5.
Tingkat kebersihan destinasi pariwisata Kota Bukittinggi yang jauh dari harapan, sehingga harus mendapat perhatian terutama bagi para
pengunjung yang tingkat kesadaran akan kebersihan lingkungan yang
masih rendah.
4.3.2 Faktor Eksternal
Pada faktor eksternal ini akan dipaparkan secara ringkas faktor-faktor eksternal yang diidentifikasi sebagai peluang Opportunity yang dapat memberikan kontribusi
bagi arah kemajuan sektor pariwisata ini dan juga beberapa ancaman Threat yang dapat menghambat perkembangan industri pariwisata Kota Bukittinggi serta untuk
mengantisipasi secara dini dalam upaya mencari strategi pengelolaan yang jitu untuk mengatasi dan memenangkan tingkat persaingan yang terjadi pada lingkungan eksternal
yang kadang sulit untuk diduga sebelumnya.
4.3.2.1 Peluang yang dimiliki oleh destinasi pariwisata Kota
Bukittinggi
1. Munculnya Undang-Undang no 32 tahun 2004 yaitu tetang
kewenangan daerah mengurus daerahnya sendiri termasuk kedalamnya pengelolaan objek wisata daerahnya masing-masing.
2. Letak Kota Bukittinggi yang strategis, sehingga mudah menuju
kota Bukittinggi dapat ditempuh dari berbagai kota di Sumatra Barat. Bila menggunakan jalur darat, wisatawan dapat
menggunakan jalan lintas Sumatra yang membentang dari Propinsi Lampung hingga Nangroe Aceh Darussalam. Sedang, bagi
wisatawan yang menggunakan jalur udara, wisatawan dapat menggunakan titik pemberhentian di Kota Padang untuk
selanjutnya menempuh jalur Darat. Sedangkan untuk mengunjungi berbagai objek wisata di Kota Bukittinggi wisatawan dapat
Universitas Sumatera Utara
menggunakan berbagai moda angkutan umum yang tersedia merata
di Kota Bukittinggi.
3. Adanya dukungan dari berbagai stakeholder untuk pengembangan
kebudayaan dan kepariwisataan.
4. Adanya peraturan per Undang-Undangan tentang kepariwisataan
dalam meningkatkan pendapatan daerah Kota Bukittinggi.
5. Dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat
sekitar destinasi pariwisata Kota Bukittinggi. 4.3.2.2
Ancaman yang dimiliki oleh destinasi pariwisata Kota Bukittinggi
1. Terjadinya bencana alam seperti gempa bumi pada tahun 2013
yang sehingga mempengaruhi tingkat keamanan pengunjung di
Kota bukittinggi.
2.
Objek wisata yang ada di Kabupaten Kota tetangga seperti Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, dan Kabupaten Agam.
3.
Pola pikir masyarakat Kota Bukittinggi yang masih berpegang teguh pada nilai-nilai agama serta adat minangkabau yang ketat.
4. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian dan
pengelolaan destinasi pariwisata.
5. Kurangnya ketertiban pedagang yang berjualan di sekitar destinasi
Kota Bukittinggi sehingga mengurangi keindahan.
4.4.
Matrik SWOT dan Identifikasi Isu
Matriks SWOT digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi strategi apa yang akan diambil kedepannya dengan menggabungkan analisis dari faktor internal kekuatan
Universitas Sumatera Utara
dan kelemahan dan eksternal peluang dan ancaman yang pada akhirnya strategi tersebut dapat dipergunakan oleh organisasi untuk pengembangan organisasi dan bahkan
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan dalam organisasi.
Berdasarkan analisis terhadap fakta yang ada dan berdasarkan asumsi yang dibangun dari kerangka berfikir strategis, maka dapat ditemukan strategi-strategi yang dapat di gunakan
dimasa yang akan datang dalam rangka pengelolaan destinasi pariwisata Kota Bukittinggi.
Tabel dibawah ini akan menampilkan hasil dari teknik analisis SWOT yang dianalisis berdasarkan lingkungan internal yakni berupa kekuatan dan kelemahan serta
lingkungan eksternal yakni berupa peluang dan ancaman dalam pengelolaan destinasi pariwisata Kota Bukittinggi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1
Matriks SWOT Pengelolaan Destinasi Pariwisata Kota Bukittinggi
Kekuatan S
1.
