3. Efektif Berdasarkan aspek ini, ada dua parameter diantaranya:
a. Ahli dan praktisi berdasar pengalamanya menyatakan bahwa model tersebut efektif,
b. Secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Nieveen dalam Trianto, 2007:8.
2.4. Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran tradisional atau
disebut juga dengan metode ceramah, “karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan peserta
didik dalam proses belajar mengajar”Djamarah dan Zain, 2006:97. Djamarah dan Zain 2006:97 menyatakan “ceramah merupakan suatu cara
mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan”. Menurut
Djamarah dan Zain 2006:97, metode ceramah memiliki beberapa kelebihan yaitu: 1 guru mudah menguasai kelas, 2 mudah mengorganisasikan tempat
dudukkelas, 3 dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar, 4 mudah mempersiapkan dan melaksanakannya, dan 5 guru mudah menerangkan
pelajaran dengan baik. Namun demikian, tidak dipungkiri bahwa metode ceramah juga memiliki beberapa kelemahan antara lain: 1 mudah menjadi verbalisme
pengertian kata-kata, 2 yang visual menjadi rugi, yang auditif mendengar
menjadi yang besar menerimanya, 3 bila selalu digunkan dan terlalu lama akan membosankan, 4 guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada
ceramahnya, dan 5 menyebabkan siswa menjadi pasif.
2.5. Pembelajaran Kooperatif
Panitz dalam Suprijono 2011:54 menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok
termasuk bentuk- bentuk yang lebih dipimpin oleh guru dan diarahkan oleh guru”.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar melalui penempatan siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda.
Dalam penyelesaian tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu pelajaran artinya bahan pelajaran belum selesai jika
salah satu teman dalam sekelompok belum menguasai bahan pelajaran. Menurut Trianto 2007:41 pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan
lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka berdiskusi dengan temannya. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa
yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan
kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. Roger dan David Johnson dalam Suprijono 2011:58 menyatakan bahwa
“tidak semua belajar kelompok bisa dianggap sebagai pembelajaran kooperatif”. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur metode pembelajaran kooperatif
harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah: 1. Positive interdependence saling ketergantungan positif.
2. Personal responsibility tanggung jawab perseorangan. 3. Face to face promotive interaction interaksi promotif.
4. Interpersonal skill komunikasi antaranggota. 5. Group processing pemrosesan kelompok.
Pembelajaran kooperatif merupakan “rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran” Hamdani,
2011:30. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar melalui penempatan siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda. Dalam penyelesaian tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sa,a dan membantu memahami suatu pelajaran artinya bahan
pelajaran belum sesuai jika salah satu teman dalam sekelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya mempelajari materi tetapi juga mempelajari keterampilan kooperatif yaitu:
1 Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi: menggunakan kesempatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalam
kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang lain, menyelesaikan tugas dalam waktunya, dan menghoramti perbedaan
individu; 2 Keterampilan kooperatif tingkat menengah, meliputi: menunjukan
penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara dapat diterima, mengdengarkan dengan arif, bertanya, membuat ringkasan,
menafsirkan, mengorganisasi, dan mengurangi ketegangan;
3 Keterampilan kooperatif tingkat mahir, meliputi: mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan,
dan berkompromi Hamdani, 2011:33-34. Kelompok belajar dalam pembelajaran kooperatif berbeda dengan
kelompok belajar konvensional. Perbedaan tersebut disajikan pada Tabel 2.1. berikut ini:
Tabel 2.1. Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar
Konvensional Kelompok Belajar Kooperatif
Kelompok Belajar Konvensional
Adanya saling ketergantungan positif, saling
membantu, dan
saling memberikan motivasi sehingga ada
interaksi promotif. Guru sering membiarkan adanya siswa
yang mendominasi kelompok atau yang menggantungkan diri pada kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran
tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar
para
anggotanya sehingga
dapat mengetahui siapa yang memerlukan
bantuan dan
siapa yang
dapat memberikan bantuan.
Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering
diborong oleh salah seorang anggota kelompok
sedangkan anggota
kelompok yang
lainnya hanya
“mendompleng” keberhasilan
“pemborong”. Kelompok belajar heterogen, baik
dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya
sehingga dapat mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang
dapat memberikan bantuan. Kelompok belajar biasanya homogen.
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis
atau bergilir
untuk memberikan pengalaman memimpin
bagi anggota kelompok Pemimpin kelompok sering ditentukan
oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan
cara masing-masing
Keterampilan sosial yang diperlukan dalam
kerja sama
seperti kepemimpinan,
kemampuan berkomunikasi,
mempercayai orang
lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan
Keterampilan sosial sering kali tidak secara langsung diajarkan
Pada saat pembelajaran kooperatif sedang
berlangsung, guru
terus melakukan
pemantauan melalui
observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama tim.
Pemantauan melalui observasi dan interevensi tidak dilakukan oleh guru
pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-
kelompok belajar. Guru tidak
memperhatikan proses
kelompok yang terjadi dalam kelompok- kelompok belajar.
Penekanan tidak
hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal hubungan pribadi yang
saling menghargai Penekanan
sering hanya
pada penyelesaian tugas
Sumber: Killen dalam Trianto 2007:43-44 Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan yaitu: 1
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, 2 unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, 3 membantu siswa
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, 4 memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja sama
mengerjakan tugas-tugas akademik, 5 memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama
lain atas tugas- tugas bersama, 6 belajar untuk menghargai satu sama lain, dan 7 mengembangkan keterampilan sosial atau kooperatif secara signifikan
Trianto,2007:44-45. Menurut Trianto 2007:48-49 terdapat enam langkah utama di dalam
pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu ditunjukkan pada tabel 3.1. berikut ini:
Tabel 2.2.
Langkah Utama Pembelajaran Kooperatif Fase
Tingkah Laku Guru Fase-1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar.
Fase-2 Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase-3 Mengorganisasikan siswa
kedalam kelompok kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok
Fase-4 Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase-5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6 Memberikan
penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya
maupun hasil belajar individu dan kelompok
Sumber : Trianto 2007:48-49
2.6. Model