Identifikasi Langkah-Langkah Reklamasi Holcim Educational Forest Pengujian Paremeter Regresi

H I = ᵝ 1 = ᵝ 2 = ᵝ 3 = ............ ᵝ ≠ 0 F = .......................................................12 Jika F hitF tabel maka terima H0 yang artinya secara serentak variabel Xi tidak berpengaruh nyata terhadap Y. Jika F hit F tabel maka terima H 1 yang berarti variabel Xi secara serentak berpengaruh nyata terhadap Y. 4. Uji Terhadap Kolinear Ganda Model dengan banyak peubah sering terjadi masalah multikolinier yaitu terjadinya korelasi yang kuat antar peubah-peubah bebas. Masalah tersebut dapat dilihat langsung melalui hasil komputer, dimana apabila Varian Inflation Factor VIF10 tidak ada masalah multikolinier. 5. Uji Homoskedastisitas Homoskedastisitas adalah apabila variasi dari faktor penganggu selalu sama pada data pengamatan yang satu ke data pengamatan yang lain. Penyimpangan terhadap faktor pengganggu ini disebut heterokedastisitas Firdaus, 2011. Deteksi ada atau tidaknya heterkedstisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual yang telah di-studentized. Dasar analisis uji heterkedastisitas Ghozali 2006: 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang melebar kemudian menyempit, maka mengindisikasikan telah terjadi heterokedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. 6. Uji Normalitas Pengujian normalitas ini untuk mengetahui apakah error term dari data yang jumlahnya kurang dari 30 mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Penelitian ini menggunakan lebih dari 30 responden sehingga diperlukan uji untuk membuktikan data tersebut normal. Uji yang digunakan adalah uji Kolmogrov Smirnov. 7. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan diantara galat dalam persamaan regresi yang diperoleh. Autokorelasi cenderung akan mengestimasi standar error lebih kecil daripada nilai sebenarnya, sehingga nilai statistic-t akan lebih besar. Uji yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah uji DW Durbin Watson test. Nilai statistik DW berada diantara 1,55 dan 2,46 maka menunjukkan tidak ada autokorelasi Firdaus 2011. V GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Sekarwangi merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Cibadak dan terletak di kaki Gunung Walat serta merupakan pemekaran dari Desa Cibadak. Jarak dari Desa Sekarwangi ke pusat pemerintahan provinsi Jawa Barat Bandung memiliki jarak ± 125 Km sedangkan jarak ke pusat pemerintahan tingkat Kabupaten Sukabumi Pelabuhan ratu adalah ±45 Km. Jarak Desa Sekarwangi ke pusat pemerintahan kecamatan adalah ±3km. Secara demografi, jumlah penduduk di Desa Sekarwangi pada tahun 2014 berjumlah 3.145 KK yang tersebar di 17 RW. RW yang berbatasan dengan HEF dan dijadikan lokasi penelitian adalah RW 13 dan RW 17 dengan jumlah KK sebanyak 394 KK. Jumlah tersebut merupakan gabungan dari jumlah KK RW 13 sebesar 218KK dan jumlah KK RW 17 sebesar 176 KK. Desa Sekarwangi mempunyai luas wilayah ±567,75 ha yang terdiri dari lahan sawah seluas ±118,5 ha dan lahan darat ±449,25 ha. Suhu maksimum berkisar antara 28-30 derajat celcius dan suhu minimum antara 20-22 derajat celcius. Ketinggian tempat berkisar antara 500 –700 meter di atas permukaan laut. Rata –rata curah hujan sebesar 3.000-4.000 mm pertahun Data Monografi Desa Kelurahan Sekarwangi 2009. Desa Sekarwangi mempunyai batas –batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara : Kelurahan Cibadak Kecamatan Cibadak Sebelah timur : Desa Hegarmanah Kecamatan Cicantayan Sebelah selatan : Desa Sukamulya Kecamatan Cikembar Sebelah barat : Desa Tenjojaya Kecamatan Cibadak.

