42
8 5
10 15
20 25
30 35
40 45
YA TIDAK
Jum la
h re
spo nd
en
Kesediaan membayar WTP responden
dan dapat menyimpan air diharapkan peran masyarakat dan pemerintah setempat untuk memelihara dan melestarikannya. Masyarakat dilibatkan dikarenakan
masyarakat adalah pihak yang paling banyak menanggung akibat dari hutan yang gundul, yaitu air yang sangat sulit didapatkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Kekurangan air ini bahkan memicu terjadinya konflik antar masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan pihak yang bertanggung jawab dalam mengelola air,
mendistribusikannya dan mengatur air atau yang biasa disebut andir. Selain itu dibutuhkan anggaran dana untuk membeli peralatan air bersih dan insentif andir.
Adanya pihak yang mengelola air ini merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh RW 13 untuk memastikan ketersediaan air bersih juga untuk meminimalisir
konflik.
a. Analisis Kesediaan Responden Membayar Jasa Lingkungan
Berdasarkan survey yang telah dilakukan kepada 50 responden, sebanyak 42 responden bersedia melakukan pembayaran jasa lingkungan air atau memiliki
persentase sebesar 84. Sisanya yaitu 8 responden atau 16 memilih untuk tidak mau membayar jasa lingkungan air.
Gambar 11 Kesediaan membayar WTP responden Responden yang memilih tidak mau membayar mengutarakan bahwa
mereka merasa tidak mampu untuk membayar. Alasan lainnya dari responden yang tidak mau membayar adalah adanya ketidak percayaan terhadap pihak yang
nanti mengelola atau sudah merasa cukup puas dengan keadaan sekarang yang dialaminya. Alasan responden yang memilih tidak bersedia membayar disajikan
ke dalam Tabel 9:
Tabel 9 Alasan responden tidak bersedia membayar
No Alasan responden
Jumlah responden orang
Persentase
1 Tidak mampu membayar
3 37,5
2 Tidak
percaya kepada
pihak pengelola
4 50
3 Sudah cukup puas dengan keadaan
sekarang 1
12,5
Total 8
100 b. Analisis Estimasi Nilai Pembayaran Jasa Lingkungan
Willingness to Pay
Analisis willingness to pay dalam penelitian ini menggunakan pendekatan metode Contingent Valuation Method CVM. Penentuan nilai WTP ini
menggunakan bidding game. Pembayaran jasa lingkungan diperlukan karena masyarakat perbatasan berhak mendapatkan air bersih untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya yang saat ini dirasa mengalami kesulitan mendapatkannya. Awal mula hal tersebut adalah pertambangan yang dilakukan oleh PT Holcim
Indonesia Tbk dan menghilangkan pohon membuat tidak adanya water catchment sehingga mata air menjadi kering dan masyarakat menjadi kesulitan
air. Adanya pembayaran tersebut digunakan untuk memelihara hutan yang
sedang kembali ditanami agar lestari dan menjadikan masyarakat berperan aktif dalam menjaga hutan dan juga sebagai biaya operasional pengelolaan air.. Hasil
pelaksanaan enam langkah metode CVM adalah sebaga berikut: 1. Membangun pasar hipotesis
Seluruh responden diberikan informasi bahwa hutan yang sudah ditanami oleh pepohonan akan meningkatkan debit air bersih dan perlu ada dana dalam
mengelola air tersebut. Dana yang didapatkan dapat digunakan untuk meningkatkan tanggung jawab dalam menjaga hutan dan menjamin ketersediaan
air bersih. 2. Memperoleh nilai WTP
Nilai WTP diperoleh berdasarkan hasil wawancara terhadap responden. Metode yang digunakan untuk mendapatkan nilai atau teknik elitasi adalah
metode bidding game. 3. Menghitung dugaan nilai rataan WTP
Dugaan nilai rataan WTP responden dihitung berdasarkan data distribusi WTP responden yang dapat dilihat pada Tabel 10:
Tabel 10 Distribusi nilai WTP responden
No Nilai WTP Responden
Rpbulan Frekuensi
orang Total WTP Rp
1 5000
15 75000
2 10000
13 130000
3 20000
5 100000
4 30000
5 150000
5 50000
1 50000
6 60000
1 60000
7 70000
1 70000
8 100000
1 100000
Total 42
735000
Nilai tengah WTP responden diperoleh sebesar Rp. 20.000 per bulan per rumah tangga. Nilai tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan pembayaran
yang dikenakan untuk warga terkait dengan fungsi hidrologis. 4. Menduga bid curve
Kurva lelang atau bid curve dalam penelitian ini dibentuk berdasarkan nilai WTP responden terhadap pembayaran yang akan dilakukan oleh warga.
Kurva tersebut menggambarkan hubungan besar nilai yang dibayarkan WTP yang diinginkan Rprumahtanggabulan dengan jumlah responden pada tingkat
tertentu orang. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini bahwa semakin besar bid yang ditawarkan maka semakin kecil responden yang mau membayar.
Gambar 12 Dugaan kurva permintaan WTP 5. Menentukan total WTP
Penentuan total WTP diperoleh dari penjumlahan total WTP masyarakat RPrumahtanggabulan dikali dengan jumlah responden sebanyak 42 rumah
tangga 84. Berdasarkan perhitungan tersebut, nilai total WTP masyarakat RW 13 dan RW 17 Desa Sekarwangi adalah sebesar Rp 840.000bulan.
Jika perhitungan nilai ekonomi berdasarkan median nilai WTP tersebut yaitu sebesar Rp. 20.000 per bulan dan dikalikan dengan 12 bulan untuk
mencapai nilai ekonomi dalam cakupan tahun maka didapatkan nilai Rp. 240.000. Nilai ekonomi tersebut kemudian dikalikan dengan jumlah KK yang
mau membayar yang berada di RW 11 dan RW 13 yaitu 316 KK 84 dari populasi masyarakat yaitu 394 orang. Berdasarkan perhitungan tersebut
didapatkan nilai ekonomi fungsi hidrologis sebesar Rp. 75.840.000 per tahun. Perhitungan tersebut dapat dilihat di rumus berikut:
Ni = Median WTP X Q Ni = Rp. 240.000 per tahun x 316 orang
Ni = Rp. 75.840.000 per tahun
Keterangan Ni
= Nilai ekonomi jasa hidrologis Q
= Jumlah penduduk Median WTP
= Nilai Tengah WTP per tahun 6. Evaluasi pelaksanaan CVM
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, diperoleh nilai adjusted R
2
sebesar 50. Nilai 50 mempunyai arti bahwa sebesar 50 keberagaman nilai WTP mampu dijelaskan oleh faktor
– faktor yang ada dalam model Jumlah Tanggungan, Pendapatan, Pengeluaran, Pendidikan terakhir, Jenis Kelamin,
Usia, Biaya pengeluaran air bersih, Kependudukan dan Pekerjaan Tambahan dan Persepsi Kualitas Air dan sisanya sebesar 50 dijelaskan di luar model
Lampiran 2 .
c. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP
Penelitian ini dilakukan untuk menduga nilai WTP sebagai pendekatan nilai fungsi jasa hidrologis. Pengambilan setiap keputusan untuk memberikan
nilai oleh masyarakat tentu dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang mempengaruhi. Oleh karena itu, perlu dilakukannya pendugaan variabel bebas
yang akan memudahkan penelitian. Variabel bebas tersebut dapat didapatkan
dari literatur dan keadaan lapang. Pada penelitian ini, penduga variabel –
variabel bebas yang mempengaruhi responden dalam menentukan nilai WTP akan dianalisis menggunakan model regresi liner berganda.
Model regresi tersebut dapat dikatakan baik jika tidak melanggar asumsi klasik, tidak adanya multikolineritas, tidak adanya heteroskedastisitas, tidak
adanya autokolerasi dan uji asumsi normalitas. Hasil uji tersebut dalam analisis faktor
– faktor yang mempengaruhi nilai WTP adalah sebagai berikut: 1.
Uji Multikolinearitas Pengujian ada atau tidaknya multikolinearitas dapat diketahui
berdasarkan nilai VIF. Pada tabel nilai WTP yang telah diuji dapat dilihat bahwa semua nilai VIF menunjukkan nilai kurang dari 10. VIF 10 ini menunjukkan
tidak ada pelanggaran multikolinieritas Lampiran 4 2.
Uji Normalitas Uji Normalitas dilakukan dengan uji Kolmogrov-Smirnov yang
menggunakan SPSS 14, dalam uji tersebut nilai Asymp. Sig 2-tailed memiliki nilai sebesar 0, 932 atau lebih besar pada taraf nyata 15.Lampiran 5. Pada uji
ini distribusi data adalah normal. 3.
Uji Autokorelasi Asumsi klasik selanjutnya adalah tidak adanya autokorelasi yang terjadi
dalam model. Uji autokolerasi dapat dilihat pada hasil regresi menggunakan SPSS 14 melalui uji Durbin
– Watson. Firdaus 2011 menyatakan bahwa nilai DW yang berada di selang 1,55
– 2,46 menunjukkan tidak adanya autokolerasi. Nilai yang didapat dalam penelitian ini adalah 2,136 dan berada diantara selang
tersebut sehingga tidak adanya indikasi adanya autokorelasi Lampiran 6. 4. Uji Heterokedastisitas
Uji yang dilakukan untuk menduga model dalam penelitian ini memiliki heterokedastisitas atau tidak dapat dilihat melalui Grafik Scatterplot. Hasil dari
Grafik Scatterplot Lampiran 7 memperlihatkan bahwa titik – titik menyebar
secara acak. Hal ini dapar disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah heterokedastis pada model regresi ini. Model regresi ini tidak melanggar asumsi
klasik dalam model regresi sehingga layak untuk digunakan.
Penelitian ini memuat sepuluh variabel bebas yang menjadi faktor –
faktor yang berpengaruh pada besarnya nilai WTP yang ditentukan oleh responden. Variabel
– variabel yang menjadi variabel bebas tersebut adalah jumlah tangungan, pendapatan, pengeluaran, pendidikan terakhir, jenis kelamin,
usia, biaya yang dikeluarkan terkait air bersih, kependudukan, pekerjaan tambahan, pendidikan dan persepsi kualitas air.
Hasil dari analisis regresi berganda yang menggunakan ke sepuluh faktor
—faktor tersebut dapat dianalisis variabel yang berpengaruh nyata terhadap besarnya nilai WTP dan variel mana yang tidak berpengaruh secara
nyata terhap nilai WTP. Berdasarkan hasil analisis, model regresi berganda yang dihasilkan dalam penelitiaan ini adalah:
WTP: 7,470 + 0,910 JT+ 0,006 PDPT- 0,008 PENG+ 0,268 BPAB+
1,271 KPD +2,269 PKT + 1,905 DK + 2,698 JK +0,047U-6,358 PKA
Analisis regresi berganda menggunakan software SPSS 14. Hasil analisis secara lebih lengkap dapat dlihat pada Tabel 11:
Tabel 11 Faktor – faktor yang mempengaruhi WTP responden
Variabel B
T Sig.
VIF
Constant 7,470
0,523 0,604
Jumlah tanggungan JT 0,910
0,492 0,626
1,406 Pendapatan PDPT
0,006 2,992
0,005 1,545
Pengeluaran PENG -0,008
-2,677 0,011
1,225 Biaya pengeluaran air
bersih BPAB 0,268
4,638 0,000
1,296 Kependudukan KPD
1,271 0,235
0,815 1,428
Pekerjaan Tambahan PKT
2,269 0,343
0,734 1,242
Pendidikan PDK 1,905
0,806 0,425
1,504 Jenis Kelamin JK
2,698 0,526
0,602 1,213
Usia U 0,047
0,264 0,793
1,247 Persepsi Kualitas Air
PKA -6,358
-0,142 0,217
1,258
R-Square 60,5
Adjusted R-Square 50
Durbin Watson 2,136
Ket:
Nyata pada taraf α = 1
Nyata pada taraf α = 15
Variabel Pendapatan PDPT memiliki nilai koefisien 0,006 yang berarti jika jumlah pendapatan responden bertambah satu rupiah maka nilai WTP akan
naik sebesar Rp 0,006. Hal ini dikarenakan semakin tinggi pendapatan responden keinginan untuk membayar jasa lingkungan air bersih akan semakin
tinggi. Tingkat pendapatan berpengaruh nyata dengan Sig. 0,008 pada taraf nyata 1.
Variebel Pengeluaran PENG memiliki nilai koefisien -0,008 yang berarti jika jumlah pengeluaran responden bertambah satu rupah maka nilai
WTP akan turun sebesar Rp. 0,008. Pengeluaran responden yang semakin bertambah akan megurangi kesediaan membayar responden. Variabel ini
memiliki sig. sebesar 0,011 yang berpengaruh nyata pada taraf 15 . Variabel Biaya Pengeluaran Air Bersih BPAB memiliki nilai koefisein
sebesar 0,268 yang memiliki arti jika biaya yang dikeluarkan oleh responden untuk biaya air bersih bertambah sebesar satu rupiah maka nilai responden
terkait fungsi hidrologis akan naik sebesar Rp. 0,268. Nilai pembelian air bersih ini memliki sig sebesar 0,000 yang berarti berpengaruh nyata pada taraf nyata
1. Variabel pendidikan, jenis kelamin, kependudukan, pekerjaan tambahan
dan usia dalam model ini tidak berpengaruh nyata. Nilai P value masing -masing tersebut
lebih besar dari taraf α = 0,05 5. Variabel–variabel tersebut hanya menyebabkan perubahan yang kecil dibandingkan variabel lainnya yang
signifikan.
2. Nilai Ekonomi Penyimpanan Karbon
Pada ekosistem daratan, cadangan karbon disimpan dalam tiga komponen pokok, yaitu: 1 Bagian hidup biomasa: masa dari bagian vegetasi yang masih
hidup yaitu batang, ranting dan tajuk pohon berikut akar atau estimasinya, tumbuhan bawah atau gulma dan tanaman semusim, 2 Bagian mati
nekromasa: masa dari bagian pohon yang telah mati jika yang masih tegak di lahan batang atau tunggul pohon, kayu tumbangtergeletak di permukaan
tanah, tonggak atau ranting dan daun-daun gugur seresah yang belum terlapuk, 3 Tanah bahan organik tanah: sisa makhluk hidup tanaman, hewan dan
manusia yang telah mengalami pelapukan baik sebagian maupun seluruhnya