1
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat
penelitian. Uraian selengkapnya sebagai berikut:
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan oleh orang- orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar
mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan Munib, 2007: 34. Pendidikan merupakan bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada peserta
didik dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya untuk mencapai kedewasaan. Pendidikan dapat pula diartikan sebagai suatu sistem karena pendidikan
merupakan keseluruhan komponen yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan di suatu negara sesuai dengan dasar negara dan ideologi negara tersebut. Tujuan pendidikan di Indonesia berbeda dengan tujuan pendidikan
di negara lain. Seperti tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 tentang Dasar, Fungsi, dan Tujuan Bab 2 pasal 3
menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2 Berdasarkan isi Undang-Undang tersebut menegaskan bahwa kehidupan
manusia tidak dapat lepas dari pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membentuk pribadi yang utuh. Pemerintah telah melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Upaya yang dilakukan diantaranya inovasi di bidang pendidikan
dan pembelajaran. Dengan adanya pembelajaran, maka diharapkan dapat terjadi perubahan ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensinya.
Perubahan terjadi dari proses belajar dan pengalaman melalui proses pembelajaran. Salah satu komponen yang terkait dengan Sistem Pendidikan
Nasional yaitu pendidik. Pendidik berkewajiban menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis.
Selain itu, pendidik juga harus mempunyai komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, sebagai pendidik maka guru wajib mempunyai
kompetensi yang diperlukan dalam pembelajaran sehingga dapat tercapainya tujuan pendidikan.
Selain faktor guru, untuk mencapai tujuan pendidikan nasional juga diperlukan adanya penyelenggara dalam proses pembelajaran di masing-masing
satuan pendidikan. Tujuan pendidikan nasional dapat tercapai melalui jalur pendidikan formal. Dalam pasal 14 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 20 Tahun 2003 jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar bertujuan untuk
memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya. Sekolah Dasar SD merupakan salah satu bentuk pendidikan dasar
dari jenjang pendidikan formal yang menjadi salah satu komponen terselenggara-
3 nya proses pendidikan nasional.
Agar tujuan pendidikan nasional tercapai maka setiap jenjang pendidikan memiliki kurikulum yang berbeda-beda. Dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pasal 37 membahas tentang Kurikulum. Kurikulum yang terdapat dalam pendidikan dasar dan menengah wajib
memuat Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni dan Budaya, Pendidikan
Jasmani dan Olahraga, Keterampilan atau Kejuruan, dan Muatan Lokal. Berdasarkan kurikulum Matematika merupakan salah satu muatan wajib
yang harus ada dalam pembelajaran SD. Menurut Ruseffendi 1991 dalam Heruman 2012: 1 matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak
menerima pembuktian secara induktif. Matematika merupakan ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak
didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Pelajaran matematika bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol. Selain itu juga dapat menambah ketajaman penalaran untuk membantu memperjelas dan
menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mendukung usaha pembelajaran yang mampu menumbuhkan kekuatan matematikal, maka
guru harus berkompeten. Guru merupakan salah satu unsur penting di bidang pendidikan, harus
berperan secara aktif dan menempatkan diri sebagai tenaga professional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Guru tidak hanya
menyalurkan pengetahuan yang sesuai dengan kurikulum kepada siswanya namun
4 juga menyampaikan nilai-nilai. Penyampaian nila-nilai yang dilakukan guru
bertujuan dapat menciptakan karakter siswa yang sesuai dengan nilai kehidupan yang berlaku dalam masyarakat. Guru dituntut menguasai berbagai kompetensi.
Guru di Sekolah Dasar dengan sistem guru kelas berperan ganda yakni sebagai pengajar mata pelajaran sekaligus wali kelas. Guru sebagai pengajar harus
menguasai kompetensi pedagogik. Sedangkan guru sebagai wali kelas harus menguasai kompetensi kepribadian, sosial, dan profesional.
Menurut Muhsetyo 2010: 1.8 guru yang profesional dan berkompeten adalah guru yang menguasai materi pelajaran matematika, memahami bagaimana
anak-anak belajar. Guru yang profesional dapat menguasai pembelajaran yang mampu mencerdaskan siswa, dan mempunyai kepribadian yang dinamis dalam
membuat keputusan dan pembelajaran. Guru harus dapat menciptakan suasana kelas yang mendukung dan memahami karakteristik siswa dalam pembelajaran
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara
pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Maka dari itu, guru harus melaksanakan perannya untuk mengaitkan pengalaman belajar
siswa yang sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Sesuai dengan dimensi keterkaitan antarkonsep dalam teori belajar Ausubel Heruman, 2012: 4
yang mengklasifikasikan belajar dalam dua dimensi. Pertama, berhubungan dengan cara informasi atau konsep pelajaran yang disajikan pada siswa melalui
penerimaan atau penemuan. Kedua, menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Oleh sebab itu,
siswa harus menghubungkan apa yang telah dimiliki dalam struktur berpikirnya
5 yang berupa konsep matematika dengan permasalahan yang ia hadapi.
Menurut Piaget 1986 dalam Soeparwoto 2007: 84 bahwa daya pikir atau kemampuan mental individu yang berbeda usia akan berbeda secara kualitatif.
Perkembangan kognitif dapat dibagi menjadi beberapa stadium atau tahap. Perkembangan kognitif pada siswa SD yang berusia 7-11 tahun berada dalam
tahap operasional konkret. Karakterisktik dalam tahap ini cara berpikir anak masih konkret, belum dapat menangkap hal yang abstrak. Dalam pembelajaran, siswa
masih terikat dengan objek yang konkret dan memahami sesuatu dari hal yang mudah terlebih dahulu menuju yang lebih sulit. Oleh karena itu, kreativitas dan
inovasi guru sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran matematika. Sebagai ilmu pengetahuan, matematika mempelajari
struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya. Ada beberapa pendekatan dan model pembelajaran inovatif yang sesuai
dengan karakteristik siswa SD. Pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa, mata pelajaran dan kurikulum akan membantu pencapaian
hasil dan minat belajar siswa dengan optimal. Pemilihan model yang sesuai karakteristik tersebut mendasari penelitian ini.
Hamalik 2008: 106 menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses, dan bukan hasil yang hendak dicapai semata. Proses itu sendiri berlangsung
melalui serangkaian pengalaman, sehingga terjadi modifikasi pada tingkah laku yang telah dimiliki sebelumnya. Untuk itu perlu dipikirkan bagaimana merancang
suatu pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan yang ada di kelas tersebut. Berdasarkan karakteristik siswa SD yang berada dalam tahap operasional konkret,
maka perlu adanya alat bantu dalam pembelajaran. Alat bantu bertujuan untuk
6 memperjelas pemahaman siswa dan menumbuhkan minat belajar siswa. Salah satu
alat bantu dalam pembelajaran misalnya dengan bagan atau peta pemikiran. Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar. Jika bahan pelajaran yang
dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan tertarik dan tidak belajar dengan sebaik-baiknya. Dengan menumbuhkan minat dalam
pembelajaran, siswa akan memperhatikan sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dan menyenangkan.
Peta pemikiran atau Mind Mapping dapat digunakan untuk membantu siswa dalam pembelajaran. Menurut Buzan 1993 dalam DePorter 2005: 176
Mind Mapping adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan dalam
mengingat informasi. Mind Mapping memanfaatkan gambar, warna, dan kreatifitas untuk mengekspresikan pikirannya. Sesuai dengan karakteristik siswa SD, maka
Mind Mapping berkaitan dan dapat digunakan sebagai alat bantu. Mind Mapping
dapat membantu kreativitas siswa apalagi dengan warna maka diharapkan dapat menumbuhkan minat siswa sehingga proses pembelajaran pun lebih
menyenangkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model
pembelajaran quantum teaching. Quantum Teaching mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum,
menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar DePorter 2005: 4. Model pembelajaran Quantum Teaching mampu merangsang kreativitas siswa, karena
dalam proses pembelajaran siswa diharapkan aktif dan kreatif dalam memecahkan masalah matematika. Untuk menunjang keberhasilan model pembelajaran
7 quantum teaching
maka digunakan teknik Mind Mapping sehingga pembelajaran lebih bermakna.
Dari hasil wawancara dengan Darminto, S. Pd. dan Isnayanti, S.Pd. selaku guru kelas VA dan VB di SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal, pembelajaran
matematika masih dilaksanakan secara konvensional dan berpusat pada guru teacher centered.
Dalam proses pembelajaran guru yang mendominasi dan bertindak sebagai satu-satunya sumber belajar. Pembelajaran disajikan hanya
dengan metode ceramah dan jarang menggunakan media sehingga suasana belajar menjadi kaku. Guru juga tidak mengadakan variasi pola interaksi dalam
pembelajaran. Selain itu, dalam pembelajaran guru memberikan contoh yang tidak berkaitan dengan permasalahan atau objek yang ada di lingkungan sekitar siswa,
sehingga pembelajaran menjadi tidak bermakna bagi siswa. Hal itu diduga yang menyebabkan minat belajar siswa rendah sehingga berpengaruh pula pada hasil
belajarnya. Nilai ketuntasan minimal pada mata pelajaran matematika siswa kelas V yaitu 60,00. Dari data yang diperoleh terdapat 20 siswa yang belum tuntas
KKM. Berdasarkan latar belakang masalah dalam pembelajaran matematika
tersebut, maka peneliti akan mencobakan model Quantum Teaching dengan teknik Mind Mapping
terhadap minat dan hasil belajar matematika materi bangun datar pada siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri Tunon 2 Kota Tegal.
1.2 Identifikasi Masalah