mengembangkan Hutan Pendidikan Gunung Walat di areal yang berdekatan
dengan lokasi HEF.
Kerjasama tersebut
kemudian dimulai
dengan melakukan
penandatanganan Memorandum of Understanding MoU antara Manufacturing Director PT Holcim Indonesia, Lilik Unggul Rahardjo dengan Rektor Institut
Pertanian Bogor yang diwakili oleh Dekan Fakultas Kehutanan. MoU ini dilaksanakan pada 5 Desember tahun 2011 di kampus IPB Dramaga HOLCIM
dan Fakultas Kehutanan IPB 2012. Setelah dilaksanakannya MoU, pada tahun 2013 HEF mulai menjalankan penanaman dan pembinaan hutan kepada
masyarakat sekitar. Fungsi pendidikan dari HEF ini telah dimulai sejak kondisi areal hutannya masih dalam proses penanaman. Kerjasama dengan Fakultas
Kehutanan akan berakhir pada tahun 2016.
5.2 Kondisi Responden Willingness to pay WTP Fungsi Hidrologis
Jumlah responden untuk Willingness to pay WTP nilai jasa lingkungan air adalah sebanyak 50 orang yang merupakan masyarakat Desa Sekarwangi
yang tinggal di sekitar lahan pasca tambang dan mendapatkan manfaat adanya HEF. RW yang berbatasan tersebut adalah RW 13 dan RW 17. Responden
diminta untuk menjawab kuisioner mengenai nilai jasa lingkungan air atas adanya reklamasi lahan tambang menggunakan program Holcim Educational
Forest. Karakteristik umum responden WTP tergambar melalui usia, jenis kelamin, pendidikan formal, pekerjaan dan pendapatan tiap bulan.
a. Usia
Usia dari responden yang diambil dalam penelitian ini memiliki keberagaman. Rentang usia dari responden yang paling muda adalah 24 tahun
dan usia responden yang paling tua adalah 68 tahun. Responden yang paling banyak berkisar pada usia 31 sampai dengan 40 tahun dengan jumlah responden
sebanyak 16 orang dengan persentase 32 dari keseluruhan jumlah responden. Sebaran usia responden dapat dilihat dari grafik dibawah ini:
11 39
10 20
30 40
50
Perempuan Laki - laki
J u
m la
h R
e s
p o
n d
e n
Jenis Kelamin Responden
6 16
14 9
5 2
4 6
8 10
12 14
16 18
21 - 30 tahun 31 - 40 tahun 41 - 50 tahun 51 - 60 tahun 61 - 70 tahun
J u
m la
h r
e s
p o
n d
e n
Umur responden
Gambar 3 Sebaran usia responden
b. Jenis Kelamin
Pada umumnya responden WTP untuk nilai jasa lingkungan ini adalah laki-laki sebagai kepala keluarga yang berhak membuat keputusan. Dari total 50
jumlah responden, perbandingan jumlah responden antara laki laki dan perempuan adalah 39 responden 78 laki-laki, dan 11 responden 22
perempuan. Sebaran jenis kelamin responden dapat dilihat pada Gambar 4 :
Gambar 4 Sebaran jenis kelamin responden
c. Pendidikan Formal
Tingkat pendidikan formal dari responden pada penelitian ini diklasifikasikan menurut jenjang dalam menempuh pendidikan formal. Dimulai
atas tingkat pendidikan tidak sekolah atau yang mengikuti Sekolah Dasar SD tetapi tidak lulus sampai pada tingkat kuliah.
Responden yang tidak lulus SD sebanyak 8 orang dengan persentase sebesar 16 , responden yang menempuh pendidikan sampai lulus SD sebanyak
30 orang atau memiliki persentase sebesar 60. Responden yang merupakan
lulusan SD merupakan jumlah responden terbanyak. Responden yang menempuh pendidikan sampai lulus SMP sebanyak 4 orang dengan persentase 8
dan responden yang menempuh pendidikan sampai lulus SMA ada sebanyak 5 orang dengan persentase sebanyak 10. Responden lain yang menempuh
sampai tingkat kuliah sebesar 3 orang dengan persentase sebesar 4. Data tersebut memperlihatkan bahwa penduduk dari RW 13 dan RW 17
memiliki pendidikan yang rendah yang dilihat dari 60 penduduknya hanya bersekolah sampai sekolah Dasar. Sebaran pendidikan formal responden dapat
dilihat pada Gambar 5:
Gam bar 5 Sebaran pendidikan formal responden
d. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan responden dalam penelitian ini terbagi kedalam ke dua pekerjaan secara garis besar yaitu bekerja sebagai pegawai HEF dan bukan
pegawai HEF. Pegawai HEF berjumlah 13 dengan persentase sebesar 26 dan bukan pegawai HEF berjumlah 37 dengan persentase sebesar 74.
