Pembelajaran Matematika di SD

14 dengan pendapat Gagne 1985 dalam Wiranataputra 2007: 1.8 yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan dari proses pertumbuhan. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Bower dan Hilgard 1981 dalam Wiranataputra 2007: 1.8 Learning refers to the change in a subject’s behavior or behavior potential to a given situation brought about by the subject’s repeated experiences in that situation, provided that the behavior change cannot be explained on the basis of the subject’s native response tendencies, maturation, or temporary states such as fatigue, drunkenness, drives, and so on . Pendapat Bower dan Hilgard 1981 bahwa belajar mengacu pada perubahan perilaku atau potensi individu sebagai hasil dari pengalaman dan perubahan tersebut tidak disebabkan oleh insting, kematangan atau kelelahan dan kebiasaan. Menurut Hamalik 2008: 106 belajar diartikan sebagai proses dan bukan hasil yang hendak dicapai semata. Proses itu sendiri berlangsung melalui serangkaian pengalaman, sehingga terjadi modifikasi pada tingkah laku yang telah dimilikinya sebelumnya. Berdasarkan pendapat para ahli tentang belajar, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang dialami secara sengaja untuk memperoleh suatu perubahan yang terus-menerus. Perubahan yang terjadi dalam belajar mulai dari adanya pengetahuan, sikap dan kebiasaan-kebiasaan yang berasal dari proses belajar itu sendiri.

2.1.2 Pembelajaran Matematika di SD

Menurut Ruseffendi 1991 dalam Heruman 2012: 1 matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur 15 yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Menurut Soejadi 2000 dalam Heruman 2012: 1 hakikat matematika memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. Sujono 1988 dalam Fathani 2009: 19 mengartikan matematika sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Dalam matematika membahas tentang fakta-fakta dan strukturnya yang terorganisir. Matematika merupakan suatu struktur yang terdiri atas komponen yang meiputi aksioma, penegrtian pangkal, dan dalil atau teorema yang di dalamnya terdapat teorema pengantar. Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari Muhsetyo, 2010: 1.26. Perkembangan pembelajaran matematika banyak memiliki kecenderungan baru yang tumbuh dan berkembang di banyak negara, sebagai inovasi dan reformasi model pembelajaran yang sesuai tantangan sekarang dan mendatang. Sebagai pengetahuan, matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara lain abstrak, deduktif, konsisten, hierarkis, dan logis. Soejadi 1999 dalam Muhsetyo 2010: 1.2 menyatakan bahwa keabstrakan matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Ciri keabstrakan dan ciri lainnya dari pelajaran matematika yang tidak mudah untuk dipelajari, sehingga akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik terhadap pelajaran matematika. Oleh karena itu, perlu adanya 16 jembatan penghubung agar keilmuan matematika tetap terjaga dan matematika dapat lebih mudah dipahami. Persoalan mencari penghubung merupakan suatu tantangan pendidikan matematika untuk mencari dan memilih model pembelajaran matematika yang menarik, mudah dipahami siswa. Model pembelajaran yang menarik dan mudah dipahami siswa akan dapat menggugah semangat siswa sehingga menantang siswa untuk terlibat dan pada akhirnya menjadikan siswa cerdas matematika. Pemilihan model pembelajaran matematika perlu memperhatikan perkembangan jaman untuk memperpendek jarak kesenjangan antara kemajuan di dunia dan kenyataan nyata di Indonesia. Perkembangan model pembelajaran seiring waktu selalu mengalami perubahan untuk memperbaiki kesalahan yang sudah ada. Dengan pemikiran yang baru, maka model permbelajaran di negara lain tidak dapat diabaikan sehingga kita dapat mengejar kemajuan negara lain. Model pembelajaran matematika yang berkembang pada hakikatnya berdasar pada teori-teori belajar yang sesuai, sehingga perlu dipahami secara sungguh-sungguh. Perkembangan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa student centered mengubah cara pandang tentang bagaimana siswa belajar. Sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa SD yang berada pada tahap operasional konkret, maka proses pembelajarannya melalui tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan selanjutnya abstrak. Dalam pembelajaran matematika, setiap konsep abstrak yang baru dipahami siswa perlu diberi penguatan agar mudah dipahami dan bertahan lama dalam memori siswa. Oleh karena itu, perlu adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hapalan atau mengingat fakta saja karena akan mudah terlupakan oleh siswa. 17 Teori makna meaning theory oleh Ausubel 1963 dalam Muhsetyo 2010: 1.9 mengemukakan pentingnya pembelajaran bermakna dalam mengajarkan matematika. Kebermaknaan pembelajaran akan membuat kegiatan belajar lebih menarik bermanfaat, dan menantang sehingga konsep dan prosedur matematika akan lebih mudah dipahami dan diingat siswa. Kebermakanaan yang dimaksud berupa struktur matematika yang lebih ditonjolkan untuk memudahkan pemahaman. Kebermaknaan dalam pembelajaran dapat menggunakan pernyataan konsep dalam bentuk bagan, diagram, atau peta yang akan menujukkan saling keterkaitan antar konsep. Tujuan akhir konsep-konsep pada kurikulum matematika di SD yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan akhir tersebut, maka siswa harus melalui langkah-langkah yang benar sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa. Dalam pembelajaran matematika, guru harus memahami kemampuan siswa yang berbeda-beda, sehingga guru dapat menyajikan pembelajaran yang efektif, efisien, dan sesuai pola pikir siswa. Heruman 2012: 2 memaparkan langkah-langkah pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika di SD: 1 Penanaman konsep dasar penanaman konsep, yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. 2 Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. 3 Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penenaman konsep dan pemahaman konsep. Tujuannya agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika. 18

2.1.3 Minat Belajar

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BANGUN DATAR

0 3 11

KEEFEKTIFAN MODEL JIGSAW TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR SIFAT SIFAT BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SDN RANJINGAN BANYUMAS

1 24 254

KEEFEKTIFAN METODE MATEMATIKA GASING TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR KELILING BANGUN DATAR SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 1 KALIPANCUR KABUPATEN PEKALONGAN

6 42 261

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TGT TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR STRUKTUR BUMI PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI MARGA AYU 01 KABUPATEN TEGAL

1 17 365

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PECAHAN KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI DEBONG TENGAH 1, 2, 3 KOTA TEGAL

5 24 333

Keefektifan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Bangun Ruang pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Pagerbarang 03 Kabupaten Tegal

0 19 373

Keefektifan Penggunaan Model Mind Mapping terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Pokok Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan pada Siswa Kelas V di SDN Tunon 2 Kota Tegal

2 32 249

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BANGUN DATAR MELALUI TANGRAM DENGAN PENERAPAN MODEL PAIKEM PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI PENER 01 KABUPATEN TEGAL

0 12 339

Hubungan Antara Minat Baca dan Kontinuitas Belajar Terhadap Prestasi Hasil Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Tegalsari 8 Kota Tegal

4 43 101

KEEFEKTIFAN MODEL AUDITORY REPETITION (AIR) TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI PEKAUMAN OTA TEGAL

0 0 70