Tabel 8. Penerimaan, Biaya dan Keuntungan Usahatani Jagung di Provinsi Jawa Timur, Tahun 1985-2009
RpHa Tahun
Penerimaan Total Biaya
Keuntungan 1985
245077 79632
165445 1986
276005 100352
175653 1987
343772 95500
248272 1988
338061 143024
195037 1989
405249 189621
215628 1990
379448 86439
293009 1991
538381 182344
356037 1992
825179 206809
618370 1993
533437 216225
317212 1994
663238 223591
439647 1995
804639 223729
580910 1996
1031533 275223
756310 1997
1738293 360450
1377843 1998
2214559 647769
1566790 1999
2590682 698800
1891882 2000
2537649 780150
1757499 2001
3367083 883665
2483418 2002
3923548 1024250
2899298 2003
4058796 1169500
2889296 2004
3864000 1392350
2471650 2005
4480522 1587450
2893072 2006
5312616 1769000
3543616 2007
6890940 2248400
4642540 2008
8995685 2570150
6425535 2009
8947400 4526000
4421400 rata-rata
2612232 867217
1745015 Perkembangan thn
1985-1998 15.83
13.21 16.92
1998-2000 6.60
9.34 5.48
1998-2009 12.72
16.55 10.77
1985-2009 12.54
13.54 12.04
Sumber: Struktur Ongkos Usahatani Jagung BPS, 1985-2009; Pusdatin- Kementan, 2005-2007; dan Dinas Pertanian Jawa Timur, 2001-
2009
5.5.2. Jawa Barat
Di Provinsi Jawa Barat, nilai penerimaan, biaya dan keuntungan usahatani jagung disajikan pada Tabel 9. Selama kurun waktu 1985-2009, penerimaan
usahatani meningkat sebesar 13.22 persen dan biaya usahataninya juga meningkat
sebesar 14.92 persen per tahun. Dengan demikian, keuntungan usahatani jagung juga meningkat sebesar 11.67 persen per tahun. Penerimaan usahatani jagung
meningkat dari Rp 278 328 per hektar pada tahun 1985 menjadi Rp 12 098 100 per hektar pada tahun 2009, sedangkan biaya usahatani jagung meningkat dari Rp
128 282 per hektar pada tahun 1985 menjadi Rp 7 493 420 per hektar pada tahun 2009. Sementara keuntungan usahatani jagung meningkat dari Rp 150 046 per
hektar pada tahun 1985 menjadi sebesar Rp 4 604 680 per hektar pada tahun 2009. Peningkatan keuntungan usahatani jagung di Jawa Barat juga lebih dominan
disebabkan oleh kenaikan harga jagung 9.95 persen per tahun, mengingat peningkatan produktivitas relatif lebih kecil 4.92 persen per tahun. Padahal
untuk dapat mencukupi kebutuhan terutama untuk bahan baku pakan dan industri pangan diperlukan peningkatan produktivitas yang lebih tinggi.
Sementara itu, hasil penelitian Julin, et.al., 2005 bahwa usahatani jagung dilahan sawah seperti di Lampung memberikan keuntungan sebesar 2.07 juta
rupiah per hektar, di Sumatera Utara keuntungan usahatani sebesar 3.25 juta rupiah per hektar dan di Jawa Timur mencapai 2.36 juta per hektar.
5.6.
Infrastruktur Pengembangan Komoditas Jagung : Pengeluaran Riset dan Pengembangan Jagung serta Infrastruktur Jalan
5.6.1 Pengeluaran Riset dan Pengembangan Jagung Pemerintah
Pengeluaran riset dan pengembangan jagung dalam penelitian ini merupakan pengeluaran untuk kegiatan riset atau penelitian dan pengembanga
jagung yang dilakukan oleh instansi pemerintah khususnya pada Balai Penelitian Serealia, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
Pengeluaran riset dan pengembangan untuk jagung pada tahun 1985 mencapai
818.95 juta rupiah, kemudian meningkat menjadi 2.59 milyar rupiah pada tahun 1998 dan selanjutnya meningkat menjadi 11.77 milyar rupiah pada tahun 2009.
Rata-rata peningkatan pengeluaran riset jagung periode 1985-2009 mencapai 12.07 persen per tahun Tabel 10 .