Bukan pegawai HEF terdiri dari buruh tani berjumlah 1 orang, pedagang berjumlah 2 orang, guru swasta berjumlah 3 orang, karyawan swasta berjumlah
11 orang, buruh swasta berjumlah 10 orang, ibu rumah tangga berjumlah 2 orang, PNS berjumlah 2 orang, tukang ojek berjumlah 1 orang, linmas berjumlah
1 orang dan pengangguran berjumlah 3 orang.
13 37
10 20
30 40
Pegawai HEF Bukan pegawai HEF
J u
m la
h R
e s
p o
n d
e n
Jenis Pekerjaan Responden
8 4
9 21
8 5
10 15
20 25
500.000 500.000 -
1.000.000 1.000.001 -
1.500.000 1.500.000 -
2.000.000 2.000.000
J u
m la
h R
e s
p o
n d
e n
Pendapatan responden
Data tersebut memperlihatkan bahwa terdapat keragaman pekerjaan yang dilakukan oleh warga dari RW 13 dan RW 17. Sebaran jenis pekerjaan
responden dapat dilihat di grafik dibawah ini:
Gambar 6 Sebaran jenis pekerjaan responden
e. Pendapatan
Tingkat pendapatan responden dapat dibagi ke dalam lima kisaran, yaitu Rp.500.000 sebesar 8 responden dengan persentase 16, tingkat pendapatan
Rp.500.000 –Rp. 1.000.000 dengan jumlah 4 responden dengan persentase
sebesar 8, tingkat pendapatan Rp. 1.000.001 –Rp. 1.500.000 dengan jumlah 9
responden dengan persentase sebesar 18, tingkat pendapatan Rp. 1.500.001 –
Rp. 2.000.000 dengan jumlah responden sebesar 21 dan presentase 42 dan tingkat pendapatan Rp.2.000.000 dengan jumlah responden 8 dan persentase
sebesar 16. Kategori ke-4 Rp.1.500.000-Rp.2.000.000 menduduki pendapatan terbanyak yang dimiliki oleh warga. Sebaran pendapatan responden
dapat dilihat pada Gambar 7:
Gambar 7 Sebaran pendapatan responden
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Akibat Pertambangan
Hasil pengamatan yang dilakukan di RW 13 dan RW 17 Desa Sekarwangi terkait dengan eksternalitas yang didapatkan masyarakat, eksternalitas negatif
yang masih berlangsung sampai dengan sekarang adalah adanya kekurangan ketersediaan air bersih. PT Holcim Indonesia Tbk telah melakukan upaya
menangani air bersih seperti pembuatan sumur bor dan pemipaan dari sumber mata air lain tetapi hasilnya belum optimal. Masyarakat kemudian melakukan
berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan airnya sehingga memerlukan biaya tambahan. Biaya yang dikeluarkan untuk mengganti air bersih tersebut dapat
dikategorikan sebagai replacement cost atau biaya pengganti. Replacement cost menjadi pendekatan dalam menghitung kerugian yang dialami masyarakat.
6.1.1 Biaya Pengganti Air Bersih
Masyarakat di RW 13 dan RW 17 Desa Sekarwangi merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Holcim Educational Forest sehingga akan
menjadi pihak yang terkena dampak langsung atas adanya pertambangan. Salah satu perubahan yang terjadi akibat pertambangan adalah kondisi air tanah RW
13 dan RW 17 yang tidak layak konsumsi untuk keperluan masyarakat dan mata air yang sedikit. Kondisi air yang asam ini disebabkan letaknya sangat
berdekatan dengan kawasan pertambangan pasir silika PT Holcim Indonesia Tbk dan mengalirnya unsur kimia yang digunakan dalam tambang kepada air tanah
masyarakat. Debit air yang terus mengalami penurunan disebabkan oleh pepohonan yang ditebang dan diubahnya bukit menjadi lahan tambang yang
gundul. Kedua hal tersebut membuat RW 13 dan RW 17 Desa Sekarwangi
memiliki kesulitan dalam mengakses air bersih untuk keperluan minum, mandi, mencuci dan aktivitas rumah tangga lainnya. Masyarakat melakukan berbagai
macam alternatif cara untuk memenuhi kebutuhan air sehari –hari. Alternatif
cara tersebut adalah menggali sumur dan menggunakan pompa untuk menarik airnya, mencari air menggunakan motor, mengalirkan air menggunakan selang