5.1.1 Profil Holcim Educational Forest

Holcim Educational Forest HEF merupakan lahan bekas tambang pasir silika untuk bahan baku semen serbaguna yang dikelola oleh PT. Holcim Indonesia. Kegiatan pertambangan telah selesai dilaksanakan pada tahun 2010 untuk selanjutnya dilakukan reklamasi. Pembentukan hutan pendidikan dan kegiatan reklamasi dilakukan oleh PT. Holcim bekerja sama dengan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Hal ini dikarenakan IPB telah berhasil mengembangkan Hutan Pendidikan Gunung Walat di areal yang berdekatan dengan lokasi HEF. Kerjasama tersebut kemudian dimulai dengan melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding MoU antara Manufacturing Director PT Holcim Indonesia, Lilik Unggul Rahardjo dengan Rektor Institut Pertanian Bogor yang diwakili oleh Dekan Fakultas Kehutanan. MoU ini dilaksanakan pada 5 Desember tahun 2011 di kampus IPB Dramaga HOLCIM dan Fakultas Kehutanan IPB 2012. Setelah dilaksanakannya MoU, pada tahun 2013 HEF mulai menjalankan penanaman dan pembinaan hutan kepada masyarakat sekitar. Fungsi pendidikan dari HEF ini telah dimulai sejak kondisi areal hutannya masih dalam proses penanaman. Kerjasama dengan Fakultas Kehutanan akan berakhir pada tahun 2016.

5.2 Kondisi Responden Willingness to pay WTP Fungsi Hidrologis

Jumlah responden untuk Willingness to pay WTP nilai jasa lingkungan air adalah sebanyak 50 orang yang merupakan masyarakat Desa Sekarwangi yang tinggal di sekitar lahan pasca tambang dan mendapatkan manfaat adanya HEF. RW yang berbatasan tersebut adalah RW 13 dan RW 17. Responden diminta untuk menjawab kuisioner mengenai nilai jasa lingkungan air atas adanya reklamasi lahan tambang menggunakan program Holcim Educational Forest. Karakteristik umum responden WTP tergambar melalui usia, jenis kelamin, pendidikan formal, pekerjaan dan pendapatan tiap bulan.

a. Usia

Usia dari responden yang diambil dalam penelitian ini memiliki keberagaman. Rentang usia dari responden yang paling muda adalah 24 tahun dan usia responden yang paling tua adalah 68 tahun. Responden yang paling banyak berkisar pada usia 31 sampai dengan 40 tahun dengan jumlah responden sebanyak 16 orang dengan persentase 32 dari keseluruhan jumlah responden. Sebaran usia responden dapat dilihat dari grafik dibawah ini: 11 39 10 20 30 40 50 Perempuan Laki - laki J u m la h R e s p o n d e n Jenis Kelamin Responden 6 16 14 9 5 2 4 6 8 10 12 14 16 18 21 - 30 tahun 31 - 40 tahun 41 - 50 tahun 51 - 60 tahun 61 - 70 tahun J u m la h r e s p o n d e n Umur responden Gambar 3 Sebaran usia responden

b. Jenis Kelamin

Pada umumnya responden WTP untuk nilai jasa lingkungan ini adalah laki-laki sebagai kepala keluarga yang berhak membuat keputusan. Dari total 50 jumlah responden, perbandingan jumlah responden antara laki laki dan perempuan adalah 39 responden 78 laki-laki, dan 11 responden 22 perempuan. Sebaran jenis kelamin responden dapat dilihat pada Gambar 4 : Gambar 4 Sebaran jenis kelamin responden

c. Pendidikan Formal

Tingkat pendidikan formal dari responden pada penelitian ini diklasifikasikan menurut jenjang dalam menempuh pendidikan formal. Dimulai atas tingkat pendidikan tidak sekolah atau yang mengikuti Sekolah Dasar SD tetapi tidak lulus sampai pada tingkat kuliah. Responden yang tidak lulus SD sebanyak 8 orang dengan persentase sebesar 16 , responden yang menempuh pendidikan sampai lulus SD sebanyak 30 orang atau memiliki persentase sebesar 60. Responden yang merupakan lulusan SD merupakan jumlah responden terbanyak. Responden yang menempuh pendidikan sampai lulus SMP sebanyak 4 orang dengan persentase 8 dan responden yang menempuh pendidikan sampai lulus SMA ada sebanyak 5 orang dengan persentase sebanyak 10. Responden lain yang menempuh sampai tingkat kuliah sebesar 3 orang dengan persentase sebesar 4. Data tersebut memperlihatkan bahwa penduduk dari RW 13 dan RW 17 memiliki pendidikan yang rendah yang dilihat dari 60 penduduknya hanya bersekolah sampai sekolah Dasar. Sebaran pendidikan formal responden dapat dilihat pada Gambar 5: Gam bar 5 Sebaran pendidikan formal responden

d. Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan responden dalam penelitian ini terbagi kedalam ke dua pekerjaan secara garis besar yaitu bekerja sebagai pegawai HEF dan bukan pegawai HEF. Pegawai HEF berjumlah 13 dengan persentase sebesar 26 dan bukan pegawai HEF berjumlah 37 dengan persentase sebesar 74. Bukan pegawai HEF terdiri dari buruh tani berjumlah 1 orang, pedagang berjumlah 2 orang, guru swasta berjumlah 3 orang, karyawan swasta berjumlah 11 orang, buruh swasta berjumlah 10 orang, ibu rumah tangga berjumlah 2 orang, PNS berjumlah 2 orang, tukang ojek berjumlah 1 orang, linmas berjumlah 1 orang dan pengangguran berjumlah 3 orang. 13 37 10 20 30 40 Pegawai HEF Bukan pegawai HEF J u m la h R e s p o n d e n Jenis Pekerjaan Responden 8 4 9 21 8 5 10 15 20 25 500.000 500.000 - 1.000.000 1.000.001 - 1.500.000 1.500.000 - 2.000.000 2.000.000 J u m la h R e s p o n d e n Pendapatan responden Data tersebut memperlihatkan bahwa terdapat keragaman pekerjaan yang dilakukan oleh warga dari RW 13 dan RW 17. Sebaran jenis pekerjaan responden dapat dilihat di grafik dibawah ini: Gambar 6 Sebaran jenis pekerjaan responden

e. Pendapatan

Tingkat pendapatan responden dapat dibagi ke dalam lima kisaran, yaitu Rp.500.000 sebesar 8 responden dengan persentase 16, tingkat pendapatan Rp.500.000 –Rp. 1.000.000 dengan jumlah 4 responden dengan persentase sebesar 8, tingkat pendapatan Rp. 1.000.001 –Rp. 1.500.000 dengan jumlah 9 responden dengan persentase sebesar 18, tingkat pendapatan Rp. 1.500.001 – Rp. 2.000.000 dengan jumlah responden sebesar 21 dan presentase 42 dan tingkat pendapatan Rp.2.000.000 dengan jumlah responden 8 dan persentase sebesar 16. Kategori ke-4 Rp.1.500.000-Rp.2.000.000 menduduki pendapatan terbanyak yang dimiliki oleh warga. Sebaran pendapatan responden dapat dilihat pada Gambar 7: Gambar 7 Sebaran pendapatan responden VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Akibat Pertambangan Hasil pengamatan yang dilakukan di RW 13 dan RW 17 Desa Sekarwangi terkait dengan eksternalitas yang didapatkan masyarakat, eksternalitas negatif yang masih berlangsung sampai dengan sekarang adalah adanya kekurangan ketersediaan air bersih. PT Holcim Indonesia Tbk telah melakukan upaya menangani air bersih seperti pembuatan sumur bor dan pemipaan dari sumber mata air lain tetapi hasilnya belum optimal. Masyarakat kemudian melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan airnya sehingga memerlukan biaya tambahan. Biaya yang dikeluarkan untuk mengganti air bersih tersebut dapat dikategorikan sebagai replacement cost atau biaya pengganti. Replacement cost menjadi pendekatan dalam menghitung kerugian yang dialami masyarakat.

