kebijakan peningkatan pengeluaran riset dan pengembangan jagung sebesar 10 persen menyebabkan penawaran 151 jagung meningkat 9.880 persen. Peningkatan pengeluaran riset tersebut juga mempengaruhi terhadap perubahan permintaan input benih, pupuk urea, pupuk TSP dan tenaga kerja yang relatif proporsional dengan peningkatan outputnya yaitu antara 7.421-9.160 persen. Sementara, peningkatan infrastruktur jalan menyebabkan perubahan penawaran output sebesar 13.025 persen dan juga mempengaruhi perubahan permintaan input benih, pupuk urea, pupuk TSP dan tenaga kerja yaitu antara 11.686 – 15.532 persen. Kombinasi kebijakan peningkatan harga jagung 10 persen, peningkatan harga input pupuk 10 persen dan benih 15 persen, peningkatan pengeluaran riset jagung 10 persen menyebabkan meningkatnya penawaran jagung sebesar 29.531 persen. Kombinasi kebijakan tersebut juga menyebabkan meningkatnya permintaan input benih, pupuk urea, pupuk TSP dan tenaga kerja masing-masing meningkat secara proporsional dengan peningkatan outputnya yaitu antara 27.475 – 30.993 persen. Selanjutnya kombinasi kebijakan penurunan harga jagung 10 persen, peningkatan harga input pupuk sebesar 10 persen dan benih sebesar 15 persen, peningkatan pengeluaran riset jagung dan infrastruktur jalan masing-masing sebesar 10 persen menyebabkan penawaran jagung menurun sebesar 3.759 persen. Kombinasi kebijakan tersebut juga menyebabkan menurunnya permintaan input benih, pupuk urea, pupuk TSP dan tenaga kerja antara 0.890 – 3.823 persen. Sementara itu, di Provinsi Jawa Barat, jika terdapat kebijakan peningkatan pengeluaran riset jagung sebesar 10 persen menyebabkan penawaran jagung meningkat 9.884 persen. Peningkatan pengeluaran riset tersebut juga mempengaruhi terhadap perubahan permintaan input benih, pupuk urea, pupuk 152 TSP dan tenaga kerja yang relatif proporsional dengan peningkatan outputnya yaitu antara 6.687 – 9.151 persen. Sementara, peningkatan infrastruktur jalan menyebabkan perubahan penawaran output sebesar 13.022 persen dan juga mempengaruhi perubahan permintaan input benih, pupuk urea, pupuk TSP dan tenaga kerja yaitu antara 11.401 – 15.731 persen. Kombinasi kebijakan peningkatan harga jagung, peningkatan harga input pupuk 10 persen dan benih 15 persen, peningkatan pengeluaran riset jagung 10 persen menyebabkan meningkatnya penawaran jagung sebesar 31.233 persen. Peningkatan tersebut juga menyebabkan meningkatnya permintaan input meningkatnya permintaan input benih, pupuk urea, pupuk TSP dan tenaga kerja masing-masing meningkat secara proporsional dengan peningkatan outputnya yaitu antara 30.130 – 31.035 persen. Selanjutnya kombinasi kebijakan penurunan harga jagung 10 persen, peningkatan harga input pupuk sebesar 10 persen dan benih sebesar 15 persen, peningkatan pengeluaran riset jagung dan infrastruktur jalan masing-masing sebesar 10 persen di Jawa Barat menyebabkan penawaran jagung menurun sebesar 4.041 persen. Kombinasi kebijakan tersebut juga menyebabkan menurunnya permintaan input benih, pupuk urea, pupuk TSP dan tenaga kerja antara 0.112 – 2.724 persen.

8.2. Analisis Sensitivitas Usahatani Jagung