Proses Budidaya Ikan Patin

40

5.3.3 Aspek Permodalan

Modal yang dimiliki Darmaga Fish Culture terdiri dari modal lancar dan tidak lancar. Modal lancar adalah modal uang tunai yang dimiliki Darmaga Fish Culture sedangkan modal tidak lancar yaitu kepemilikan lahan, bangunan, peralatan dan perlengkapan usaha bisnis Darmaga Fish Culture. Modal yang dimiliki Darmaga Fish Culture sangat penting untuk digunakan dalam perencanaan kuantitas produksi sehingga rencana yang telah ditetapkan Darmaga Fish Culture dapat berjalan dengan baik. Pada awal berdiri, pemilik hanya memiliki modal berupa uang tunai sekitar Rp 250.000.000,- yang berasal dari modal pribadi. Modal tersebut digunakan pemilik untuk membeli lahan, membangun lokasi produksi serta kebutuhan yang menunjang seperti peralatan, perlengkapan produksi dan pengemasan.

5.4 Unit Bisnis

Unit Bisnis yang ada di Darmaga Fish Cuture terdiri hanya 1 unit bisnis saja yaitu pembenihan ikan Patin, berbeda saat dahulu Darmaga Fish Culture bergerak di komoditi ikan hias, Perusahaan melihat peluang pasar yang cukup menjanjikan di budidaya pembenihan ikan patin ini, karena itu perusahaan mencoba fokus didalam bisnis pembenihan ikan patin.