6.1.1 Biaya Pengganti Air Bersih

Masyarakat di RW 13 dan RW 17 Desa Sekarwangi merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Holcim Educational Forest sehingga akan menjadi pihak yang terkena dampak langsung atas adanya pertambangan. Salah satu perubahan yang terjadi akibat pertambangan adalah kondisi air tanah RW 13 dan RW 17 yang tidak layak konsumsi untuk keperluan masyarakat dan mata air yang sedikit. Kondisi air yang asam ini disebabkan letaknya sangat berdekatan dengan kawasan pertambangan pasir silika PT Holcim Indonesia Tbk dan mengalirnya unsur kimia yang digunakan dalam tambang kepada air tanah masyarakat. Debit air yang terus mengalami penurunan disebabkan oleh pepohonan yang ditebang dan diubahnya bukit menjadi lahan tambang yang gundul. Kedua hal tersebut membuat RW 13 dan RW 17 Desa Sekarwangi memiliki kesulitan dalam mengakses air bersih untuk keperluan minum, mandi, mencuci dan aktivitas rumah tangga lainnya. Masyarakat melakukan berbagai macam alternatif cara untuk memenuhi kebutuhan air sehari –hari. Alternatif cara tersebut adalah menggali sumur dan menggunakan pompa untuk menarik airnya, mencari air menggunakan motor, mengalirkan air menggunakan selang dari sungai cibatu dan sebagian membeli air galon untuk air minum. Mata air yang tersisa di kedua RW tersebut belum cukup dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga dibutuhkan pasokan air tambahan. RW 17 dengan topografi yang lebih tinggi menggunakan air bersih yang ada di sebuah sungai dan beberapa mata air yang tidak terkontaminasi dan mengalirkannya kepada pemandian umum. RW 13 dengan topografi lebih rendah memiliki satu sumur khusus yang berada di dekat jalan raya untuk kebutuhan primer seperti kebutuhan minum dan masak. Sumur tersebut adalah satu –satunya mata air untuk keperluan minum dan memasak RW 13 sehingga disebut sumur warga. RW 13 juga memperkerjakan andir atau tukang air yang bertugas mengalirkan air melalui pipa dari mata air sungai cibatu dengan jarak ± 3Km untuk kebutuhan lain seperti mandi. Biaya yang ditarik oleh andir adalah swadaya masyarakat minimal Rp. 5000. Beberapa warga yang memiliki uang berlebih diharapkan memberi uang lebih untuk andir tersebut. Berdasarkan wawancara dengan warga RW 13 dan RW 17 mengenai sumber air yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari –hari didapatkan tabel berikut ini: Tabel 4 Sumber air bersih responden No Sumber Air Bersih Jumlah Orang Persentase 1 Sumur warga dan mata air cibatu 11 22 2 Sumur warga, mata air cibatu dan air galon 14 28 3 Sungai 4 8 4 Sungai dan sumur pribadi 8 16 5 Sungai dan air galon 8 14 6 Sungai, sumur pribadi dan air galon 5 10 Total 50 100 Responden yang berasal dari RW 13 yang menggunakan sumur warga memiliki jumlah responden sebesar 11 orang 22 dan responden yang menggunakan sumur dan membeli air galon untuk air minum memiliki jumlah responden sebesar 14 orang 28. Hal ini disebabkan karena RW 13 hanya memiliki satu sumber mata air dan dijadikan sumur warga yang biasa digunakan oleh warga untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya. Responden yang berasal dari RW 17 dan menggantungkan diri hanya pada sungai memiliki jumlah responden sebesar empat orang 8, responden yang menggunakan air galon untuk air minum selain menggunakan air sungai memiliki jumlah responden sebesar delapan orang 16, responden yang menggunakan air sungai dan memiliki sumur pribadi memiliki jumlah delapan responden 16 dan responden yang menggunakan air sungai, memiliki sumur pribadi dan membeli air galon memiliki jumlah responden sebesar lima orang 10. Perhitungan biaya yang dikeluarkan tersebut bergantung pada pembelian air galon. Harga air galon isi ulang depot adalah Rp. 4000 sedangkan harga galon isi ulang asli adalah Rp. 16000. Biaya untuk mengganti air bersih dapat dilihat pada Tabel 5 dan lebih lengkap pada Lampiran 3. Tabel 5 Biaya pengganti air bersih masyarakat Desa Sekarwangi Pengganti Air Bersih Jumlah Responden orang Biaya pengganti Air Bersih Rp Min Rp Maks Rp Total Biaya Rp Rata-rata kerugian Rp rumah tanggabulan Galon 27 4000 128000 1180000 43703,7 Tabel 5 memperlihatkan ringkasan dalam mengganti air bersih dengan membeli air galon. Nilai galon tersebut bervariasi bergantung dengan galon yang dibeli. Tabel 5 tersebut memperlihatkan data bahwa total biaya yang dikeluarkan untuk mengganti air adalah Rp. 1.180.000 per bulan dan rata –rata dari biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk mengganti air adalah Rp. 43.703,7 per bulan. Jumlah minimum biaya yang dikeluarkan warga RW 13 adalah Rp. 4000bulan untuk mengeluarkan pembelian air galon dan jumlah maksimum adalah Rp. 128.000. Biaya yang dikeluarkan akan bertambah dengan pembayaran andir khusus RW 13, pembayaran listrik bila menggunakan sumur pompa, pembayaran upah jika melakukan pengangkutan air dan juga bensin bila mengambil air di tempat yang jauh.

