Faktor Supplier Penerapan Just In Time di PT. Nippon Indosari Corpindo

42 Strategi sistem perencanaan dan pengendalian manufakturing yang diterapkan oleh PT. Nippon Indosari Corpindo adalah sistem Just In Time. Menurut Gaspersz 1998, sistem Just In Time merupakan suatu konsep filosofi yaitu memproduksi produk yang dibutuhkan, pada saat dibutuhkan oleh pelanggan, dalam jumlah sesuai kebutuhan pelanggan, pada tingkat kualitas prima, dari setiap tahap proces dalam sistem manufakturing, dengan cara yang paling ekonomis dan efisien melalui eliminasi pemborosan waste elimination dan perbaikan proses terus menerus continuous process improvement.

B. Penerapan Just In Time di PT. Nippon Indosari Corpindo

Sistem Just In Time di PT. Nippon Indosari Corpindo telah dilaksanakan sejak pabrik mulai beroperasi. Perusahaan ini merupakan perusahaan patungan Indonesia-Jepang, yaitu antara PT. Sari Indoroti dengan Nissho Iwai Corporation dan Shikishima Baking Co. Ltd. Operasi produksi dilakukan dengan adanya dukungan dari perusahaan Jepang tersebut. Prinsip- prinsip Just In Time secara umum telah dilaksanakan di PT. Nippon Indosari Corpindo dengan beberapa penyesuaian. Prinsip-prinsip sistem Just In Time di PT. Nippon Indosari Corpindo diterapkan melalui pelaksanaan sistem dan prosedur dalam pelaksaan operasi produksi dengan adanya Good Manufacturing Practice GMP dan Instruksi Kerja. Penerapan sistem Just In Time di PT. Nippon Indosari Corpindo dibahas menurut faktor-faktor Just In Time sebagai berikut.

1. Faktor Supplier

Dalam memenuhi proses produksi di PT. Nippon Indosari Corpindo diperlukan komponen-komponen material seperti bahan baku, bahan pembantu, dan bahan pengemas yang jumlahnya tidak sedikit dan harus tersedia saat akan digunakan. Oleh karena itu, untuk memenuhi kepuasan pelanggan maka perlu diperhatikan integrasi pabrik dan pemasok. Untuk menunjang implementasi sistem Just In Time dalam pembelian bahan baku kepada pemasok, material yang digunakan diprioritaskan berdasarkan tingkat kepentingannya menggunakan analisis 43 klasifikasi ABC. Analisis kalsifikasi ABC merupakan klasifikasi kelompok material dalam susunan menurun yang ditetapkan berdasarkan faktor-faktor penting yang menentukan nilai material tersebut Gaspersz. 1998. Selain itu, menurut Machfud 1999, analisis ABC merupakan alat yang sangat berguna untuk menentukan persediaan jenis barang mana yang penting untuk dikendalikan berdasarkan kriteria tertentu yang dianggap penting bagi perusahaan. PT. Nippon Indosari Corpindo melakukan pembedaan prioritas dengan klasifikasi ABC untuk menunjang pemesanan material kepada pemasok berdasarkan tingkat penggunaan per hari. Penentuan klasifikasi ABC dengan memperhitungkan presentase tingkat penggunaan suatu material dengan material lain dalam satuan yang sama kg untuk bahan baku, lembar untuk etiket roti tawar atau roll untuk etiket roti manis. Bahan baku yang termasuk ke dalam kelas A yaitu material yang penggunaan rata- rata per harinya 3 dari jumlah total bahan baku yang digunakan ± 50.000 kghari. Bahan baku yang termasuk ke dalam kelas B adalah bahan baku yang tingkat penggunaan rata-rata hariannya 0,5 hingga 3, dan sisanya termasuk ke dalam kelas C. 6.45 86.93 16.13 8.59 77.42 4.48 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 P re s e n ta s e A B C Kelas Klasifikasi ABC Bahan Baku Kumulatif Item Kumulatif Penggunaan Pada Gambar 7 dapat dilihat sebanyak 6,45 bahan baku kelas A mewakili 86,93 penggunaan, sebanyak 16,13 bahan baku kelas B mewakili 8,59 penggunaan, dan sebanyak 77,42 bahan baku kelas C mewakili 4,48 penggunaan bahan baku tersebut. Gambar 7. Grafik Analisis Klasifikasi ABC untuk Bahan Baku 44 25.00 90.04 18.75 7.09 59.38 2.87 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 P re s e n ta s e A B C Kelas Klasifikasi ABC Etiket Lembar Kumulatif Item Kumulatif