Destinasi pariwisata Kota Bukittinggi memiliki udara yang
sejuk dan segar serta ditumbuhi oleh pepohonan dan bunga-bunga yang
indah sehingga memberikan kesan kenyamanan bagi para pengunjung.
2.
Terdapat berbagai macam jenis destinasi pariwisata yang
ditawarkan oleh Kota Bukittinggi, mulai dari wisata alam, wisata
kreasi, wisata budaya dan wisata kuliner khas Kota Bukittinggi.
3.
Setiap destinasi memiliki jarak yang relatif dekat atau mudah di akses
dengan berjalan kaki, sehingga memudahkan para wisatawan untuk
mengunjungi semua destinasi yang ada di Kota Bukittinggi.
4.
Terdapat strategi pengelolaan yang dilakukan oleh setiap bidang pada
Dinas Kebuadayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi untuk
meningkatkan kenyamanan dan daya tarik pengunjung dalam
menikmati destinasi pariwisata Kota Bukittinggi yaitu menfokuskan pada
unsur sejarah dan budaya pada setiap destinasi.
5.
Memiliki satu-satunya kebun binatang di tengah kota yang tidak
dimiliki oleh daerah-daerah lain.
6.
Akses yang mudah menuju kota Bukittinggi dapat ditempuh dari
berbagai kota di Sumatra Barat.
7.
Terdapat kerjasama dalam pengelolaan dengan mitra kerja
pariwisata seperti PHRI, ASITA, HPI, Dewan Kesenian dan sanggar-
sanggar kesenian di Kota Bukittinggi.
Kelemahan w
1. Sarana dan Prasarana objek wisata
yang belum memadai serta pengelolaan objek wisata yang
belum optimal, seperti masih banyaknya toilet umum yang rusak
dan kurangnya kebersihan, lahan parkir yang minim sehingga
mengakibatkan kesemrautan lalulintas di Kota Bukittinggi dan
kurang memadainya tempat duduk bagi pengunjung untuk menikmati
destinasi pariwisata bersama keluarga.
2. Keterbatasan sumber daya manusia
SDM yang tersedia pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
3. Tidak mencukupinya anggaran
sehingga kegiatan pengelolaan destinasi pariwisata tidak bisa
dilaksanakan secara penuh 100.
4. Pedagang kaki lima yang berjualan
di sekitar destinasi pariwisata Kota Bukittinggi yang belum tertata
secara rapi sehingga mengurangi keindahan destinasi pariwisata dan
kenyamanan para pengunjung.
5. Tingkat kebersihan destinasi
pariwisata Kota Bukittinggi yang jauh dari harapan, sehingga harus
mendapat perhatian terutama bagi para pengunjung yang tingkat
kesadaran akan kebersihan lingkungan yang masih rendah.
Peluang O
1. Munculnya Undang-Undang no
32 tahun 2004 yaitu tetang kewenangan daerah mengurus
daerahnya sendiri termasuk kedalamnya pengelolaan objek
wisata daerahnya masing-masing.
2. Letak Kota Bukittinggi yang
strategis, sehingga mudah menuju
Strategi ST Strategi yang dibuat untuk
menggunakan kekuatan untuk menangkap peluang
1.
Mempertahankan keadaan alam yang indah, udara yang sejuk dan
segar dengan melakukan kerjasama dalam pengelolaan destinasi
pariwisata dengan stakeholder yang Strategi WO
Strategi dibuat untuk meminimalisir kelemahan dalam mengambil
peluang yang ada
1. Meningkatkan pengelolaan kualitas
dan kuantitas sarana dan prasarana destinasi pariwisata karena Kota
Bukittinggi memiliki letak yang strategis sehingga pengunjung yang
Universitas Sumatera Utara
kota Bukittinggi dapat ditempuh dari berbagai kota di Sumatra
Barat. Bila menggunakan jalur darat, wisatawan dapat
menggunakan jalan lintas Sumatra yang membentang dari
Propinsi Lampung hingga Nangroe Aceh Darussalam.
