Langkah-Langkah Pembelajaran Experiential Learning
refleksi serta interpretasi, sedangkan mengajar berarti aktivitas menata lingkungan agar pembelajar termotivasi dalam menggali makna serta
menghargai ketidakmenentuan, dengan demikian pembelajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada
pengalamannya dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya. Fornot mengemukakan aspek-aspek konstruktivistik sebagai berikut:
adaptasi adaptation, konsep pada lingkungan the concept of environment, dan pembentukan makna the construction of meaning. Dari ketiga aspek
tersebut oleh J. Piaget bermakna yaitu adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi.
43
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep
ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya, sedangkan akomodasi dilakukan jika pengalaman baru itu tidak
cocok dengan skema yang telah ada. Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi
skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Konstruktivisme
Vygotskian memandang
bahwa pengetahuan
dikonstruksi secara kolaboratif antarindividual dan keadaan tersebut dapat disesuaikan oleh setiap individu.
44
Artinya, pengetahuan itu dikonstruksi oleh masing-masing pembelajar, tidak didapatkan secara mentah-mentah
langsung dari guru, pembelajar mengalami serangkaian proses pembelajaran yang pada akhirnya pengetahuan tersebut didapatkan, peranan guru dalam
konstruktivisme hanya sebagai fasilitator. Pengetahuan dikonstruksi bila seseorang terlibat secara sosial dalam dialog dan aktif dalam percobaan dan
pengalaman, oleh karena itu untuk mendapatkan pengetahuan yang bermakna, keaktifan siswa dalam pembelajaran konstruktivis sangat
diperlukan.
43
Ibid.
44
Ibid h.26.
Dalam teori belajar konstruktivistik, terdapat kelebihan dan kekurangan.
45
Kelebihan teori ini sebagai berikut. 1
Berpikir dalam proses membina pengetahuan baru, murid berpikir untuk menyelesaikan masalah, mengembangkan ide dalam membuat
keputusan. 2
Paham: oleh karena murid terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan
baru, mereka
akan lebih
paham dan
dapat mengaplikasikannya dalam semua situasi.
3 Ingat: oleh karena murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka
akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin murid melalui pendekatan ini membina sendiri kepahaman mereka. Justru mereka lebih yakin
menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru. 4
Kemahiran sosial: kemahiran sosial diperoleh apabila interaksi dengan rekan dan guru dalam membina pengetahuan baru.
5 Seronok: oleh karena mereka terlibat terus, mereka paham, ingat, yakin
dan berinteraksi dengan sehat, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.
Adapun kekurangannya sebagai berikut. 1
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses pembelajarannya di mana peran guru sebagai pendidik itu
sepertinya kurang begitu mendukung. 2
Lebih luas cakupan makna dan sulit dipahami. Teori konstruktivisme ini sesuai dengan pembelajaran yang
menerapkan model pembelajaran experiential learning karena dalam experiential learning pemahaman dibangun oleh siswa sendiri berdasarkan
pengalaman siswa tersebut dengan berpikir secara mandiri mengkonstruk ide-ide yang ada pada dirinya melalui pengalaman konkret, observasi
reflektif, konseptualisasi abstrak dan eksperimentasi aktif. Siswa dituntut untuk mengembangkan kesadaran berpikirnya sehingga dapat membentuk
pengetahuan sendiri dan mencari makna dari suatu yang mereka pelajari.
45
Ibid h. 30.