Kondisi Kebersihan Destinasi Pariwisata

1. Peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas-fasilitas pada tiap-tiap museum dan peninggalan bersejarah. 2. Peningkatan kebersihan, kenyamanan dan keamanan bagi para pengunjung. 3. Penyesuaian harga tiket dengan kemampuan wisatawan Sedangkan Bidang Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan juga memiliki strategi pengelolaan untuk menarik minat pengunjung sehingga jumlah kunjungan bisa terus meningkat, seperti 42 : 1. Pembuatan kembali kebun bunga 2. Peningkatan kualitas dan kuantitas TMSBK sebagai lembaga edukasi dan konservasi 3. Peningkatan sumber daya manusia SDM pengelola TMSBK Berdasarkan strategi pengelolaan yang diterapkan oleh tiap-tiap bidang pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi, diharapkan bisa menghasilkan destinasi pariwisata yang lebih inovatif tanpa harus meninggalkan sejarah budaya setempat. Karena tugas pokok dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi adalah melestarikan kebudayaan di Kota Bukittinggi sedangkan kepariwisataan merupakan tugas tambahan yang di limpahkan pemerintah pusat kepada Dinas terkait yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi 43 .

4.1.4 Kondisi Kebersihan Destinasi Pariwisata

Kebersihan destinasi pariwisata merupakan salah satu program dari sapta pesona. Kebersihan destinasi pariwisata sangat menentukan daya tarik destinasi tersebut. Destinasi wisata yang bersih akan membuat wisatawan betah dan ingin kembali mengunjungi destinasi tersebut. Kebersihan destinasi pariwisata dapat 42 Wawancara dengan Kabid Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi, Senin 25 Maret 2014 43 Wawancara dengan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi, Senin 24 Maret 2014 Universitas Sumatera Utara dilihat dari kebersihan sarana dan prasarana yang tersedia, termasuk lingkungan sekitar destinasi pariwisata. Kebersihan taman Jam Gadang masih kurang mendapat perhatian dari pengunjung sehingga masih bisa ditemui sampah yang berserakan di sekitar Jam Gadang, walaupun tempat sampah telah di sediakan oleh Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Bukittinggi 44 . Selain kebersihan yang harus diperhatikan lagi baik oleh pengunjung maupun Dinas terkait, penertiban pedagang kaki lima seperti penjual makanan maupun souvenir juga harus di benahi serta di bangun lokasi kusus agar tertata dengan rapi dan bisa dijadikan tambahan objek wisata di Kota Bukittinggi 45 . Berbeda dengan Jam Gadang, Taman Panorama memiliki petugas kebersihan sendiri yang disediakan oleh Dinas Pariwisata Kota Bukittinggi untuk menjaga kebersihan, sehingga kebersihan taman panorama bisa terjaga dengan baik. Karena pengelolaan kebersihan merupakan tugas yang cukup berat maka dinas pariwisata melakukan pendekatan secara kemanusiaan sehingga pekerjaan yang diselesaikan bisa maksimal serta juga di berikan pelatihan dan kegiatan studi banding 46 . Secara keseluruhan kondisi lingkungan destinasi pariwisata Kota Bukittinggi sudah mendapat perhatian dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi serta Dinas Terkait yang berhubungan dengan pemeliharaan kebersihan, akan tetapi dalam mencapai lingkungan yang bersih aman dan nyaman harus adanya hubungan timbal balik antara pemerintah, pihak swasta dan masyarakat baik pengunjung maupun masyarakat setempat. 44 Wawancara dengan pengunjung, Roni dari Pekan Baru, Sabtu 29 Maret 2014 45 Wawancara dengan pengunjung, Yelrisman dari Jambi, Minggu 30 Maret 2014 46 Wawancara dengan Kasi Pengelolaan Lobang Jepang dan Panorama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi, Jumat 21 Maret 2014 Universitas Sumatera Utara

4.2 Kondisi Lingkungan Eksternal Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota

Bukittinggi Lingkungan eksternal adalah lingkungan luar organisasi yang berada diluar dan tidak dapat dikendalikan oleh organisasi, namun dapat mempengaruhi organisasi baik yang bersifat positif maupun negatif. Lingkungan eksternal bersifat kompleks dan selalu berubah dari waktu ke waktu. Oleh sebab itu, diperlukan adaptasi dari organisasi terhadap lingkungannya agar mampu bertahan dan bersaing. Fenomena lingkungan eksternal perlu dikemukakan untuk memperoleh detil dan dimensi yang nantinya berguna untuk mengetahui faktor ancaman yang datangnya dari lingkungan eksternal maupun peluang yang diberikan oleh lingkungan eksternal itu. Sebagaimana kita ketahui faktor-faktor eksternal yang perlu dan penting diperhitungkan adalah faktor politik, faktor ekonomi, dan kondisi sosial budaya yang terjadi di masyarakat.

4.2.1 Faktor Politik

Faktor politik yang mencakup perkembangan lingkungan politik yang terjadi dalam hal ini menyangkut kebijakan-kebijakan politik yang terkait langsung dalam proses pembangunan yang terjadi di daerah, baik berupa undang-undang, komitmen politik, maupun kemampuan politik elite-elite di pusat dan daerah. Demikian juga perkembangan interaksi politik yang terjadi dengan segala akibat dan dampak yang terjadi dipermukaan. Dimensi politik ini akan berdampak atau menghasilkan suatu konsekwen sebagai peluang-peluang atau pun sebaliknya sebagai ancaman. Semenjak diberlakukannya Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 yaitu tentang pelaksanaan otonomi daerah yang memberikan kewenangan bagi daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri yang termasuk di dalamnya pengurusan potensi daerah seperti pengelolaan kepariwisataan yang ada didaerahnya tersebut. Universitas Sumatera Utara