5.4.1 Proses Budidaya Ikan Patin

Adapun alur proses produksi pembenihan ikan patin yang terdapat di Darmaga Fish Culture dapat dilihat pada Gambar 6. 41 Gambar 6. Proses Produksi Pembenihan Ikan Patin di Darmaga Fish Culture A. Pemeliharaan induk 1. Tempat pemeliharaan Wadah pemeliharaan induk ikan patin berupa kolam air tenang dengan kontruksi tembok. Luas kolam yang ada di DFC untuk tempat pemeliharaan induk adalah 10 x 25 x 1,5 m yang dibagi 5 sekat dengan masing-masing ukuran 10 x 5 x 1,5 m dengan padat tebar 2 ekorm 2 . 2. Pemberian pakan Induk ikan patin perlu mendapatkan asupan pakan dengan jumlah yang cukup serta mutu yang baik. Kadar protein untuk pakan induk adalah 32 persen- 40 persen dengan tingkat pemberian pakan 2-3 persen dari bobot biomas ikanhari dengan frekuensi pemberian pakan 2 kalihari. Pakan yang diberikan pada induk ikan patin berupa pakan buatan, yaitu berupa pellet terapung. Jenis pellet yang digunakan DFC adalah jenis pellet terapung dengan merk turbo feed. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 1 kg kolam dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali, yaitu pagi dan sore. Penyiapan dan pemilihan induk patin Penyuntikan Stripping Penebaran telur di akuarium Penetasan telur Pemeliharaan : - Pemisahan telur yang menetas dengan yang tidak - Pemberian pakan - Penjagaan suhu - Pembersihan dan pengisian air akuarium - Pemberantasan hama dan penyakit Panen dan Pasca panen Pemeliharaan induk 42 B. Penyiapan dan pemilihan induk Induk merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha pembenihan ikan patin. Induk yang baik dan sehat tentu akan menghasilkan benih yang baik pula. Induk ikan patin yang akan disuntik dipijahkan harus diseleksi terlebih dahulu, yaitu dengan memilih induk-induk betina dan jantan yang telah matang gonad atau siap pijah. Penangkapan induk harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari agar ikan tidak stress. Cara penangkapan induk ikan patin yang dilakukan di DFC adalah dengan menggunakan jaring, penangkapan tersebut. Setelah dilakukan pemilihan dan penyeleksian induk, baru kemudian induk-induk patin tersebut disimpan dikolam untuk dilakukan penyuntikan nantinya. Satu ekor induk patin dapat dipijahkan sebanyak 4 kali dalam setahun dengan masa produktivitas 10 tahun. C. Penyuntikan Penyuntikan yang dilakukan oleh di DFC dilakukan dengan menggunakan ovaprim atau korullon yang berfungsi untuk membantu mematangkan sel telur dan memudahkan telur keluar dari perut induk. Sebelum dilakukan penyuntikan induk patin tersebut ditimbang terlebih dahulu untuk menentukan dosis yang diberikan, karena banyaknya dosis yang diberikan tergantung pada berat ikan patin tersebut. Induk yang disuntik hanya induk betina saja sedangkan induk jantan tidak mengalami proses penyuntikan. Dosis yang diberikan untuk induk betina adalah 0,5 mlkg ovaprim dan 0,5 mlkg chorullon. Penyuntikan tahap pertama dilakukan pada sore hari pada pukul 16.00 WIB dengan menggunakan chorullon dan tahap kedua dilakukan setelah selang waktu 24 jam dari penyuntikan tahap pertama dengan menggunakan ovaprim. Penyuntikan dilakukan oleh 2 orang dengan tujuan agar induk ikan tidak berontak, 1 orang memegangi induk patin, 1 orang lagi yang menyuntik. Sebelum disuntik ikan harus rileks terlebih dahulu dan bila perlu mata atau kepala ikan ditutup dengan menggunakan kain yang basah agar ikan tidak berontak. D. Stripping Proses stripping dilakukan pada pagi hari, dengan jangka waktu 24 jam setelah dilakukan penyuntikan. Stripping dilakukan dengan cara memijat bagian perut induk patin betina. Caranya adalah induk patin betina dipegang dengan 43 kedua tangan, tangan kiri memegang pangkal ekor sedangkan tangan kanan memegang perut bagian bawah, ujung kepala induk patin betina ditopangkan ke pangkal paha, selanjutnya perut diurut secara perlahan-lahan dari arah bagian depan ke arah bagian belakang dengan menggunakan jari tengah dan jempol, telur yang ada di dalam perut harus dikeluarkan sampai benar-benar tidak tersisa, telur- telur hasil stripping tersebut kemudian ditaruh dalam wadah berupa baskom,. Stripping yang dilakukan pada induk jantan tidak jauh berbeda dengan stripping yang dilakukan pada induk betina. Setelah sperma dikeluarkan kemudian disatukan dengan telur yang ada didalam wadah dengan menggunakan bulu ayam agar tercampur rata. Untuk meningkatkan fertilasi pembuahan, ditambahkan larutan NaCl ke dalam campuran telur dan sperma tadi. E. Penebaran telur ke dalam akuarium Setelah campuran telur dan sperma tadi merata, kemudian ditebar ke dalam akuarium. Akuarium yang akan ditebari telur, sebelumnya harus dikeringkan dan diisi dengan air bersih sampai kurang lebih 20 cm selama 1-2 hari sebelum telur ditebar. Setiap akuarium dapat ditebari telur sampai dengan 10.000- 15.000 telur, dan setelah telur itu ditebar ke dalam akuarium kemudian tiap akuarium yang berisi telur tersebut diberikan mytelin blue yang berguna sebagai antiseptic sebanyak 2 centong untuk tiap akuariumnya. F. Penetasan telur Penetasan telur yang ada di Darmaga Fish Culture menggunakan dua cara yaitu dengan menggunakan penetasan alami di dalam akuarium dan penetasan yang menggunakan corong. Penetasan dengan menggunakan corong sebenarnya lebih efisien karena larva yang menetas lebih mudah untuk dihitung serta larva yang dihasilkan lebih kuat dari pada larva yang dihasilkan dengan penetasan alami di akuarium. Resiko keracunan juga relatif rendah, karena kualitas air dapat mudah diperbaiki dengan menambahkan air segar. Sedangkan untuk penatasan secara alami kelemahannya adalah kita tidak dapat mengetahui berapa banyak jumlah telur yang menetas serta resiko larva keracunan relatif tinggi. Namun kelebihannya adalah tidak terlalu sering diperiksa keadaan kontinuitas aliran airnya. 