Penggunaan Bahan kemasan etiket roti tawar lembaran dengan penggunaan rata-rata harian 8 dari jumlah total etiket digunakan ± 800.000 pcshari termasuk ke dalam kelas A. Kelas B untuk penggunaan rata-rata harian 0,5 hingga 8, dan sisanya kelas C. Pada Gambar 8 dapat ilihat persentase kumulatif untuk item etiket lembaran kelas A sebesar 25 yang mewakili 90,04 kumulatif tingkat penggunaan, kelas B sebesar 18,75 yang mewakili 7,09 kumulatif tingkat penggunaan, serta kelas C sebesar 59,38 yang mewakili 2,87 kumulatif tingkat penggunaan. Bahan kemasan etiket roti manis dalam satuan roll digolongkan kelas A bila penggunaan rata-rata harian 5,55 dari total penggunaan ± 30 rollhari. Kelas B untuk penggunaan harian 2,9 hingga 5,55, dan sisanya tergolong ke dalam kelas C. Gambar 9 menunjukkan grafik analisis klasifikasi ABC untuk etiket roll dimana sebesar 21,43 kumulatif etiket kelas A mewakili 53,89 tingkat penggunaan, 25 kumulatif item kelas B mewakili 29,69 kumulatif penggunaan, dan 53,57 kumulatif etiket roll kelas C mewakili 16,41 kumulatif tingkat penggunaannya. Gambar 8. Grafik Analisis Klasifikasi ABC untuk Bahan Kemasan Etiket Lembar 45 21.43 53.89 25.00 29.69 53.57 16.41 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 P re s e n ta s e A B C Kelas Klasifikasi ABC Etiket Roll Kumulatif Item Kumulatif Penggunaan Bahan baku yang termasuk ke dalam kelas A dan dijadikan prioritas dalam hal penanganan material antara lain tepung terigu Cakra Kembar Emas CKE, Palmia ShorteningMaestro Baker Fat, gula pasir, dan Filler coklat DC2624F. Penggunaan rata-rata per hari material tersebut berturut-turut adalah 69,99, 3,17, 6,99, dan 3,65. Pembagian kelas berdasarkan klasifikasi ABC di PT. Nippon Indosari Corpindo dapat dilihat pada Lampiran 4. Klasifikasi ABC berdasarkan tingkat penggunaan mempengaruhi frekuensi pengiriman material agar dilakukan sesering mungkin, yaitu 3 kali seminggu atau bahkan setiap hari. Frekuensi pengiriman selain dipengaruhi besarnya pemakaian juga dipengaruhi lead time dan kapasitas gudang. Dalam menerapkan sistem Just In Time, prinsip yang diperhatikan dalam faktor pemasok supplier antara lain : a. Jumlah pemasok yang sedikit. Pemasok bahan baku yang bekerja sama dengan PT. Nippon Indosari Corpindo antara lain Bogasari, Adyaceda, Sinar Meadow, Puncak Gunung Mas, Sumber Laut, Susanti, Nusa Inti, Salabintana Pasirputih, Halim Sakti, Anta Tirta, Astaguna Wisesa, Trisha Sejati, Alam Sumber Vita, Freyabadi, Puratos, Nirwana Lestari, Jaya Fermex, Nusa Indah, Cipta Makmur, Prambanan Kencana, Wijaya Putra, DKSH, Gambar 9. Grafik Analisis Klasifikasi ABC untuk Bahan Kemasan Etiket Roll 46 Indesso, Galic Bina Mada, Trimitra Mandiri, Jutarasa, Mulia Raya, Kraft, Johardi, Nirwana Lestari, Mane, Foodex, Realic, dan Sumber Jaya. Terdapat beberapa pemasok yang menyediakan lebih dari satu bahan baku diantaranya adalah Bogasari, Adyaceda, Sinar Meadow, Antatirta, Astaguna Wisesa, dan Freyabadi. Hal ini dapat mendukung penerapan Just In Time di PT. Nippon Indosari Corpindo sehingga membuat pemasok yang terlibat dalam sistem semakin sedikit. Dengan semakin sedikitnya pemasok yang terlibat dalam supply chain, maka kontrak kerjasama dapat ditingkatkan dan loyalitas dari pemasok pun akan meningkat. Walaupun demikian, PT. Nippon Indosari Corpindo memiliki beberapa pemasok alternatif, sehingga upaya untuk meminimumkan jumlah pemasok yang terlibat dalam sistem Just In Time belum dapat dilakukan. Hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan bargaining position serta mengurangi ketergantungan pada satu pemasok saja. Kebijakan tersebut berguna untuk mencegah adanya permainan harga dari pemasok, namun menyebabkan loyalitas dari pemasok terhadap perusahaan akan berkurang terutama untuk memasok bahan baku dengan kualitas baik, jumlah dan waktu kedatangan yang tepat saat diperlukan. Kebijakan untuk memiliki beberapa pemasok alternatif menujukkan elemen jumlah pemasok yang sedikit belum dapat diterapkan dengan baik. b. Lokasi pemasok dekat dengan pabrik. Lokasi geografis pemasok mempengaruhi frekuensi dan ketepatan kedatangan bahan baku secara Just In Time. Oleh karena itu, pemasok yang terletak lebih dekat dengan pabrik lebih diutamakan untuk menjaga kelancaran pengiriman material secara Just In Time. Selain itu, pemasok dalam lokasi geografis yang berdekatan tersebut akan memudahkan kunjungan dan memberikan bantuan teknis kepada pemasok, serta menciptakan pemahaman yang lebih baik dan cepat terhadap kebutuhan kualitas Liker, 2006. 47 Pemasok untuk bahan baku yang termasuk ke dalam kelas A tepung terigu CKE, Palmia Shortening, gula pasir, dan Filler coklat DC 3624 F adalah Bogasari, Adyaceda, Nusa Indah, dan Freyabadi. Lokasi geografis pemasok untuk bahan baku yang tingkat penggunaannya paling tinggi diupayakan agar berlokasi dekat dengan pabrik. Apabila bahan baku tersebut mengalami keterlambatan akan berdampak pada kelancaran produksi. Lokasi pemasok untuk bahan baku kelas A sudah tergolong dekat dengan pabrik PT. Nippon Indosari Corpindo. Pemasok tepung terigu yaitu PT Bogasari Flour Mills Tbk terletak di Kawasan Kalibaru Jl Raya Cilincing Jakarta; pemasok Palmia Shortening, PT. Adyaceda Amandelis terletak di Jl Daan Mogot Km 13 Kav 6 Jakarta; serta pemasok filler coklat yaitu PT. Freyabadi Indotama berlokasi di Jl. Maligi III Lot-J2A Kawasan Industri KIIC, Karawang Jawa Barat. Lokasi yang cukup dekat tersebut sudah mendukung penerapan sistem Just In Time. Terdapat bahan kemasan yang perlu diimpor dari luar negeri seperti kwik lock yang harus diimpor dari Australia. Hal ini menyebabkan pemesanan dilakukan dengan lead time yang cukup lama yaitu 3 bulan sebelum digunakan, dan frekuensi pengirimannya yaitu satu bulan sekali dengan jumlah besar. Walaupun hal tersebut menciptakan tingkat persediaan yang tinggi, ketersediaan kwik lock sangat mendukung dalam mempertahankan sistem produksi yang kontinu untuk memenuhi permintaan konsumen secara Just In Time. c. Peningkatan frekuensi pengiriman bahan baku dalam jumlah kecil. Dalam sistem Just In Time, persediaan inventory merupakan pemborosan yang harus dihilangkan, sehingga tingkat persediaan di gudang harus seminimal mungkin. Oleh karena itu, pemesanan bahan baku kepada pemasok dilakukan dengan frekuensi pengiriman yang lebih sering dan dalam jumlah yang kecil. Dengan kebijakan tersebut maka bahan baku yang datang langsung digunakan sehingga tingkat persediaan 48 pun diharapkan mendekati nilai nol. Selain itu, ukuran lot yang kecil dengan frekuensi penyerahan yang lebih sering dapat mempercepat deteksi dan koreksi pada kecacatan bahan baku. Waktu pengiriman delivery bahan baku dari para pemasok pada umumnya dipengaruhi oleh kapasitas gudang dan kebutuhan produksi. Bahan baku utama yang termasuk kedalam kelas A dikirim setiap hari, bahan baku kelas B rata-rata 3 kali seminggu, dan bahan baku flavour yang pada umumnya masuk kelas C rata-rata 2 kali sebulan. Selain itu, pengiriman etiket rata-rata seminggu dan kwik lock pada umumnya 1 bulan untuk sekali pengiriman. Frekuensi kedatangan bahan baku ditentukan berdasarkan kontrak kerjasama yang dilakukan oleh perusahaan dengan pemasok. Kedatangan bahan baku dengan frekuensi harian telah dilakukan untuk bahan baku seperti tepung terigu Cakra Kembar Emas CKE, Palmia ShorteningMaestro Baker Fat, gula pasir, Filler coklat D C2624 F, telur ayam, dan Fine Brand. Frekuensi kedatangan bahan baku yang tinggi dan dalam jumlah yang sesuai kebutuhan diperlukan untuk menunjang sistem Just In Time yang diterapkan oleh perusahaan. Data mengenai bahan baku beserta supplier, penggunaanhari usageday, persediaan penyangga buffer stock, lead time, dan frekuensi kedatangan delivery frequency