Analisis Matriks IE Internal-Eksternal Analisis Matriks SWOT Strengths, Weaknesses, Opportunities, and

Hasil evaluasi matrik EFE, pada faktor peluang terlihat bahwa meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele memperoleh bobot tertinggi sebesar 0,090 dan diperlihatkan skor peringkat 4 mengindikasikan bahwa faktor ini direspon sangat baik oleh perusahaan. Dengan adanya peluang ini, maka perlunya peningkatan produktifitas ikan lele dan pengembangan usaha. Hasil identifikasi faktor eksternal berupa ancaman bagi pembudidaya yaitu harga bahan baku seperti pakan yang setiap saat mengalami kenaikan harga dan benih yang mengalami kelangkaan karena pengaruh cuaca yang tak dapat diprediksi yaitu memperoleh bobot tertinggi yaitu 0,102. Hal ini sangat menjadi perhatian pembudidaya, mengingat benih dan pakan merupakan komponen utama dalam budidaya. Sedangkan faktor perekonomian nasional juga yang menyebabkan kenaikan biaya produksi.

7.5. Analisis Matriks IE Internal-Eksternal

Analisis matriks IE dilakuka untuk mempertajam analisis yang telah dilakukan dengan matriks IFE dan EFE. Hasil matriks IFE dan EFE berupa total nilai tertimbang IFE di petakan ke dalam matriks IE. Total nilai tertimbang IFE dipetakan pada sumbu x, sedangkan total nilai tertimbang EFE dipetakan pada sumbu y. SKOR BOBOT TOTAL IFE Kuat Sedang Lemah 3,0 - 4,0 2,0 - 2,99 1,0 - 1,99 3,694 4,0 3,0 2,0 1,0 I Grow and Build II Grow and Build III Hold and Maintain IV Grow and Build V Hold and Maintain VI Harvest or Divest VII Hold and Maintain VIII Harvest or Divest IX Harvest or Divest Sumber : Data Primer Gambar 6. Matriks Internal-Eksternal IE Usaha Budidaya Ikan Lele Di CV, Jumbo Bintang Lestari Berdasarkan analisis faktor internal menggunakan matriks IFE, diperoleh skor bobot total pada sumbu x sebesar 3,694 dan sumbu y yang merupakan faktor eksternal dengan menggunakan matriks EFE, diperoleh skor bobot total sebesar 2,048. Hasil ini menempatkan usaha budidaya ikan lele di CV. Jumbo Bintang Lestari pada sel IV dalam matriks IE yang dapat dilihat pada Gambar 6. Posisi tersebut mencerminkan bahwa perusahaan berada dalam posisi strategi tumbuh dan bina, dimana strategi-strategi yang dapat dilakukan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. S K O R B O B O T T O T A L E F Tinggi 3,0 – 4,0 3,0 Sedang 2,0 – 2,99 2,0 2,048 Rendah 1,0 – 1,99 1,0

7.6. Analisis Matriks SWOT Strengths, Weaknesses, Opportunities, and

Threats Dengan mencocokan faktor-faktor kunci Internal kekuatan dan kelemahan serta faktor-faktor kunci eksternal peluang dan ancaman merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan startegi yang layak. Strategi yang dihasilkan pada matriks IE hanya secara umum tanpa adanya implementasi yang lebih fokus pada tingkat perusahaan. Oleh karena itu, matriks IE dilengkapi oleh matriks SWOT. Matriks SWOT merupakan langkah-langkah konkrit yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan berdasarkan pengembangan dari matriks IE. Tujuan matriks SWOT adalah untuk menghasilkan alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh perusahaan dengan cara memindahkan hasil analisis data matriks IFE dan EFE ke dalam matriks SWOT. Empat tipe strategi yang disarankan yaitu Strategi SO Strengths-Opportunities, Strategi WO Weakness-Oppurtunities, Strategi ST Strengths-Threaths, Strategi WT Weakness-Threaths. Startegi SO berarti menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, startegi WO berarti mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang, startegi ST berarti menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman, dan strategi WT berarti minimalkan kelemahan dan hindari ancaman. Perumusan masing-masing startegi mengacu pada hasil posisi yang didapat pada matriks IE yaitu tumbuh dan berkembang dengan strategi umum untuk penetrasi pasar dan pengembangan produk.Hasil analisis matriks SWOT dapat dilihat pada Gambar 7. Berdasarkan analisis matriks SWOT dapat dirumuskan empat alternatif strategi yang terdiri dari : a Strategi S-O Strengths-Opportunities : Meningkatkan produksi dengan menambah area budidaya dan penebaran benih dan penggunaan teknologi tepat guna. Strategi ini menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang- peluang eksternal agar memperoleh keuntungan. Alternatif yang dapat dilakukan pada strategi S-O, yaitu peningkatkan produksi dengan menambah area budidaya dan jumlah penebaran benih dan penggunaan teknologi tepat guna. S1, S2, S3, S5, S5, S8, S10, O1, O2, O3, O4, O5. Peningkatan volume produksi penting dilakukan mengingat meningkatnya pula minat masyarakat terhadap produk ini. Dengan memiliki lokasi strategis, sarana dan prasarana memadai serta proses produksi yang baik akan dapat semakin meningkatkan kekuatan volume produksi. Ditambah dengan adanya bantuan dari pemerintah daerah serta Dinas Peternakan Dan Perikanan setempat serta pengaruh teknologi membuat semakin kuatnya potensi peningkatan volume produksi ini. Oleh karena itu dengan menambah area budidaya dan penebaran benih diharapkan volume produksi akan meningkat pula. Menambah area budidaya seperti dengan menambah luasan kolam yang digunakan baik memakai kolam terpal maupun kolam tanah. Penggunaa teknologi kolam terpal dalam penerapan budidaya ikut menambah tingkat produktivitas produksi lele. Hal ini berperan dalam meningkatkan jumlah produktifitas ikan lele yang cepat berkembang di kolam-kolam tersebut. penambahan ini hendaknya dilakukan secara bertahap menyesuaikan dengan pendapatan yang didapat sehingga keberlajutan usaha akan berjalan dengan lancar. Begitu pula dengan benih, penambahan benih penting dilakukan untuk meningkatkan padat tebar ikan di kolam-kolam tersebut. Dengan penambahan benih ikan otomatis bertambah pula jumlah produksi ikan lele saat panen. Kedua hal ini harus dilakukan bersama, karena jika penambahan luasan kolam tidak bersamaan dengan penambahan benih maka usaha tersebut tidak akan berjalan secara efisien. Oleh karena itu penggunaan alokasi pendapatan untuk keberlanjutan usaha diperlukan guna menunjang tujuan yang hendak dicapai. b Strategi W-O Weakness-Oppurtunities : pemanfaatan bantuan dari pemerintahan terkait dengan akses penyediaan input produksi dan bekerjasama dengan penyedia input produksi dari luar daerah Strategi W-O ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal yaitu: pemanfaatan bantuan dari pemerintahan dan dinas terkait sebagai alternatif dalam penyediaan input produksi untuk keberlangsungan usaha dan bekerjasama dengan penyedia input produksi dari luar daerah W1, O1, O3, O4,. Adanya pemasalahan ketersediaan input produksi seperti penyediaan benih ikan lele, dapat diatasi dengan adanya bantuan pemerintah dan dinas terkait baik dalam proses penyediaan benih yang baik dan berkualitas, dan perusahaan juga dapat melakukan betuk kerjasama dengan pihak luar atau perusahaan dari luar daerah dalam penyedian input produksi seperti benih lele. Meningkatnya minat masyarakat