14
Artemia sp dengan frekuensi pemberian 5 kalihari yaitu pukul 07.00, 11.00, 15.00, 19.00 dan 23.00 WIB . Setelah 6 hari kepadatan diturunkan menjadi 5
ekorliter dan pakan yang diberikan berupa cacing Tubifex sp hidup. Agar kualitas air tetap baik maka dilakukan penyiponan kotoran setiap hari sebelum dilakukan
pemberian pakan pertama pada pagi hari. Penggantian air dilakukan pada hari ke 4, 6, 8, 10, 12, 14 dan 16. Susanto, 2009.
2.3. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tema penelitian yang dilakukan, diantaranya adalah mengenai sumber-sumber risiko agribisnis, metode
analisis risiko dan strategi pengelolaan risiko.
2.3.1. Sumber-Sumber Risiko Agribisnis
Sumber-sumber penyebab risiko pada usaha perikanan sebagian besar disebabkan oleh faktor-faktor seperti perubahan suhu, hama dan penyakit,
penggunaan input serta kesalahan teknis human error dari tenaga kerja. Pada umumnya risiko tersebut dapat diminimalisasi dengan menggunakan berbagai
cara seperti penggunaan teknologi terbaru, penanganan yang intensif, dan pengadaan input yang berkualitas.
Penelitian Sahar 2010 menemukan bahwa sumber-sumber risiko pada pembenihan larva ikan bawal air tawar
di Ben’s Farm Bogor adalah risiko produksi dan risiko pasar. Risiko produksi dalam penelitian Sahar 2010 terdapat
beberapa sumber risiko diantaranya adalah penyakit yang menyerang induk dan larva ikan bawal air tawar, faktor cuaca, dan faktor manusia serta kerusakan
peralatan teknis di perusahaan. Sedangkan untuk risiko pasar terdapat beberapa sumber risiko yang sangat mempengaruhi keberlangsungan perusahaan,
diantaranya fluktuasi harga input dan fluktuasi harga benih. Pada penelitian tersebut, peneliti menggunakan peta risiko untuk mengklasifikasi sumber-sumber
risiko yang ada, hal tersebut bertujuan untuk mempermudah dalam mencari alternatif penanganan risiko yang harus dilakukan oleh perusahaan.
Dalam peta risiko sumber risiko yang berada pada kuadran satu dan kuadran empat tidak teridentifikasi sumber risikonya. Untuk sumber risiko yang
berada di kuadran dua adalah risiko produksi yaitu cuaca dan risiko harga yaitu fluktuasi harga jual larva. Sedangkan sumber risiko yang berada di kuadran tiga
15
adalah risiko produksi, yaitu penyakit yang menyerang indukan, penyakit white spot yang menyerang larva,kerusakan peralatan teknis dan faktor manusia,
sedangkan untuk sumber risiko pasar di kuadran tiga adalah fluktuasi harga input. Hal tersebut tidak berbeda dengan penelitan Lestari 2009, sumber-sumber risiko
dalam usaha pembenihan udang vannamei dengan mengambil studi kasus di PT Suri Tani Pemuka Serang, Banten. Pada penelitiaan tersebut terdapat sumber
risiko pasar yang dihadapi, yaitu fluktuasi harga input. Untuk sumber Risiko operasional diantaranya adalah pengadaan induk udang vannamei yang
didatangkan dari Hawai, Amerika Serikat dengan tingkat risiko sekitar tiga persen. Hal ini disebabkan induk yang didatangkan oleh perusahaan harus
melewati proses karantina terlebih dahulu sehingga meminimumkan risiko. Selain itu sering ditemukan kasus induk udang vannamei yang mengalami stress
dikarenakan proses distribusi yang memakan waktu dan juga adanya perbedaan suhu yang relatif besar. Adapun sumber operasional lainnya adalah faktor
penyakit, cuaca, mortalitas dan kerusakan pada peralatan teknis. Berbeda dengan Siregar 2010 dan Silaban 2011 dalam penelitiannya
tentang analisis risiko produksi pembenihan lele dumbo pada Family Jaya 1 Kota Depok dan analisis risiko produksi ikan hias pada PT Taufan Fish Farm di Kota
Bogor, sumber-sumber risiko hanya terdapat dalam risiko produksi. Sumber risiko tersebut diantaranya adalah kesalahan dalam melakukan seleksi induk, cuaca,
perubahan suhu air, kualitas pakan, hama dan penyakit. Sedangkan untuk sumber risiko pasar hampir tidak ada pada perusahaan mereka, hal tersebut dilihat dari
harga benih dan harga input yang cenderung stabil setiap tahunnya. Berdasarkan penelitian terdahulu diperoleh variabel-variabel yang menjadi
sumber risiko pasar yaitu fluktuasi harga pakan, fluktuasi harga benih, dan fluktuasi harga induk. Sedangkan untuk sumber risiko produksi, yaitu cuaca, hama
dan penyakit, kerusakan teknis, kesalahan dalam melakukan seleksi induk, cuaca, perubahan suhu air, dan kualitas pakan. Variabel-variabel tersebut dapat
digunakan sebagai dasar untuk menelusuri dan memeriksa hal-hal yang berpotensi menjadi sumber risiko pada Darmaga Fish Culture.
16
2.3.2. Metode Analisis Risiko