dapat dilihat pada Lampiran 5. d. Terdapat kontrak jangka panjang Kontrak jangka panjang dengan pemasok yang sama dan membangun kemitraan yang bersifat informal dapat memberikan dampak kepada pemasok untuk menyesuaikan biaya dari komitmen jangka panjang dalam memenuhi kebutuhan kualitas dan menjadi lebih peduli terhadap kebutuhan pembeli Heizer dan Render, 2004. PT. Nippon Indosari Corpindo melakukan kontrak jangka panjang dengan pemasok yang berorientasi kepada keuntungan biaya dengan adanya perolehan diskon atau potongan harga. Kontrak jangka panjang dengan sebagian pemasok untuk menentukan jumlah pesanan 49 dalam periode tertentu seringkali dianggap tidak terlalu menguntungkan. Kontrak mengatur jumlah quantity pemesanan dan lead time. Dengan adanya kontrak jangka panjang jumlah pemesanan ditentukan untuk periode tahun misalnya satu tahun. dan pengiriman pesanan harus dipenuhi sesuai jumlah yang tertera dalam kontrak tersebut. Pada akhir tahun kontrak, perusahaan harus tetap membeli bahan baku walaupun tidak memerlukannya. Fleksibilitas untuk menyesuaikan pengiriman sesuai dengan kebutuhan tiap bulan sulit dilakukan. Walaupun demikian, kontrak kerjasama diperlukan untuk mengatur aturan-aturan sistem pengiriman, lead time, frekuensi pengiriman, dan perolehan potongan harga. Kontrak jangka panjang dapat dilakukan untuk membuat kesepakatan frekuensi kedatangan bahan baku dalam jumlah yang kecil untuk setiap pengiriman. Selain itu, masalah kualitas dari tingkat pemasok dapat ditingkatkan dan kepercayaan terhadap kualitas yang diberikan pemasok dapat ditingkatkan, sehingga perusahaan dapat menghilangkan salah satu tindakan pemborosan yaitu melakukan inspeksipemeriksaan terhadap material yang datang Gaspersz, 1998. Inspeksi penerimaan material yang datang dapat dikurangi atau mungkin dihilangkan apabila pemasok bertanggung jawab penuh terhadap kualitas bahan baku yang disepakati dalam kontrak jangka panjang yang tentunya lebih efektif dan efisien. Evaluasi pemasok dapat juga dilakukan berdasarkan kemampuan memberikan bahan baku berkualitas tinggi, sehingga pemasok memberikan perhatian penuh pada kualitas bahan baku yang diserahkannya. Dalam kasus yang ditemui di lapangan saat terjadi ketidaksesuaian berat, jumlah, atau kerusakan material yang datang, diperlukan waktu menunggu untuk memutuskan apakah bahan baku diterima atau tidak. Dengan adanya kontrak jangka panjang dapat diatur dan disepakati mengenai penanganan kasus tersebut, sehingga tidak terjadi waktu menunggu delay yang cukup lama dan terbentuk antrian dari bahan baku lain yang menunggu diturunkan dari truk. 50 e. Terdapat dukungan untuk peningkatan Just In Time pada pemasok. Perusahaan yang telah menerapkan sistem Just In Time diharapkan dapat membantu menerapkan sistem tersebut pada pabrik pemasok yang belum menerapkannya, agar tercipta sistem yang baik yang mendukung kelancaran produksi. PT. Nippon Indosari Corpindo belum melakukan dukungan agar pemasok menerapkan sistem Just In Time. PT. Nippon Indosari Corpindo melakukan kunjungan ke pabrik pemasok hanya apabila terdapat penawaran produk baru, terjadinya masalah dalam hal pengiriman bahan baku, atau masalah lead time. Sampai saat ini belum dilakukan sosialisasi ataupun ajakan kepada pemasok untuk menerapkan sistem yang sama. Para pemasok pun masih belum melakukan kunjungan pabrik factory visit untuk melihat sistem produksi yang diterapkan PT. Nippon Indosari Corpindo. Dukungan suatu sistem secara menyeluruh antara suatu perusahaan dengan pemasoknya jarang dilakukan. Pemasok dan pembeli pada umumnya masih menjalankan produksi secara individual. Hal yang terpenting bagi pemasok adalah mampu memasok bahan baku kepada pembeli. Hal ini menujukkan elemen terdapatnya dukungan agar pemasok menerapkan dan meningkatkan sistem Just In Time belum dapat dilakukan.

2. Faktor Inventory