Pembenihan Patin Siam Analisis Risiko Produksi Pembenihan Patin Siam (Pangasius hyphothalmus) pada Darmaga Fish Culture, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor

12 Untuk saat ini, jenis patin yang berkembang adalah Pangasius hyphothalmus atau patin siam. Ikan patin siam merupakan salah satu jenis ikan yang cukup populer di masyarakat karena sudah cukup lama di Indonesia dan memiliki berbagai kelebihan dibandingkan ikan jenis lainnya, diantaranya mudah beradaptasi dengan lingkungan, memiliki respon positif terhadap pemberian pakan tambahan, fekunditas telurnya tinggi, dan beratnya cukup menjanjikan menyebabkan patin siam termasuk ikan yang mudah diterima masyarakat dan sudah menyebar hampir ke seluruh pelosok tanah air 7 . Akan tetapi, dengan adanya jenis-jenis ikan patin tersebut akan memberikan alternative yang beragam bagi pembudidaya untuk memilih jenis ikan patin yang dianggap paling sesuai dan lebih menguntungkan untuk diusahakan.

2.2. Pembenihan Patin Siam

Ikan patin siam Pangasius hyphothalmus sulit memijah di kolam atau wadah pemeliharaan dan termasuk pula ikan yang kawin musiman. Oleh karena itu, pada umumnya dilakukan secara buatan karena selama ini belum ada orang yang berhasil memanipulasi lingkungan untuk merangsang patin agar mau memijah secara alami. Ikan patin siam memiliki kebiasaan memijah sekali setahun. Pemijahan alami biasanya terjadi pada musim hujan bulan November- Maret. Musim pemijahan ini juga dipengaruhi oleh iklim sesuatu daerah sehingga masing-masing daerah memiliki masa atau waktu pemijahan yang berbeda-beda. Untuk memijahkan induk patin siam secara buatan, bisa dilakukan dengan dua macam perangsang, yaitu penyuntikan dengan ovaprim atau dengan perangsang alami dari kelenjar hipofisa. Tetapi umumnya, pembudidaya lebih suka memijahkan patin siam dengan menggunakan obat perangsang ovaprim karena lebih praktis dan efisien. Induk yang akan disuntik hormon umumnya harus di seleksi dan melalui tahap pengecekan terlebih dahulu. Pengecekan induk betina dilakukan dengan cara kanulasi, bila diameter telur sudah mencapai 1,72 mm, induk siap dipijahkan. Jika diameter kurang dari 1,72 mm penyuntikan bisa dilakukan dengan menggunakan hormon HCG dengan dosis 500 IUkg dan diamati selama 1 x 48 jam, untuk merangsang perkembangan diameter. 7 www.binaukm.com.kondisi mikro ikan patin dalam usaha budidaya ikan patin diakses tanggal 5 april 2011 13 Pengamatan inti telur dengan cara merendam telur dalam larutan sera alkohol 99,5: Formaldehyde 40:Asam Asetat = 6:3:1. Bila inti telur tersebut sudah menepi, berarti induk sudah siap dipijahkan. Pada induk jantan, seleksi dilakukan dengan melihat alat kelamin yang agak menonjol dan bila diurut ke arah genital akan mengeluarkan cairan berwarna putih susu. Perbandingan induk betina dan jantan adalah 1: 2. Induk betina disuntik dua kali ovaprim dengan selang waktu 9 jam. Penyuntikan I sebanyak 13 dosis total, sedangkan penyuntikan II sebanyak 23 nya. Sedangkan Pengambilan sperma dilakukan dengan melakukan pengurutan ke arah lubang genital, dari beberapa induk jantan kemudian sperma disedot dengan spuit 25 cc yang telah diisi dengan larutan NaCl 0,9 dengan perbandingan 4 cc Na Cl dan 1 cc sperma. Selanjutnya telur yang keluar ditampung dalam wadah berupa baskom kecil. Pembuahan dimulai dengan mencampurkan telur dan sperma. Campuran tersebut diaduk secara perlahan-lahan menggunakan bulu ayam selama lebih kurang 3 menit. Setelah itu ditambahkan air bersih ke dalam campuran telur dan sperma, terus diaduk perlahan menggunakan bulu ayam selama 3 menit kemudian dicuci dengan air bersih. Pada proses pengeluaran telur dan sperma, induk betina dan jantan dibius untuk memudahkan penanganan dan mengurangi stres. Inkubasi telur menggunakan corong penetasan. Sebelum telur dimasukkan terlebih dahulu dilakukan pencucian menggunakan larutan tanah merah guna menghilangkan daya rekat telur. Larutan tanah merah dicampurkan ke dalam telur yang telah dibuahi, diaduk perlahan-lahan sampai daya rekat hilang. Terakhir telur dicuci dengan air bersih, kemudian dimasukkan kedalam corong penetasan dengan kepadatan 500- 750 cccorong suhu 28 C - 29 C. Telur akan menetas setelah 28 – 36 jam. Panen Larva dilakukan setelah telur dianggap selesai menetas paling lambat 6 jam setelah menetas sebelum telur yang tidak menetas hancur dan membusuk. Panen dilakukan dengan menyerok larva menggunakan skopnet halus. Larva patin siam yang baru menetas mempunyai panjang 0,4 cm dan berat rata-rata 2,3 mg, berwarna hitam dan bergerak sangat aktif yaitu berenang mendekati aerasi dan ke permukaan air. Larva dipelihara di akuariumfiber glass dengan kepadatan 10 ekorliter selama 6 hari. Pakan yang diberikan berupa naupli 14 Artemia sp dengan frekuensi pemberian 5 kalihari yaitu pukul 07.00, 11.00, 15.00, 19.00 dan 23.00 WIB . Setelah 6 hari kepadatan diturunkan menjadi 5 ekorliter dan pakan yang diberikan berupa cacing Tubifex sp hidup. Agar kualitas air tetap baik maka dilakukan penyiponan kotoran setiap hari sebelum dilakukan pemberian pakan pertama pada pagi hari. Penggantian air dilakukan pada hari ke 4, 6, 8, 10, 12, 14 dan 16. Susanto, 2009.

2.3. Penelitian Terdahulu