Peningkatan kualitas dan kuantitas TMSBK sebagai lembaga Peningkatan sumber daya manusia SDM pengelola

TMSBK akan membuat kembali kebun bunga sehingga para wisatawan tidak hanya berwisata tetapi sekaligus belajar tentang sejarah TMSBK.

b. Peningkatan kualitas dan kuantitas TMSBK sebagai lembaga

edukasi dan konservasi Sebagai lembaga konservasi dan sarana edukasi, kualitas dan kuantitasnya perlu ditingkatkan lagi seperti penataan kandang, pemenuhan makan dan vitamin satwa maka satwa yang ada didalam TMSBK tidak perlu banyak, tetapi harus sehat dan terpenuhi semua kebutuhannya. Tetapi masih terdapat kendala seperti keterlambatan pencairan anggaran untuk pemenuhan kebutuhan satwa dan pengelolaan sarana dan prasarana TMSBK. Setelah ditunjuk menjadi lembaga konservasi TMSBK wajib menjadi BUMD dengan demikian perkembangan untuk kedepannya bisa lebih ditingkatkan lagi.

c. Peningkatan sumber daya manusia SDM pengelola

TMSBK Pada saat ini sumber daya manusia pengelola TMSBK masih dirasa kurang memiliki kompetensi karena terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan yang mengakibatkan kesulitan di dalam penerapan manejerial pengelolaan. Maka dari itu perlu dilakukan pelatihan dan pembinaan secara berkala demi menciptakan pengelola yang meiliki sumber daya manusia berkompeten di bidangnya. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan oleh peneliti tentang strategi pengelolaan destinasi pariwisata Kota Bukittinggi, maka dapat di tarik kesimpula sebagai berikut : 1. Pelaksanaan strategi pengelolaan yang di terapkan oleh Dinas Kebuadayaan dan Pariwisata masih belum optimal terlaksana di lapangan karena masih banyak kekurangan baik dari segi sumber daya manusia SDM, anggaran dan komitmen semua aparatur Dinas Kebudayaan dan Pariwisata terhadap peningkatan kualitas dan kuantitas pengelolaan destinasi pariwisata Kota Bukittinggi. Pada umumnya setiap bidang telah membuat strategi pengelolaan yang sesuai dengan potensi yang ada pada setiap destinasi yang dikelolanya, akan tetapi masih perlu pelatihan dan pembinaan. 2. Pelaku usaha pada umumnya masih memiliki pemikiran bahwa keuntungan adalah tujuan nomor satu. Dengan pola pikir seperti itu dapat mengakibatkan banyaknya keluhan dari pengunjung yang menyebabkan kurangnya minat pengunjung untuk membeli barang atau jasa dari Kota Bukittinggi sehingga pendapatan pelaku usaha besar maupun kecil menjadi berkurang. Maka di sinilah peran pemerintah sebagai pengelola Bidang Usaha dan Industri Wisata melakukan sosialisasi kepada semua pelaku usaha untuk merubah pola pikir menjadi pelayanan dan kepuasan sebagai tujuan nomor satu. Universitas Sumatera Utara