Sedang, bagi wisatawan yang menggunakan jalur udara,
wisatawan dapat menggunakan titik pemberhentian di Kota
Padang untuk selanjutnya menempuh jalur Darat.
Sedangkan untuk mengunjungi berbagai objek wisata di Kota
Bukittinggi wisatawan dapat menggunakan berbagai moda
angkutan umum yang tersedia merata di Kota Bukittinggi.
3. Adanya dukungan dari berbagai
stakeholder untuk pengembangan kebudayaan dan kepariwisataan
4. Adanya peraturan per Undang-
Undangan tentang kepariwisataan dalam meningkatkan pendapatan
daerah Kota Bukittinggi.
5. Dapat meningkatkan perekonomi
dan kesejahteraan masyarakat sekitar destinasi pariwisata Kota
Bukittinggi. ada di Kota Bukittinggi.
2. Meningkatkan kualitas pengelolaan
setiap destinasi pariwisata yang ditawarkan Kota Bukittinggi dengan
memanfaatkan letak Kota Bukittinggi yang strategis.
3. Melaksanakan strategi pengelolaan
yang telah di bentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan
sehingga dapat mencapai tujuan secara optimal.
4. Jarak setiap destinasi yang relatif
dekat dapat memudahkan pedagang menjual barang dagangannya ke
berbagai destinasi sehingga dapat meningkatkan pendapat.
5. Dengan adanya kerjasama Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi dengan mitra kerja
pariwisata akan dapat meningkatkan perekonomian.
semakin hari semakin bertambah akan merasa nyaman dan mudah
mengakses setiap destinasi yang ada.
2. Meningkatkan kualitas sumber
daya manusia SDM pengelola destinasi pariwisata dengan
pelatihan dan pembinaan dengan melibatkan dukungan dari berbagai
stakeholder.
3. Dengan dukungan dari berbagai
stakeholder maka bisa mengoptimalkan anggaran
pengelolaan destinasi pariwisata.
4. Menata ulang tempat berjualan
pedagang berdasarkan undang- undang maupun peraturan
pemerintah tentang perizinan dan tata letak kawasan perdagangan
dalam rangka menghasilkan destinasi pariwisata yang tertata
rapi dan indah.
Ancaman T
1. Terjadinya bencana alam seperti
gempa bumi pada tahun 2013 yang sehingga mempengaruhi
tingkat keamanan pengunjung di Kota bukittinggi.
2. Objek wisata yang ada di
Kabupaten Kota tetangga seperti Kabupaten Tanah Datar, Kota
Padang Panjang, dan Kabupaten Agam.
3. Pola pikir masyarakat Kota
Bukittinggi yang masih berpegang teguh pada nilai-nilai
agama serta adat minangkabau yang ketat.
4. Kurangnya kesadaran masyarakat
terhadap pelestarian dan pengelolaan destinasi pariwisata.
5. Kurangnya ketertiban pedagang
yang berjualan di sekitar destinasi Kota Bukittinggi sehingga
mengurangi keindahan.
Strategi ST Strategi yang dihasilkan akan
menciptakan suatu kekuatan untuk menghindari ancaman yang dihadapi
1. Menonjolkan keunikan destinasi
pariwisata yang ada dalam menghadapi persaingan dengan
objek wisatadi kabupaten atau kota lain.
2. Memberikan jaminan kemanan dan
kenyamanan kepada wisatawan dengan jalan kerjasama dengan
PHRI, ASITA, HPI, Dewan Kesenian dan sanggar-sanggar
kesenian yang ada di Kota Bukittinggi.
3. Melakukan sosialisasi kepada
masyarakat sekitar untuk menumbuhkan kesadaran
masyarakat dalam rangka pengelolaan destinasi pariwisata.
4. Mengikutsertakan pedagang-
pedagang yang berjualan di sekitar destinasi ke dalam organisasi bina
usaha sehingga para pedagang bisa terorganisir dan tertata dalam
berjualan.
