Hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukan bahwa data berdistribusi normal dan homogen, sehingga untuk pengujian hipotesis
digunakan analisis Independent Samples t-test yang terdapat pada aplikasi SPSS. Data yang digunakan dalam analisis perhitungan uji rata-rata
Independent Samples t-test formatnya sama dengan pengujian homogenitas pada uji prasyarat analisis sebelumnya. Data hasil perhitungan dengan
peragkat lunak SPSS disajikan pada tebel berikut.
Tabel 4.11 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
t-test for Equality of Means T
3,573 Df
54 Sig. 2-tailed
0,001 Mean Difference
11,269 Std. Error Difference
3,154 95 Confidence Interval
of the Difference Lower
4,945 Upper
17,593
Dari Tabel 4.11, analisis hasil uji perbedaan rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif matematis kelas ekperimen dan kelas kontrol pada aplikasi
SPSS dengan taraf kepercayaan 95 menunjukkan penolakan H , artinya
terdapat perbedaan secara signifikan antara kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini dapat terlihat dari
nilai t
hitung
= 3,573 dengan db = 54, sehingga diperoleh p-value = 0,0012 = 0,0005 0,05 atau H
ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas kontrol.
d. Effect Size Ukuran Efek
Ukuran Efek adalah besarnya efek yang ditimbulkan oleh parameter yang diuji di dalam pengajuan hipotesis. Setelah diketahui bahwa kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa dengan model pembelajaran experiential
learning lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, maka
dilakukan perhitungan effect size untuk menganalisis besarnya pengaruh yang
diakibatkan model pembelajaran experiential learning tersebut. Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan ukuran efek
diperoleh . Artinya model pembelajaran experiential learning
memberikan pengaruh tergolong besar terhadap kemampuan berpikir kreatif
matematis dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
2. Pembahasan
a. Proses Pembelajaran Matematika
Proses pembelajaran di kelas eksperimen berjalan dengan baik. Pada kelas eksperimen, siswa dibentuk dalam kelompok
– kelompok yang berjumlah 4-5 siswa untuk berdiskusi agar dapat merangsang siswa dalam
berpikir kreatif, khususnya dalam mengemukakan pendapat, ide atau gagasan serta melatih siswa menghargai pendapat orang lain. Setelah siswa bergabung
dalam kelompok, siswa diberikan LKS yang didalamnya memuat langkah- langkah pembelajaran dengan menggunakan experiential learning, kemudian
guru memantau jalannya diskusi dan membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan
– pertanyaan yang ada pada LKS. Pertanyaan – pertanyaan tersebut membantu siswa membentuk konsep baru dengan bahasa mereka
sendiri secara terurut. Model pembelajaran experiential learning memiliki langkah-langkah
yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif matematis. Langkah pertama model pembelajaran experiential learning adalah konkret-reflektif,
pada langkah ini siswa mengumpulkan informasi yang didapat dari pengalaman sebelumnya, dengan ini siswa terlatih dalam mengemukakan
gagasan sebanyaknya-banyaknya dan menyusun informasi yang sudah diketahui sebelumnya. Contoh tahap konkret-reflektif dapat dilihat pada
gambar berikut.