2.9. Kerangka Berpikir
Guru dan siswa merupakan dua faktor penting dalam setiap penyelenggaraan di kelas. Guru sebagai unsur utama dalam proses pembelajaran,
membutuhkan keterlibatan siswa demi tercapainya tujuan pembelajaran. Maka guru harus memiliki strategi dalam pelaksanaannya sebagai tindakan nyata untuk
melaksanakan pembelajaran. Oleh sebab itu diperlukan untuk guru merancang model pembelajaran yang efektif, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara optimal. Salah satu tolok ukur bahwa sebuah proses pembelajaran dapat tercapai secara optimal, berkualitas atau tidak dapat diketahui melalui proses
belajar siswa. Penggunaan model pembelajaran dapat meningkatkan keberhasilan proses
pembelajaran. Namun model pembelajaran ini harus sesuai dengan karakteristik siswa, tujuan, dan materi pelajaran. Pembelajran ekonomi merupakan materi yang
membutuhkan pemahaman secara logis dan butuh ketelitian dalam mengerjakannya. Oleh karena itu, penerapan model pembelajaran diharapkan
dapat membantu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar ekonomi. Pada mata pelajaran ekonomi kurikulum KTSP di kelas X semester II
terdapat berbagai kompetensi dasar, salah satunya adalah PDB, PDRB, PNB, dan PN. Dalam mempelajari kompetensi dasar PDB, PDRB, PNB, dan PN siswa harus
paham dan teliti karena materi tersebut cukup kompleks dan perlu pemahaman lebih. Dalam pemrosesan belajar materi tersebut, banyak sekali rumus dan
perhitungan yang perlu di pahami dan perhitungannya juga harus sesuai urutan yang benar, karena perhitungan di materi tersebut saling berkaitan satu sama lain,
dan juga perlu pemahaman yang baik untuk memahami apa itu PDB, PDRB, PNB, dan PN. Pada kasus seperti ini pemahaman siswa mengenai materi PDB,
PDRB, PNB, dan PN perlu ditingkatkan. Model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa kompetensi PDB, PDRB, PNB, dan PN adalah menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization TAI. Model pembelajaran TAI
merupakan model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Model ini merupakan
salah satu model pembelajaran kooperatifyang sederhana dan sebuah model yang bagus bagi seorang guru untuk menggunakan pendekatan kooperatif. Metode
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization dikatakan bahwa salah satu cara pembelajaran kooperatif dimana siswa dengan kemampuan
individualnya masing-masing bekerja sama di dalam kelompok-kelompok kecil dengan kemampuan yang berbeda. Hal ini dikombinasikan dengan metode tutor
sebaya yang dimana dalam kelompok-kelompok tersebut mempunyai ketua kelompok yang bertugas memimpin kelompoknya dan memberikan pengajaran
kepada teman-temannya yang belum paham dalam materi yang diterima. Jadi hal ini dapat membantu siswa memehami materi PDB, PDRB, PNB, dan PN dan
dalam pembelajaran siswa tidak bosan dengan model pembelajaran yang dulu yaitu model konvensional karena hal ini memicu interaksi antar siswa yang
membuat siswa lebih rileks dan menyenangkan dalam belajar. Secara empiris berdasarkan penelitian terdahulu, Riyanti 2012 diketahui
bahwa, terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa kelas X Busana Butik SMK
Negeri 6 Yogyakarta Tahun Ajaran 20112012 melalui penerapan model Team Assisted Individualization
TAI Kompetensi Dasar pemeliharaan bahan tekstil. Aktivitas belajar secara umum mengalami peningkatan pada siklus I dan II.
Sebelum menggunakan model Team Assisted Individualization belajar siswa hanya 72,22, kemudian pada siklus I sebesar 81,48 dan menjadi 88,89 pada
siklus II setelah penggunaan model pembelajaran TAI. Proses pelaksanaan pembelajaran yang terjadi di SMA Teuku Umar
Semarang umumnya masih menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini menyebabkan siswa masih saja terfokus pada guru dan buku pelajaran. Siswa
menjadi bosan dan enggan bertanya sehingga kurang aktif dalam pembelajaran.
Berdasarkan analisis mengenai model pembelajaran dan hasil belajar di atas kiranya cukup kuat untuk menerima kerangka pikir bahwa pembelajaran
konstektual lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Dari kerangka tersebut dapat digambarkan
kerangka berpikir penelitian ini melalui Gambar 2.1. berikut ini:
Kegiatan Belajar Mengajar
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
2.10. Hipotesis