Pengaruh Perubahan Harga Input dan Harga Output

148 jagung yang menyebabkan menurunnya motivasidorongan untuk meningkatkan usahatani jagung.

8.1.2. Pengaruh Perubahan Harga Input dan Harga Output

Umumnya kenaikan harga tanaman terutama padi dan jagung, diawali dengan kenaikan harga pupuk Pengurangan subsidi. Jenis pupuk yang disubsidi tahun 2009 adalah : urea, SP 36, ZA, NPK Ponska, NPK Pelangi, NPK Kujang, dan Pupuk Organik Nuryartono, 2009. Menurunnya subsidi pupuk terhadap suatu jenis pupuk tertentu yang menyebabkan HET Harga Eceran Tertinggi pupuk meningkat misalnya untuk pupuk urea dan SP 36. Pada tahun 2005, HET urea dan SP 36 masing-masing sebesar Rp 1 050 per kilogram dan Rp 1 400 per kilogram. Kemudian pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi Rp 1 200 per kilogram dan Rp 1 550 per kilogram. Pada daerah-daerah yang jaraknya jauh, dan biaya transportasi mahal, maka harga eceran selalu diatas HET. Hasil analisis pada Provinsi Jawa Timur menunjukkan bahwa jika terdapat kebijakan peningkatan harga pupuk 10 persen pengaruhnya sekitar 5.027 persen terhadap penawaran jagung atau lebih kecil jika dibandingkan dengan penurunan output akibat penurunan harga jagung. Hasil ini mengindikasikan bahwa petani tidak responsif terhadap perubahan harga pupuk urea dan TSP. Hal ini disebabkan karena petani selalu berupaya membeli pupuk sesuai kemampuan modal yang dimilikinya. Akibat kebijakan ini, permintaan benih, pupuk urea, pupuk TSP dan tenaga kerja mengalami penurunan masing-masing sebesar -3.200, -7.064, -6.840 dan -1.857 persen. Sementara itu, jika terdapat peningkatan harga benih sebesar 15 persen mengakibatkan penurunan penawaran jagung sebesar 4.992 persen. Di samping 149 itu peningkatan harga benih menyebabkan menurunnya permintaan terhadap benih sebesar 8.941 persen. Peningkatan harga benih juga menyebabkan penurunan permintaan pupuk urea, pupuk TSP dan tenaga kerja masing-masing sebesar 4.338, 3.957 dan 1.830 persen. Selanjutnya jika terdapat kombinasi kebijakan berupa peningkatan: harga jagung sebesar 10 persen, harga pupuk sebesar 10 persen dan harga benih sebesar 15 persen menyebabkan meningkatnya penawaran jagung sebesar 6.626 persen. Peningkatan harga output dan input tersebut juga menyebabkan meningkatnya permintaan input benih, pupuk urea, pupuk TSP dan tenaga kerja masing-masing sebesar 3.393, 4.867, 5.879 dan 10.843 persen. Sementara, jika terdapat kombinasi kebijakan berupa: penurunan harga jagung sebesar 10 persen, sedangkan harga input benih meningkat 15 persen dan harga pupuk meningkat 10 persen, menyebabkan penurunan penawaran jagung sebesar 26.664 persen. Kombinasi kebijakan ini juga menyebabkan penurunan permintaan input benih, pupuk urea, pupuk TSP dan tenaga kerja yang relatif proporsional dengan penurunan outputnya yaitu masing-masing sebesar 27.675, 27.671, 27.473 dan 18.217 persen. Hasil analisis di Provinsi Jawa Barat menunjukkan bahwa jika terdapat kebijakan peningkatan harga pupuk 10 persen juga pengaruhnya sekitar 4.981 persen terhadap penawaran jagung atau lebih kecil jika dibandingkan dengan penurunan output akibat penurunan harga jagung. Hal ini disebabkan petani di Jawa Barat juga tidak responsif terhadap perubahan harga pupuk urea dan TSP, dan petani selalu berupaya membeli pupuk sesuai kemampuan modal yang dimilikinya. Akibat kebijakan ini, permintaaan benih, pupuk TSP, urea dan tenaga 150 kerja mengalami penurunan yang juga relatif kecil yaitu masing-masing sebesar 3.166, 5.559, 7.155 dan 1.567 persen. Sementara itu, jika terdapat peningkatan harga benih sebesar 15 persen mengakibatkan penurunan penawaran jagung sebesar 4.329 persen. Selain itu, peningkatan harga benih di Jawa Barat juga menyebabkan menurunnya permintaan terhadap benih sebesar 4.773 persen. Peningkatan harga benih juga menyebabkan penurunan permintaan pupuk urea, pupuk TSP dan tenaga kerja yaitu masing-masing sebesar 5.147, 2.256 dan 1.651 persen. Selanjutnya jika terdapat kombinasi kebijakan berupa peningkatan: harga jagung sebesar 10 persen, harga pupuk sebesar 10 persen dan harga benih sebesar 15 persen menyebabkan meningkatnya penawaran jagung di Jawa Barat sebesar 8.327 persen. Akibat kebijakan tersebut menyebabkan meningkatnya permintaan input benih, pupuk urea, pupuk TSP dan tenaga kerja masing-masing sebesar 6.397, 6.153, 6.396 dan 12.114 persen. Sementara, jika kombinasi harga jagung menurun 10 persen, sedangkan harga input benih meningkat 15 persen dan pupuk meningkat 10 persen, menyebabkan penurunan penawaran jagung sebesar 26.947 persen. Kombinasi penurunan harga jagung dan peningkatan harga input juga menyebabkan penurunan permintaan input benih, pupuk urea, TSP dan tenaga kerja yang relatif berimbang yaitu masing-masing sebesar 23.845, 27.565, 25.218 dan 18.550 persen.

8.1.3. Pengaruh Perubahan Pengeluaran Riset dan Pengembangan Jagung serta Infrastruktur Jalan