terhadap lele memberi pengaruh yang sangat besar, sehingga tingkat kebutuhan benih lele dalam pemenuhan jumlah produksi yang semakin meningkat menjadi satu kelemahan yang dialami perusahaan, sehingga dibutuhkannya peran pemerintah dan dinas terkait dalam penyediaan benih lele. Perusahaan dapat melakukan bentuk kerjasama dengan suplayer dari luar daerah untuk pemenuhan penyediaan input produksi. Keterbatasan benih lele saat ini juga dipengaruhi oleh kurangnya teknologi yang dimiliki pemerintah sehingga peluang adanya pengaruh teknologi dan pemerintah sebagai instansi yang dapat menjadi acuan dalam pengguan teknologi dapat disampaikan kepada pembudidaya untuk meningkatkan jumlah produksi benih, sehingga mampu memberikan tingkat keuntungan yang lebih bagi perusahaan. c Strategi S-T Strengths-Threaths : pertahankan kualitas produk dengan menjaga proses produksi yang baik, kualitas produk, sarana dan prasarana yang menunjang. Strategi ini menggunakan kekuatan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Terdapat satu alternatif yang dapat dilakukan pada strategi S-T, yaitu: pertahankan kualitas produk dengan menjaga proses produksi yang baik, harga yg sesuai, promosi yang intensif, modal jangka panjang, usaha dalam menghasilkan modal, sarana dan prasarana yang menunjang, insentif untuk karyawan serta karyawan yang terampil. S1, S2, S3, S4, S5, S6, S7, S8, S9, S10, T1, T2, T3, T4, T5. Dengan memiliki produk yang berkualitas maka produk tersebut dapat bertahan bahkan bersaing di tengah-tengah pengaruh politik, ekonomi, keamanan serta cuaca dan iklim yang tidak kondusif ini. Sehingga harga yang ditawarkan pun akan meningkat bersamaan dengan isu pengaruh-pengaruh tersebut. produk yang berkualitas merupakan jaminan terhadap keberlanjutan permintaan konsumen terhadap produk ikan lele ini, oleh karena itu dengan cara menerapkan SOP atau Standar Operasi Produksi yang baku maka diharapkan karyawan akan mematuhinya secara konsisten dan terus menerus. Posisi perusahaan saat ini sebagai market leader untuk daerah Gunung Sindur dan Parung dalam pemenuhan kebutuhan ikan lele untuk wilayah JABODETABEK dan Lampung dapat menjadi sebuah keuntungan dan keunggulan dalam memasarkan produk yang diproduksi. Mempertahankan kualitas produk tidaklah mudah, perlunya pengawasan yang ketat dari pemilik usaha untuk selalu dapat menangani dengan cepat masalah yang mungkin akan terjadi. Seperti jika terjadi penyakit yang menyerang secara mendadak atau terjadi stress pada ikan akibat perubahan cuaca dan iklim yang ekstrim, maka dengan adanya peran pemilik usaha dapat diambil keputusan baik untuk berkoordinasi dengan dinas atau menanganinya sendiri dengan pengobatan alternatif, apalagi di tengah cuaca dan iklim yang sulit diprediksi maka pengawasan secara intensif penting untuk selalu memantau pertumbuhan dan perkembangan ikan yang baik. Tanpa adanya pengawasan yang dilakukan oleh pihak pemilik usaha, maka karyawan akan mudah untuk bertindak ceroboh atau curang. Hal ini tidak dapat dipungkiri sering terjadi pada usaha yang terus berkembang. Dengan adanya pengawasan yang rutin dan kontinue maka hubungan keterikatan dan keamanan antara pemilik dan karyawan akan terus meningkat dan berlanjut. d Strategi W-T Weakness-Threaths : pengusahaan pakan alternatif yang bagus, lebih murah dan berkelanjutan serta menjalin kerja sama dengan penyedia input produksi. Strategi ini merupakan taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Terdapat satu