Strategi WT Strategi yang dihasilkan bertujuan
untuk meminimalkan kelemahan dengan menghindari ancaman-
ancaman yang dihadapi
1. Meningkatkan kualitas sumber
daya manusia SDM di dalam pengelolaan destinasi pariwisata
untuk dapat bersaing dengan destinasi wisata daerah lain.
2. meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap pengelolaan destinasi pariwisata dengan
memperhatikan kebersihan demi menciptakan kenyamanan bagi
para wisatawan.
3. Menata ulang lokasi berjualan para
pedagang baik pedagang skala besar maupun skala kecil sehingga
bisa meminimalisisr kesemrautan kota kususnya destinasi pariwisata.
Universitas Sumatera Utara
Setelah melakukan analisis dengan menggunakan analisis matriks SWOT maka diperoleh isu-isu strategis yang berasal dari kombinasi antara faktor internal dan eksternal
dari organisasi. Adapun isu-isu strategis ini merupakan kondisi yang harus diperhatikan kedepannya sebagai langkah untuk pengelolaan destinasi pariwisata Kota Bukittnggi.
Adapun isu strategis yang ditemukan dari hasil analisis dengan mengunakan Matrik SWOT adalah sebagai berikut:
1. Mempertahankan keadaan alam yang indah, udara yang sejuk dan segar dengan
melakukan kerjasama dalam pengelolaan destinasi pariwisata dengan stakeholder yang ada di Kota Bukittinggi.
2. Meningkatkan kualitas pengelolaan setiap destinasi pariwisata yang ditawarkan
Kota Bukittinggi dengan memanfaatkan letak Kota Bukittinggi yang strategis. 3.
Melaksanakan strategi pengelolaan yang telah di bentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan sehingga dapat mencapai tujuan secara optimal.
4. Jarak setiap destinasi yang relatif dekat dapat memudahkan pedagang menjual
barang dagangannya ke berbagai destinasi sehingga dapat meningkatkan pendapat.
5. Dengan adanya kerjasama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi
dengan mitra kerja pariwisata akan dapat meningkatkan perekonomian. 6.
Meningkatkan pengelolaan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana destinasi pariwisata karena Kota Bukittinggi memiliki letak yang strategis sehingga
pengunjung yang semakin hari semakin bertambah akan merasa nyaman dan mudah mengakses setiap destinasi yang ada.
7. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia SDM pengelola destinasi
pariwisata dengan pelatihan dan pembinaan dengan melibatkan dukungan dari berbagai stakeholder.
Universitas Sumatera Utara
8. Dengan dukungan dari berbagai stakeholder maka bisa mengoptimalkan
anggaran pengelolaan destinasi pariwisata. 9.
Menata ulang tempat berjualan pedagang berdasarkan undang-undang maupun peraturan pemerintah tentang perizinan dan tata letak kawasan perdagangan
dalam rangka menghasilkan destinasi pariwisata yang tertata rapi dan indah. 10.
Menonjolkan keunikan destinasi pariwisata yang ada dalam menghadapi persaingan dengan objek wisatadi kabupaten atau kota lain.
11. Memberikan jaminan kemanan dan kenyamanan kepada wisatawan dengan jalan
kerjasama dengan PHRI, ASITA, HPI, Dewan Kesenian dan sanggar-sanggar kesenian yang ada di Kota Bukittinggi.
12. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar untuk menumbuhkan
kesadaran masyarakat dalam rangka pengelolaan destinasi pariwisata. 13.
Mengikutsertakan pedagang-pedagang yang berjualan di sekitar destinasi ke dalam organisasi bina usaha sehingga para pedagang bisa terorganisir dan tertata
dalam berjualan. 14.
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia SDM di dalam pengelolaan
destinasi pariwisata untuk dapat bersaing dengan destinasi wisata daerah lain.
15. meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan destinasi pariwisata
dengan memperhatikan kebersihan demi menciptakan kenyamanan bagi para
wisatawan.
16. Menata ulang lokasi berjualan para pedagang baik pedagang skala besar maupun
skala kecil sehingga bisa meminimalisisr kesemrautan kota kususnya destinasi
pariwisata.
Universitas Sumatera Utara
4.5 Strategi pengelolaan destinasi pariwisata Kota Bukittinggi