6.2.2 Produksi dan Operasi
Budidaya ikan lele yang berada di Kecamatan Gunung Sindur menggunakan jenis kolam seperti kolam tanah,. Luasan kolam pun bervariasi,.
Pemberian pakan berupa pelet diberikan dua kali sehari yaitu pagi sekitar jam 07.00 WIB dan sore sekitar jam 15.00 WIB. Proses pemanenan dilakukan sesuai
permintaan, yaitu pagi atau sore. Hal ini dikarenakan suhu pada waktu pagi dan sore hari masih tergolong rendah sehingga ikan lele tersebut terhindar dari stres.
Sarana dan prasarana yang tersedia di kolam-kolam budidaya ikan lele biasanya terdiri dari kolam-kolam budidaya, saung atau pondok, tempat penyimpanan
pakan dan peralatan lain seperti jaring untuk panen, timba untuk wadah pemanenan ikan lele, seser atau sejenis jala untuk penyortiran ikan lele serta
kelengkapan lainnya. Perusahaan memiliki sumber air tanah yang baik dan menunjang
keberhasilan ikan lele, begitu pula dengan ketersediaan benih yang berada di daerah itu sendiri. Ketersediaan tenaga kerja pun melimpah, walaupun keahlian
mereka diragukan tapi dengan alasan faktor sosial maka pemilik dan karyawan tersebut dapat berbagi ilmu dan pengalaman.
Perusahaan memproduksi ikan lele sesuai dengan permintaan pasar. Apabila pasar menghendaki ukuran 9-10 ekor kg, maka ikan lele yang mulai
benih ukuran 4-6 cm akan segera di panen sekitar umur 2 bulan. Hal ini dikarenakan pasar memiliki kendali permintaan yang beragam sesuai dengan
daerah yang meminta seperti dari daerah JABODETABEK maupun Lampung.
6.2.3 Pemasaran
Produk yang dihasilkan oleh perusahaan dan menjual produknya sesuai dengan kebutuhan pasar seperti ukuran yang dikehendaki oleh pasar yang
beraneka ragam sesuai dengan daerah penyalurannya masing-masing. Para konsumen biasanya datang untuk mencari ikan lele itu sendiri disesuaikan dengan
kriteria yang dihendaki masing-masing. Ikan lele yang dihasilkan oleh perusahaan memiliki kualitas yang baik hal ini terbukti dengan pembelian berulang oleh para
konsumen distributor tersebut ke tempat yang sama. Hal itu dikarenakan ikan memiliki bobot tubuh yang dikehendaki, stamina yang baik, serta adanya sistem
kekeluargaan dalam negosiasi harga. Lokasi perusahaan yang dekat dengan jalur
jalan lintas propinsi sehingga untuk akses pengiriman produk ke Jakarta maupun ke luar Jawa sangatlah membantu.
6.2.4. Keuangan
Perusahaan ini
bergerak dengan
menggunakan modal
sendiri. Perkembangan modal usaha terus berjalan sesuai dengan pertumbuhan usahanya.
Keseluruhan modal usaha di dapat dari kemampuan usaha tersebut menghasilkan laba untuk keberlanjutan usaha. Perkembangan usaha perikanan khususnya ikan
lele bagi usaha kecil tergantung dari hasil usaha, sedangkan hasil usaha sendiri bergantung dengan cuaca dan iklim serta faktor faktor eksternal lainnya seperti
harga bahan baku yang terus meningkat. Hal ini membuat sebagian pembudidaya kesulitan untuk menambah modal usaha. Terkadang kerugian yang dihasilkan pun
tidak dapat dihindarkan, baik karena kesalahan penanganan budidaya, pemanenan maupun cuaca dan iklim yang tidak menentu. Rata-rata jumlah modal awal yang
digunakan adalah sekitar lima juta rupiah, sehingga untuk memulai usaha tersebut dibutuhkan perhitungan keuangan yang dapat dibuat secara estimasi atau
perkiraan. Biaya tersebut seperti biaya benih, sewa lahan, pakan upah karyawan serta
peralatan Kondisi keuangan untuk masing-masing pembudidaya ikan lele ini rata- rata memiliki kondisi yang kurang baik mengingat kondisi cuaca dan iklim dan
perubahan harga bahan baku yang sangat berpengaruh terhadap komoditas agribisnis pada umumnya dan ikan lele pada khususnya. Perusahaan pada saat ini
mengalami tingkat pendayagunaan modal dan ketersediaan modal dalam jumlah aman, hal ini dipengaruhi oleh pengelolaan financial yang baik dari pemilik
perusahaan. Secara keseluruhan perusahaan mempunyai faktor-faktor kekuatan yang dapat digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dan masih
mempunyai kelemahan yang harus diatasi perusahaan.
VII PERUMUSAN STRATEGI USAHA IKAN LELE CV. JUMBO BINTANG LESTARI
7.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Internal