alternatif yang dapat dilakukan pada strategi W-T, yaitu: mengusahakan pakan alternatif yang bagus, lebih murah dan berkelanjutan serta menjalin kerja sama dengan penyedia bahan baku. W1, T1, T2, T3, T4, T5. Dengan adanya pengusahaan pakan alternatif maka diharapkan keberadaannya akan mengurangi beban biaya yang besar sehingga pemakaian modal akan semakin hemat serta persediaan bahan baku akan menjadi terjamin. Pakan alternatif yang dimungkinkan untuk digunakan secara berkepanjangan yaitu pakan alami seperti tumbuhan air matalele, atau daun keladi dan daun pepaya. Untuk memberikan asupan nutrisi seperti sumber protein maka pihak pembudidaya dapat bekerjasama dengan pabrik sosis untuk membeli sosis yang tidak layak konsumsi oleh manusia tapi layak konsumsi oleh hewan terutama ikan lele. Produk sosis ini biasanya sudah kadaluarsa akan tetapi masih dalam kondisi yang prima tanpa adanya jamur. Oleh sebab itu masih berkenan untuk dikonsumsi oleh ikan lele. Dengan adanya kerjasama dengan pihak pabrik maka perusahaan akan menghemat banyak biaya pakan maupun masalah keberlanjutan persediaan pakan tersebut. Atau dapat pula digunakan pakan alternatif sumber protein dari buangan ikan atau bagian ikan yang tidak dipakai di tempat pelelangan ikan atau pasar ikan terdekat. Ikan lele yang rakus dalam hal makanan ini tidak terlalu memilih-milih makanan yang dimakannya, oleh sebab itu pemberian pakan alternatif ini dapat dilakukan dengan baik dan kontinue. Pemberian vitamin pun dalam hal tambahan konsumsi pakan ikan lele ini begitu penting untuk daya tahan tubuh serta tambahan napsu makannya agar selalu aktif dalam proses metabolisme pencernaannya. Penyediaan bahan baku benih untuk proses awal produksi dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan para petani-petani disekitar perusahaan sehingga mampu memasok tingkat kebutuhan benih yagn semakin meningkat. Internal Eksternal KEKUATAN Strengths – S 1. Kualitas produk yang dihasilkan 2. Kedekatan lokasi usaha dengan input produksi 3. Harga yang diberikan sesuai dengan kualitas produksi 4. Intensitas promosi 5. Kecukupan modal jangka panjang 6. Kemampuan usaha untuk menghasilkan modal 7. Sarana dan prasarana 8. Proses produksi 9. Pemberian insentif karyawan 10. Ketrampilan karyawan KELEMAHAN Weakness - W 1. Persediaan input produksi PELUANG Opportunities-O 1. Adanya peraturan pemerintah tentang usaha perikanan 2. Isu flu burung dan antraks 3. minat masyarakat terhadap ikan lele 4. Kemajuan teknologi 5. ancaman radiasi nuklir di jepang STRATEGI – SO 1. Meningkatkan produksi dengan menambah area budidaya dan penebaran benih. S1,S2,S3,S5,S6,S8,S10,O1, O2,O3,O4,O5 2. Penggunaan teknologi tepat guna STRATEGI –WO 1. Memanfaatkan bantuan pemerintah terkait dengan akses penyediaan input produksi. W1,O1,O3,O4 2. Bekerjasama dengan penyedia input produksi dari luar daerah. ANCAMAN Threats-T 1. Kondisi jalan 2. Kenaikan harga bahan baku dan input produksi 3. Kenaikan BBM dan TDL 4. Peningkatan jumlah pembudidaya 5. Adanya pengaruh produk subsitusi 6. Hama dan penyakit 7. Iklim dan cuaca STRATEGI – ST 1. Mempertahankan kualitas produk S1,S2,S3,S4,S5,S6,S7,S8,S 9,S10,T1,T2,T3,T4,T5 STRATEGI – WT 1. Mengusahakan pakan alternatif yang bagus, lebih murah dan berkelanjutan serta menjalin kerja sama dengan penyedia input produksi tersebut W1,T1,T2,T3,T4,T5 Gambar 7. Matriks SWOT di CV Jumbo Bintang Lestari Sumber : Data Primer

7.7. Analisis Matriks QSP Quantitative Strategic Planning