IX. KESIMPULAN DAN SARAN
9.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa:
1. Penawaran output jagung baik di Jawa Timur maupun di Jawa Barat bersifat
elastis terhadap perubahan harga sendiri, sedangkan terhadap perubahan harga input seperti benih, pupuk urea, pupuk TSP dan tenaga kerja adalah
inelastis. Sementara permintaan input benih, pupuk urea, pupuk TSP dan tenaga kerja bersifat inelastis terhadap perubahan harga sendiri baik di Jawa
Timur maupun Jawa Barat. Semua permintaan input benih, pupuk urea, pupuk TSP dan tenaga kerja elastis terhadap perubahan harga output di
kedua provinsi tersebut. 2.
Pengeluaran riset dan pengembangan jagung berpengaruh positif dan inelastis terhadap penawaran jagung baik di Jawa Timur maupun di Jawa
Barat. Infrstruktur jalan juga berpengaruh positif dan elastis terhadap penawaran jagung di kedua provinsi.
3. Dengan menggunakan indikator pengeluaran riset dan pengembangan
jagung baik di Jawa Timur maupun Jawa Barat, bias perubahan teknologi terhadap usahatani jagung bersifat netral. Hal ini berarti bahwa dampak
peningkatan penerapan teknologi pada usahatani jagung seperti peningkatan input benih, pupuk dan tenaga kerja menunjukkan peningkatan dengan
proporsi yang sama. Dengan demikian peningkatan penerapan teknologi belum mampu merubah struktur pendapatan usahatani jagung secara nyata
dibandingkan dengan sumber pendapatan petani di luar usahatani.
166
4. Berdasarkan nilai DRCR Domestic Resources Cost Ratio yang diperoleh,
usahatani jagung di Jawa Timur dan Jawa Barat memiliki keunggulan komparatif. Hal ini berarti bahwa untuk memproduksi jagung di kedua
provinsi membutuhkan biaya sumberdaya domestik yang lebih kecil dari biaya impor. Hasil analisis nilai PCR Private Cost Ratio juga menunjukan
bahwa usahatani jagung memiliki keunggulan kompetitif. Berdasarkan nilai DRCR dan PCR tersebut menunjukkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan
komoditas jagung dapat diproduksi sendiri di kedua provinsi. 5.
Kebijakan peningkatan harga jagung menyebabkan jumlah jagung yang ditawarkan meningkat signifikan di Jawa Timur dan Jawa Barat. Kenaikan
harga jagung juga menyebabkan meningkatnya permintaan input benih, pupuk urea, pupuk TSP dan tenaga kerja, meningkatnya keuntungan privat
usahatani dan sosial usahatani jagung, serta meningkatnya keunggulan komparatif dan kompetitif. Sebaliknya, kebijakan penurunan harga jagung
menyebabkan jumlah jagung yang ditawarkan menurun signifikan di kedua provinsi. Penurunan harga jagung juga menyebabkan menurunnya
permintaan input benih, pupuk urea, pupuk TSP dan tenaga kerja, menurunnya keuntungan privat usahatani dan sosial usahatani jagung, serta
menurunnya keunggulan komparatif dan kompetitif usahatani jagung. 6.
Kebijakan peningkatan harga pupuk dan harga benih masing-masing dapat mengakibatkan penurunan penawaran jagung di Jawa Timur dan Jawa Barat.
Peningkatan harga pupuk dan harga benih juga menyebabkan menurunnya permintaan input pupuk dan benih. Selain itu, penurunan harga input
tersebut menyebabkan menurunnya keuntungan privat dan sosial serta
167
keunggulan komparatif dan kompetitif usahatani jagung di kedua provinsi tersebut.
7. Kebijakan peningkatan pengeluaran riset dan pengembangan jagung
menyebabkan penawaran jagung meningkat di Jawa Timur dan Jawa Barat. Kebijakan ini juga menyebabkan permintaan input benih, pupuk urea, pupuk
TSP dan tenaga kerja meningkat, keuntungan privat dan sosial serta keunggulan komparatif dan kompetitif usahatani jagung juga meningkat di
kedua provinsi. 8.
Kebijakan peningkatan infrastruktur jalan juga menyebabkan penawaran jagung meningkat di Jawa Timur dan Jawa Barat. Kebijakan ini juga
menyebabkan permintaan input benih, pupuk urea, pupuk TSP dan tenaga kerja meningkat, keuntungan privat dan sosial serta keunggulan komparatif
dan kompetitif usahatani jagung juga meningkat di kedua provinsi. 9.2. Saran Kebijakan
1. Dalam rangka peningkatan produksi jagung di lokasi penelitian Jawa Timur
dan Jawa Barat diperlukan dukungan kebijakan yang meliputi kebijakan peningkatan harga jagung, peningkatan pengeluaran riset dan pengembangan
jagung serta peningkatan infrastruktur jalan. Peningkatan harga jagung di tingkat petani dapat dilakukan melalui: 1 meningkatkan kualitas hasil
melalui penerapan teknologi penanganan panen dan pasca panen post harvest
, dan 2 mendorong pemerintah daerah provinsi dan kabupatenkota melalui kelembagaan pemasaran yang ada untuk membeli jagung petani
disaat produksi jagung meningkat selama musim panen.
168
2. Keberhasilan produksi yang diraih selain untuk pemenuhan kebutuhan
jagung dalam negeri substitusi impor juga berpeluang untuk ekspor. Untuk lebih mendorong peningkatan produksi jagung, masih diperlukan
kebijakan subsidi yang tepat bagi petani mengingat kondisi petani jagung terutama di Pulau Jawa merupakan petani kecil berlahan sempit dan
memiliki keterbatasan modal usahatani. Subsidi yang dimaksud adalah berupa subsidi harga atas output dan subsidi bunga modal berupa kredit
usahatani dengan bunga rendah dan prosedur yang lebih mudah bagi petani jagung.
3. Secara umum terdapat beberapa kebijakan yang perlu dipertimbangkan
dalam rangka peningkatan produksi jagung, yaitu: 1 peningkatan produktivitas melalui penerapan teknologi tepat guna, 2 perluasan areal
pertanaman jagung melalui peningkatan areal pertanaman sesuai pewilayahan komoditas dan peningkatan indeks pertanaman, 3 menekan
kehilangan hasil pada saat aktivitas panen dan pasca panen melalui penerapan teknologi panen dan pasca panen, 4 meningkatkan stabilitas
hasil panen dengan mengurangi penurunan hasil akibat cekaman lingkungan baik biotik maupun abiotik, dan 5 menekan senjang hasil antara
produktivitas di tingkat petani dengan produktivitas hasil penelitian melalui percepatan proses alih teknologi spesifik lokasi dan dukungan permodalan
usahatani. 4.
Upaya meningkatkan produksi jagung nasional melalui peningkatan skala pengelolaan lahan usahatani dapat dilakukan dengan konsolidasi manajemen
usahatani dalam kelompok tani secara terpadu dan efisien. Upaya ini dapat
169
ditempuh melalui pembentukan korporasi yang berbadan hukum dalam rangka pemberdayaan kelompok tani. Pembinaan dilakukan dengan
mendorong kelompok tani yang ada dapat terwadahi dalam korporasi. Manajemen korporasi dapat diterapkan dalam gabungan kelompok tani pada
lahan usahatani yang lebih luas dan bersifat konsolidatif. Dengan demikian petani memiliki posisi tawar yang lebih kuat ketika melakukan suatu
kerjasama kemitraan usaha dan berhubungan dengan pihak lembaga permodalan seperti perbankan.
5. Dalam rangka meningkatkan daya saing jagung, terdapat beberapa strategi
agribisnis yang dapat dilakukan, yaitu: 1 meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi dengan biaya produksi yang lebih efisien, 2
meningkatkan produksi jagung dengan prinsip enam tepat, yaitu tepat mutu berkualitas, tepat jenis atau varietas varietas unggul hibrida, tepat jumlah
sesuai kebutuhan, tepat waktu waktunya merata sepanjang musim, tepat lokasi pengembangan jagung, dan tepat harga di tingkat petani yang dapat
menjadi insentif bagi pengembangan usahatani jagung, 3 mengembangkan pola kemitraan dengan swasta melalui konsolidasi manajemen usahatani
untuk meningkatkan posisi tawar petani, dan 4 prioritas usaha melalui pewilayahan komoditas untuk meningkatkan keunggulan komparatif dan
kompetitif usahatani jagung. 6.
Kebijakan-kebijakan operasional lainnya dalam rangka meningkatkan daya saing jagung, khususnya di Jawa Timur dan Jawa Barat, yaitu: 1
menghilangkan atau mengurangi distorsi pasar baik pada pasar input maupun pada pasar output, 2 mengefektifkan program-program penelitian
170
yang bersifat terapan untuk menghasilkan inovasi teknologi usahatani spesifik lokasi dan varietas unggul yang berdaya saing tinggi, 3
menyediakan sarana dan prasarana produksi, serta fasilitasi kredit permodalan usahatani jagung, dan 4 mendorong penciptaan nilai tambah
ditingkat petani agar tidak hanya menjual jagung sebagai bahan baku industri semata, namun dapat menjual jagung dalam bentuk olahan.
9.3. Saran Penelitian Lanjutan