6.2 Langkah-Langkah Reklamasi Tambang dengan Menggunakan Program Holcim Educational Forest

Reklamasi sudah mulai dilakukan oleh PT Holcim pada tahun 2005 sampai tahun 2010 secara langsung dan mandiri oleh PT Holcim yang tidak berjalan optimal. PT Holcim kemudian bekerjasama dengan Fahutan IPB dalam menghijaukan kawasan tersebut, hal ini dibarengi dengan kesadaran untuk membuat suatu reklamasi yang bertujuan mermbuat hutan pendidikan. Hutan pendidikan tersebut memuat aspek pengelolaan hutan yang ingin dicapai oleh PT Holcim Indonesia Tbk HOLCIM dan Fahutan IPB 2012. Aspek tersebut adalah: 1. Aspek kelola produksiekonomi economically viable: pemanfaatan hasil hutan kayu, non kayu dan jasa lingkungan. 2. Aspek kelola sosial social beneficially: pengembangan manfaat langsung dan tidak langsung pada nilai manfaat ekologi, nilai manfaat ekonomi dan nilai manfaat sosial melalui pengembangan kolaborasi pengelolaan hutannya dengan masyarakat sekitar. 3. Aspek kelola lingkunganekologi environmental friendly: orientasi pada konservasi, biodiversity dan estetika. 4. Mengemban fungsi pendidikan dan penelitian: Fungsi pendidikan dan penelitian untuk mahasiswa, siswa sekolah, masyarakat pertambangan dan masyarakat umum. 5. Mengemban fungsi promosi dan company image branding: perusahaan yang peduli lingkungan. Langkah pertama yang dilakukan oleh HOLCIM dalam menjalankan reklamasi adalah melakukan panel dengar pendapat. Acara tersebut merupakan agenda pertemuan dengan masyarakat yang dihadiri oleh 32 masyarakat desa yang terdiri dari perwakilan RW 11, 13 dan 17, empat jurnalis lokal, dua lembaga swadaya masyarakat, empat anggota BPD dan LPM desa. Dalam panel dengar pendapat tersebut, HOLCIM melakukan hearing mengenai pendapat masyarakat sekitar mengenai pengharapan yang diharapkan oleh masyarakat terkait dengan lahan tambang yang akan ditutup. Penutupan pertambangan ini berpengaruh pada hilangnya pekerjaan warga yang bekerja. Setelah adanya panel dengar pendapat dengan masyarakat, HOLCIM melakukan presentasi rencana penutupan tambang pada stakeholder. Persentasi dilakukan berdasarkan Dokumen Rencana Penutupan Tambang PT Holcim Indonesia Tbk. Dokumen ini juga telah mendapatkan pengesahan dari Pemda Sukabumi. Memorandum of understanding antara PT Holcim Indonesia Tbk dengan Fakultas Kehutanan IPB dilakukan pada tahun 2011, tepatnya pada tanggal 5 desember 2011 untuk jangka waktu kontrak tiga tahun dan telah disepakati bahwa pengelolaan HEF akan dilakukan oleh manajemen bersama antara PT Holcim Indonesia Tbk dan Fakultas Kehutanan IPB HOLCIM dan Fahutan IPB 2012. Setelah dilakukannya MoU terdapat jeda waktu untuk persiapan. Akhirnya pada tahun 2013, manajemen bersama HOLCIM dan Fahutan IPB mulai melakukan penanaman di lahan pasca tambang. HEF juga telah mengadakan kegiatan yang melibatkan masyarakat berupa beberapa pelatihan ekonomi