44 Cara penetasan dengan menggunakan corong di DFC untuk saat ini sudah tidak dipergunakan lagi oleh pihak perusahaan. Hal ini dikarenakan tingkat keberhasilan telur menetas sangat rendah sehingga perusahaan lebih memilih penetasan menggunakan sistem alami yang tingkat penetesannya lebih baik dari pada sistem corong. G. Pemeliharaan 1. Pemisahan telur yang menetas dengan telur yang tidak menetas Pemisahan telur yang tidak menetas dengan yang menetas dilakukan dengan cara akuarium disedot airnya agar telur yang ada di dasar akuarium dapat terangkat dengan menggunakan selang, kemudian air dan sisa telur tersebut ditampung ke dalam wadah berupa ember plastik dan baskom, hingga akuarium bersih dari ampas telur dan sisa telur yang gagal. Benih ikan yang tersedot akan diambil dengan menggunakan centong dan dikembalikan ke akuarium. 2. Pemberian pakan Pemberian pakan dilakukan pada larva yang telah berumur 2 hari. Pakan yang digunakan adalah jenis pakan alami, yaitu artemia dan cacing sutera. a Artemia Pemberian pakan artemia dilakukan setelah telur-telur tersebut menetas yaitu dari hari ke-2 sampai hari ke-3. Satu kaleng artemia yang berukuran 425 gram idealnya dapat digunakan untuk 100.000 ekor larva, akan tetapi di Darmaga Fish Culture sendiri 0,5 kaleng artemia tersebut digunakan untuk 450.000 ekor larva. Pemberian pakan artemia dilakukan setiap 2 jam sekali. Pada hari ke-4 sampai hari ke-5 larva masih diberikan pakan artemia, tetapi pakan artemia diberikan bergantian dengan cacing sutera yang telah dipotong-potong halus dengan pisau. b Cacing Pakan cacing diberikan setelah benih berumur lebih dari 6 hari. Takarannya yaitu ¼ kg cacing ditambah dengan 13 liter air, dapat digunakan untuk 82 akuarium dengan takaran 1 centong per akuarium. Cacing-cacing yang akan digunakan untuk pakan harus dihaluskan terlebih dahulu dengan menggunakan pisau dan talenan baru kemudian dicampur dengan air. Pemberian 45 pakan cacing dilakukan setiap 3 jam sekali. Pemberian pakan ini diberikan sampai umur benih siap untuk panen. H. Penjagaan suhu Suhu didalam ruangan atau hatchery yang digunakan untuk pemeliharaan larva, harus selalu dijaga, jangan sampai suhu tersebut terlalu dingin ataupun terlalu panas. Suhu ideal ruangan adalah °C, jika suhu ruangan atau hatchery berada pada suhu dibawah 28°C-29°C maka harus dilakukan pemanasan ruangan dengan menggunakan kompor gas, yang diletakkan di tengah ruangan hatchery antar akuarium. Akan tetapi, jika suhu di ruangan sudah berada diatas 29°C, maka kompor gas tersebut dimatikan dan seluruh pintu ruangan dibuka agar suhunya turun. I. Pembersihan dan pengisian air akuarium Akuarium yang berisi larva atau calon benih harus selalu dalam keadaan bersih, setiap hari akuarium dibersihkan dengan cara menyifon atau membuang kotoran yang berada di dasar wadah akuarium dengan menggunakan selang kecil. Pergantian air dilakukan sebanyak 30-50 persen pada hari ketiga dengan air yang sesuai dengan kebutuhan hidup larva. Tujuan dilakukan penyiponan adalah untuk menghindari penumpukan bahan organi yang berasal dari kotoran, larva yang mati atau sisa pakan yang dapat mengakibatkan meningkatnya kandungan amoniak dalam air. Setelah dibersihkan kemudian akuarium diisi kembali dengan air bersih secara bertahap sampai batas 15 cm sebelum mulut akurium. Sebelum diisi dengan air, akuarium tersebut dimasukan air garam terkebih dahulu. Setiap akuarium dimasukan air garam sebanyak 2 centong. J. Pemberantasan hama dan penyakit Penyakit yang sering menyerang benih ikan patin adalah penyakit bakteri dan parasit. Bakteri yang umum menyerang benih ikan patin adalah bakteri Aeromonas dan White spot. Tanda-tanda benih yang terserang bakteri Aeromonas dalah permukaan tubuh ikan ada bagian-bagian yang berwarna merah darah terutama pada bagian dada, pangkal sirip dan perut, selaput lender berkurang dan tidak licin, di beberapa bagian tubuh ikan kulitnya melepuh, sirip rusak dan pecah-pecah, insang rusak dan berwarna keputih-putihan sampai kebiru-biruan dan ikan lemah, hilang keseimbangan serta mudah ditangkap. 46 Untuk benih yang terserang White spot tanda-tandanya adalah pada tubuh ikan terdapat bintik-bintik putih. Adapun cara pengobatan yang digunakan DFC untuk ikan yang terserang bakteri maupun penyakit adalah dengan menggunakan garam dapur NaCl dan cifrolicacim. K. Panen dan Pasca Panen Panen merupakan masa akhir pemeliharaan. Panen benih dilakukan dengan pertimbangan kebutuhan pasar atau telah tercapainya target ukuran, yaitu ukuan benih ¾ inchi. Sebelum dilakukan pemanenan ikan dipuasakan terlebih dahulu untuk mengosongkan perut, sehingga tidak banyak kotoran yang dikeluarkan pada saat pengangkutan. Lamanya pemuasaan disesuaikan dengan lamanya waktu tempuh dan transportasi. Untuk waktu tempuh 10 jam diperlukan pemuasaan minimal 24 jam. Sistem pengemasan dan pengangkutan di DFC menggunakan sistem tertutup yaitu dengan menggunakan kantong plastik yang diberi tambahan air dan oksigen. Perbandingan oksigen terlarut dan air adalah 2 : 1. Kapasitas angkut 50 gl air. 47 VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi