4.2 Kondisi Lingkungan Eksternal Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota
Bukittinggi
Lingkungan eksternal adalah lingkungan luar organisasi yang berada diluar dan tidak dapat dikendalikan oleh organisasi, namun dapat mempengaruhi organisasi baik
yang bersifat positif maupun negatif. Lingkungan eksternal bersifat kompleks dan selalu berubah dari waktu ke waktu. Oleh sebab itu, diperlukan adaptasi dari organisasi terhadap
lingkungannya agar mampu bertahan dan bersaing. Fenomena lingkungan eksternal perlu dikemukakan untuk memperoleh detil dan
dimensi yang nantinya berguna untuk mengetahui faktor ancaman yang datangnya dari lingkungan eksternal maupun peluang yang diberikan oleh lingkungan eksternal itu.
Sebagaimana kita ketahui faktor-faktor eksternal yang perlu dan penting diperhitungkan adalah faktor politik, faktor ekonomi, dan kondisi sosial budaya yang terjadi di
masyarakat.
4.2.1 Faktor Politik
Faktor politik yang mencakup perkembangan lingkungan politik yang terjadi dalam hal ini menyangkut kebijakan-kebijakan politik yang terkait langsung dalam
proses pembangunan yang terjadi di daerah, baik berupa undang-undang, komitmen politik, maupun kemampuan politik elite-elite di pusat dan daerah. Demikian juga
perkembangan interaksi politik yang terjadi dengan segala akibat dan dampak yang terjadi dipermukaan. Dimensi politik ini akan berdampak atau menghasilkan suatu
konsekwen sebagai peluang-peluang atau pun sebaliknya sebagai ancaman. Semenjak diberlakukannya Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 yaitu
tentang pelaksanaan otonomi daerah yang memberikan kewenangan bagi daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri yang termasuk di dalamnya pengurusan
potensi daerah seperti pengelolaan kepariwisataan yang ada didaerahnya tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Maka Kota Bukittinggi menjadikan pariwisata sebagai salah satu pendapatan asli daerah PAD. Untuk menghasilkan PAD yang tinggi, Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Bukittinggi membuat kebijakan-kebijakan strategis di dalam pengelolaan pariwisata sehingga Kota Bukittinggi bisa menjadi salah satu tujuan
wisata unngulan di Sumatera Barat, baik kebijakan-kebijakan strategis yang dikelola sendiri oleh Dinas terkait maupun dilakukannya kerjasama antara pemerintah
dengan swasta, pemerintah dengan masyarakat atau pemerintah, swasta dan masyarakat.
Walaupun telah di terapkan otonomi daerah dan kebijakan-kebijkan strategis telah di buat tetapi di dalam pengelolaan potensi pariwisata masih terdapat kendala,
seperti kebijakan pencairan anggaran yang mengalami keterlambatan sehingga menghambat peningkatan pelayanan serta kebijakan penentuan masa jabatan yang
tidak meiliki kejelasan waktu. Maka dapat disimpulkan bahwa faktor politik yang mempengaruhi lingkunga eksternal bisa saja memberikan keuntungan apabila
dilaksanakan secara bertanggung jawab dan sebaliknya bisa memberikan kerugian apabila tidak dilaksanakan sesuai dengan tujuan dari otonomi daerah.
4.2.2 Faktor Ekonomi