alternatif. Kegiatan tersebut bertujuan memberikan tambahan keterampilan bagi masyarakat yang dapat digunakan untuk mendapatkan tambahan penghasilan aspek kelola sosialsocial beneficially. Data kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 6: Tabel 6 Aktivitas pemberdayaan masyarakat Holcim Educational Forest N o Waktu PelatihanKegiatan masyarakat Pesert a Output yang ingin dicapai 1 April 2014 pembagian bibit sengon ke warga Sekarwangi 68 Penghijauan kawasan desa 2 Mei 2014 studi ke peternak puyuh 4 Munculnya pelaku usaha peternak puyuh di RW 13 dan 17 3 Agustu s 2014 studi ke peternak puyuh 6 Munculnya pelaku usaha peternak puyuh di RW 13 dan 17 4 Feb 2015 pelatihan budidaya jamur tiram 26 Munculnya pelaku usaha jamur tiram di RW 13 dan 17 5 Feb 2015 sosialisasi program rumah pangan lestari 26 Pemanfaatan pekarangan untuk tanaman yang bermanfaat Sumber: HOLCIM dan Fahutan IPB, 2015 Tabel 6 memperlihatkan bahwa terdapat beberapa kegiatan dan pelatihan yang diadakan oleh manajemen HEF kepada masyarakat. Secara lebih dalam adanya kegiatan dan pelatihan kepada masyarakat tersebut belum memberikan manfaat yang secara nyata kepada masyarakat, sebanyak 50 orang 100 responden menyatakan belum ada perubahan atas pelatihan dan kegiatan yang diberikan. 4 4 2 1 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 200.000 200.000 - 500.000 500.000 Tidak ada perubahan Ju m la h r es p o n d en Perubahan penghasilan per bulan Selain adanya pelatihan ekonomi alternatif, manajemen HEF kemudian melakukan perekrutan bagi masyarakat yang menjadi pengangguran setelah ditutupnya lahan tambang. HEF melakukan perekrutan sebanyak 11 orang dengan komposisi empat orang tenaga pengamanan, satu orang tenaga umum dan enam orang pekerja harian tetap dan sejumlah pekerja yang dipanggil secara temporary bergantung dengan event yang dikerjakan HOLCIM dan Fahutan IPB 2015. Para pekerja tersebut mendapatkan tambahan pendapatan daripada pekerjaan yang dilakukan sebelumnya dan berdasarkan data yang didapatkan melalui wawancara, diperoleh data berikut ini: Gambar 8 Perubahan penghasilan rumah tangga per bulan atas berdirinya HEF Berdasarkan Gambar 8 tersebut dapat dilihat bahwa sebanyak empat responden memiliki pertambahan pendapatan Rp.200.000 dan memiliki persentase sebanyak 36. Sebanyak 4 responden memiliki pertambahan pendapatan sebesar Rp.200.000-Rp.500.000 dengan persentase yang sama, dua orang memiliki perubahan pendapatan sebesar 18 dan satu orang tidak mengalami perubahan dengan persentase 9 . Penghasilan yang didapat oleh masyarakat setiap tahunnya dapat dilihat di Tabel 7: Tabel 7 Total penghasilan masyarakat yang terlibat dalam HEF 2014 No Sumber pendapatan Jumlah anggota yang ikut serta orang Jumlah pendapatan orangRptahun 1 Pegawai HEF 5 120.000.000 2 Pekerja Harian tetap dan temporary 13 234.000.000 3 Pekerja cor jalan 8 68.750.000