Tabel 9. Penerimaan, Biaya dan Keuntungan Usahatani Jagung di Provinsi Jawa Barat, Tahun 1985-2009
RpHa Tahun
Penerimaan Total Biaya
Keuntungan 1985
278328 128282
150046 1986
347164 151058
196106 1987
357010 99085
257925 1988
390883 201569
189314 1989
440202 211555
228647 1990
481480 248342
233138 1991
686318 284533
401785 1992
626990 258376
368614 1993
683361 239444
443917 1994
687991 223551
464440 1995
923312 288572
634740 1996
1348276 317527
1030749 1997
1640625 408600
1232025 1998
1757115 654027
1103088 1999
2405217 791127
1614090 2000
2932385 1054639
1877746 2001
3678532 1335845
2342687 2002
4890720 1638814
3251906 2003
5027925 2143316
2884609 2004
5817185 2359584
3457601 2005
6823620 2831425
3992195 2006
7476010 4028560
3447450 2007
8405100 5038122
3366978 2008
10282736 5875648
4407088 2009
12098100 7493420
4604680 rata-rata
3219463 1532201
1687263 Perkembangan thn
1985-1998 13.84
10.15 15.81
1998-2000 24.85
24.04 25.29
1998-2009 14.57
19.78 9.51
1985-2009 13.22
14.92 11.67
Sumber: Struktur Ongkos Usahatani Jagung BPS, 1985-2009; Pusdatin- Kementan, 2005-2007; dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Jawa Barat, 2001-2009
Tabel 10. Perkembangan Pengeluaran Riset dan Pengembangan Jagung di Indonesia, Tahun 1985-2009
Tahun Riset Jagung
Rp 000 Total Anggaran
Litbang Pertanian Rp 000
Pangsa Riset jagung Terhadap Anggaran
Litbang Pertanian 1985
818950 32082476
2.55 1986
714315 22659129
3.15 1987
497111 13448744
3.70 1988
499014 16387297
3.05 1989
537774 19995327
2.69 1990
755317 25731175
2.94 1991
1409695 45654382
3.09 1992
1587926 55156691
2.88 1993
1865465 66128807
2.82 1994
2100628 90304044
2.33 1995
2285036 104607000
2.18 1996
2240529 106466776
2.10 1997
2863096 131895388
2.17 1998
2590998 106007411
2.44 1999
2896234 138964818
2.08 2000
2992252 119790308
2.50 2001
4801592 119790308
4.01 2002
5729542 198203535
2.89 2003
6427136 243256070
2.64 2004
7654446 311021576
2.46 2005
8601731 377580338
2.28 2006
12396100 452863295
2.74 2007
15332224 580578017
2.64 2008
13772101 780347740
1.76 2009
11766465 737668646
1.60 Rata-rata
4525427 195863572
2.63 Perkembangan
thn 1985-1998
12.77 15.08
-2.82 1998-2000
7.10 5.67
1.15 1998-2009
14.71 18.35
-2.74 1985-2009
12.07 13.17
-1.29 Sumber: Badan Litbang Pertanian, 1985-2009
Adapun total anggaran penelitian dan pengembangan pertanian pada periode 1985-2009 mengalami peningkatan sebesar 13.17 persen per tahun, yaitu
dari 32.08 milyar pada tahun 1985 menjadi 737.67 milyar pada tahun 2009. Selanjutnya bila dilihat pangsa pengeluaran riset dan pengembangan jagung
terhadap total anggaran riset dan pengembangan pertanian selama periode waktu tersebut diatas mengalami penurunan sebesar 1.29 persen pertahun, yaitu
pangsanya dari 2.55 persen pada tahun 1985 kemudian menurun pangsanya menjadi 1.60 persen pada tahun 2009. Dengan demikian alokasi biaya riset dan
pengembangan jagung masih relatif rendah. Disisi lain bahwa target peningkatan produksi jagung nasional terus meningkat seiring dengan meningkatnya
kebutuhan jagung. Meskipun alokasi anggaran riset masih terbatas, akan tetapi riset jagung terus ditingkatkan dengan dukungan pihak swasta nasional dan
lembaga riset internasional. Meningkatnya pengeluaran riset dan pengembangan jagung diharapkan makin tinggi penciptaan teknologi untuk meningkatkan
produktivitas, yang selanjutnya dapat diintroduksikan terhadap para petani dan akan berdampak terhadap peningkatan produksi jagung nasional.
5.6.2. Infrastruktur Jalan