pada tahun 2009 yang mencapai 50,17 ton, maka perusahaan memiliki pangsa kurang lebih sebesar 10 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pasar ikan lele
domestik masih sangat terbuka lebar untuk diambil manfaatnya terutama untuk bisnis pembesaran.
Awalnya perusahaan ini berkonsentrasi pada dua lini usaha yaitu pembenihan dan pembesaran. Namun seiring perkembangan pasar dan kondisi
usaha, perusahaan memutuskan untuk fokus kepada usaha pembesaran karena dianggap lebih menguntungkan dibandingkan usaha pembenihan.
Usaha pembesaran lele tidak terlepas dari adanya pengaruh perekonomian nasional seperti kenaikan BBM Bahan Bakar Minyak dan TDL Tarif Dasar
Listrik yang berimbas secara tidak langsung dengan kenaikan harga bahan baku pakan, sehingga untuk menunjang peningkatan kualitas produk ikan lele menjadi
lebih sulit. Begitu pula dengan cuaca dan iklim yang anomali atau tidak menentu sehingga membuat ikan lele mudah mengalami stress bahkan rentan terkena
penyakit. Meskipun demikian, setiap hambatan maupun ancaman yang ada harus
ditinjau kembali dengan mengukur kekuatan dan peluang yang ada sehingga dapat dirumuskan langkah strategis yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki. Identifikasi faktor-faktor internal maupun eksternal yang meliputi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perlu dilakukan guna memetakan
formulasi strategi dalam mengembangkan usaha pembesaran ikan lele dengan konsep SWOT dan menentukan prioritas strategi dalam QSPM.
Beberapa permasalahan yang akan di analisis dalam penelitian ini adalah: 1.
Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan usaha ikan lele di
CV. Jumbo Bintang Lestari ? 2.
Bagaimana alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan oleh CV. Jumbo Bintang Lestari ?
3. Prioritas strategi seperti apa yang tepat bagi CV. Jumbo Bintang Lestari
dalam mengembangkan usahanya di masa yang akan datang?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan usaha ikan lele di CV. Jumbo Bintang Lestari .
2. Merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat untuk
diterapkan oleh CV. Jumbo Bintang Lestari . 3.
Merumuskan prioritas strategi dalam pengembangan usaha oleh CV. Jumbo Bintang Lestari .
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi CV. Jumbo Bintang Lestari, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi tambahan dan masukan dalam membuat keputusan
usaha ikan lele.
2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
dalam upaya mengembangkan usaha budidaya ikan lele di Indonesia.
3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk
mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat selama menuntut lmu di IPB.
4. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan
informasi, literatur, dan bahan bagi penelitian selanjutnya. 1.5.Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini yaitu meliputi gambaran umum perusahaan, analisis faktor-faktor internal dan eksternal dari CV.
Jumbo Bintang Lestari, serta perumusan dan penentuan prioritas strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh perusahaan
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usaha Ikan Lele
Bisnis budidaya ikan air tawar memang memiliki cakupan yang sangat luas. Salah satu Ikan budidaya air tawar yang cukup memiliki prospek bisnis yang
menjanjikan adalah ikan lele. Ikan lele merupakan jenis ikan yang sudah dikenal oleh masyarakat luas. Suryanto 1989 ikan lele merupakan salah satu jenis ikan
air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Budidaya ikan lele semakin meningkat dengan pesat di
Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
a. Dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar
tinggi,
b.
Harga jual ikan lele cukup tinggi dan stabil,
c.
Teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat,
d.
Pemasarannya relatif mudah dan
e.
Modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.
Perkembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele ke Indonesia pada tahun 1985
5
. Keunggulan lele antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap
penyakit. Selain itu, budidaya ikan lele relatif lebih mudah dan sederhana jika dibandingkan dengan budi daya gurami. Lele merupakan ikan yang memiliki
beberapa keistimewaan dan banyak diminati orang. Selain rasanya yang gurih juga dapat diubah menjadi berbagai macam jenis makanan olahan. Hal ini
mengakibatkan permintaan terhadap ikan lele terus mengalami peningkatan
6
. Bisnis budidaya lele sebenarnya dapat dilakukan dalam beberapa kegiatan antara
lain: a.
Pembenihan b.
Pembesaran dalam beberapa ukuran c.
Pembesaran hingga ukuran konsumsi d.
Pengolahan
5
Tribun Timur. 2007. Konsumsi Ikan Menjamin Sehat dan Cerdas. http:www.tribun-
timur.com . Diakses pada tanggal 12 November 2010
6
Departemen Kelautan dan Perikanan. Indonesia dan Negara Asia. www.dkp.go.id
. Update Data Perikanan. Diakses pada tanggal 12 November 2010
Peluang pasar lele tidak hanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan pasar konvensional seperti konsumen rumah tangga, restoran, atau rumah makan yang
membutuhkan pasokan lele ukuran konsumsi. Pada umumnya para petani lele membudidayakan lele pada berbagai tingkatan subsistem : pembenihan,
pendederan, konsumsi dan indukan. Setiap subsistem dalam budidayanya juga memiliki pasar yang membutuhkan pasokan lele dari berbagai jenis ukuran,
tergantung pada subsistem usaha budidaya lele yang dijalankan oleh masing- masing pelaku usaha.
Kondisi tersebut di atas menunjukkan bahwa pembudidayaan lele tidak harus dilakukan secara integrated terpadu mulai dari pembenihan, pendederan
dan pembesaran dalam satu unit usaha. Namun, bisa dipecah-pecah menjadi beberapa subsistem secara terpisah. Kenyataan inilah yang terjadi di lapangan,
saat ini sudah banyak masyarakat yang berbisnis dalam usaha budidaya lele, namun hanya sebagian kecil saja yang membudidayakannya secara integrated di
dalam satu unit usaha. Sebagian besar pembudidaya justru hanya membudidayakan lele dalam satu atau dua subsistem saja.
Dengan demikian, peluang usaha budidaya di setiap subsistem sangat terbuka lebar karena semua subsistem ini saling berkaitan satu sama lain.
Satu hal yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa peluang pasar lele tidak hanya ada di dalam negeri. Lele berukuran besar juga berpeluang untuk diekspor ke
beberapa negara, sebagaimana yang pernah diminta oleh negara Korea Selatan beberapa waktu lalu. Namun permintaan tersebut belum dapat terpenuhi akibat
produksi yang belum kontinu, sehingga peluang tersebut belum dapat termanfaatkan dengan baik.
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu