17
3.4.2 Penelitian Pengaruh Suhu Pengeringan
Setelah penentuan kebutuhan pasteurisasi dan kadar maltodekstrin, penelitian dilanjutkan dengan mengamati perlakuan suhu pada empat tingkat yaitu suhu 150
o
C, 160
o
C, 170
o
C, dan 180
o
C dan masing-masing sebanyak tiga kali ulangan. Maltodekstrinbahan pengisi yang diberikan adalah
pada kadar 20 dengan tidak adanya penambahan perlakuan pasteurisasi.
3.5 Rancangan Percobaan
Model rancangan percobaan adalah rancangan acak lengkap RAL tunggal dengan jumlah perlakuan dan ulangan seimbang. Ulangan sebanyak tiga kali. Perlakuan yang digunakan adalah suhu
pengeringan kode A. Persamaan RAL ada pada persamaan 3 berikut ini: Y
ik
= µ+ A
i
+ E
k i
3 Keterangan:
Y
ik
= nilai pengamatan pada perlakuan suhu pengeringan taraf ke-i faktor A pada ulangan
ke-k µ
= nilai rataan umum
A
i
= pengaruh perlakuan suhu pengeringan pada taraf ke-i
E
k i
= interaksi pengaruh suhu pengeringan taraf ke-i
i =
suhu pengeringan k
= ulangan
Selanjutnya jika data yang diproses dengan software SPSS 17.0, diperoleh analisa ragam berbeda nyata, kemudian dilanjutkan dengan uji Wilayah Berganda Duncan DMRT untuk
mengetahui lebih lanjut adanya perbedaan dalam perlakuan dan uji non-parametrik untuk mencari pengaruh perlakuan terhadap uji organoleptik. Setelah itu dilanjutkan membuat kurva regresi untuk
hasil yang berbeda nyata.
3.6 Pengamatan
3.6.1 Rendemen
Rendemen adalah persentase hasilberat akhir suatu produk dan dibandingkan dengan berat awal bahan tersebut. Perhitungan rendemen ada pada persamaan 4 berikut ini:
4
18
3.6.2 Pengukuran Warna
Pengukuran warna menggunakan chromameter. Hasil pengukuran dinyatakan dalam sistem Hunter yang dicirikan dengan notasi L, a, b. Notasi L menyatakan parameter kecerahan yang
memiliki nilai dari 0 hitam sampai 100 putih, notasi a menyatakan warna kromatik campuran merah-hijau dengan nilai +a dari 0 sd 80 adalah merah dan –a 0 sd -80 adalah hijau, sedangkan
notasi b menyatakan warna kromatik campuran kuning-biru dengan nilai +b 0 sd 70 adalah kuning dan nilai –b 0 sd -70 adalah biru.
3.6.3 Sebaran Tepung
Sebaran tepung adalah sebuah pengamatan mengenai persentase sebaran tepungtepung pada beberapa ukuran mesh pada ayakan. Mesh yang digunakan adalah ukuran nomor 38 in 9.5 mm,
mesh 4 4.75 mm, mesh 8 2.36 mm, mesh 14 1.4 mm, mesh 16 1.18 mm, mesh 25 0.6 mm,
mesh 30 710 µm, mesh 50 300 µm, dan mesh 100 150 µm.
3.6.4 Densitas Kamba 3.6.4.1 Densitas kamba tanpa pemadatan
Sampel dimasukkan dalam gelas ukur 10 ml yang sudah diketahui beratnya sampai volume tertentu, kemudian ditimbang kembali sehingga diperoleh berat produk. Densitas kamba ditentukan
dengan cara membagi berat sampel dengan volume ruang yang ditempatinya dan dinyatakan dalam kgm
3
.
3.6.4.2 Densitas kamba dengan pemadatan
Sampel dimasukkan ke dalam gelas ukur 10 ml yang sudah diketahui beratnya sampai volume tertentu, kemudian dilakukan pemadatan sampai volumenya konstan lalu ditimbang. Kerapatan
pemadatan tumpukan ditentukan dengan cara membagi berat sampel dengan volume ruang yang ditempatinya setelah pemadatan dan dinyatakan dalam satuan kgm
3
.
3.6.5 Kelarutan Dalam AirGravimetri
Sampel sebanyak 1 g dilarutkan dalam 20 ml air. Kemudian disaring dengan kertas saring yang telah terlebih dahulu dikeringkan dan bobotnya ditimbang. Setelah itu, kertas saring dikeringkan
dalam oven dengan suhu 105
o
C sampai bobotnya tetap. Menurut Purba 2003, rumus kelarutan dalam air seperti pada persamaan 5 berikut ini:
5
19
dimana A = bobot kertas saring yang telah dikeringkan g B = bobot kertas saring kering awal g
C = bobot sampel kering g
3.6.6 Kadar Air
Menurut AOAC 1995, pengujian kadar air dapat dilakukan sebagai berikut: cawan alumunium dikeringkan dalam oven selama 15 menit dan didinginkan dalam desikator 10 menit,
sampel buah jambu ditimbang dalam wadah sebanyak ±5 g a, sedangkan sampel tepung ditimbang sebanyak ±2 g a, cawan beserta isi dikeringkan dalam oven dengan suhu pengeringan 105
o
C selama ±48 jam, cawan dipindahkan kedalam desikator lalu didinginkan dan berat akhir bahan ditimbang b.
Rumus kadar air bk seperti pada persamaan 6 berikut ini:
6 dimana : a = berat bahan awal g
b = berat bahan akhir g Rumus kadar air bk digunakan pada perhitungan kadar air karena menunjukkan banyaknya
air yang diuapkan per berat bahan kering setelah pengeringan, sehingga total kandungan padatan lebih diketahui.
3.6.7 Total Padatan Terlarut